Cerpen 18+

1.8K 26 0
                                    

Aubrey begitu saja melompat dari dalam mobilnya sedetik setelah ia mematikan mesinnya, tak lupa membanting pintu mobil tak berdosa itu. Ia tahu sebentar lagi Jason menyusul di belakang. Dibukanya dengan sangat kasar pintu rumahnya, membantingnya menutup, dan melesat segera menaiki dua anak tangga sekaligus menuju kamarnya. Ia sempat berpapasan dengan Carol dan Daren yang sedang menonton di ruang tengah, tapi ia tidak peduli.

Sementara dua room mate-nya itu otomatis saling pandang, namun dengan kebijaksanaan yang mereka miliki segera mendorong rasa penasaran itu jauh ke belakang ketika melihat kabut hitam menyelubungi tubuh Aubrey. Aubrey dan amarahnya bukan hal yang lucu untuk ditangani. Biasanya mereka akan menunggu sampai berganti hari sebelum menanyakan akar permasalahannya. Suara bantingan pintu terdengar. Keduanya hanya mengangkat bahu, lalu melanjutkan tontonan gosip selebriti sore mereka.

Setelah puas membanting pintu kamar, mengunci, dan melempar kuncinya sembarang, Aubrey menjatuhkan sebagian tubuhnya di ranjang. Kakinya yang sudah terlepas dari sepatu botnya menjuntai, menyentuh karpet berbahan wol di lantai. Napasnya terdengar menderu cepat karena amarahnya. Dua temannya di bawah tidak salah, aura hitam memang tengah menyelimuti gadis itu. Ia mengutuk berkali-kali. Tak habis pikir, seminggu terakhir Jason gencar melakukan tindakan-tindakan bodoh (deskripsi lain dari kata romantis versi Aubrey) dan tanpa ampun memintanya untuk menerima lamaran laki-laki itu, tapi hari ini.. beberapa saat lalu, kekasihnya itu justru tertangkap mata olehnya tengah menikmati sesi ciumannya dengan wanita lain. Si boneka barbie imitasi sialan. Well, kebetulan nama wanita itu memang Barbie. Aubrey sudah tidak menyukai wanita itu sejak pertama kali mereka bertemu. Dari awal Aubrey sudah mengindikasikan Barbie sebagai 'mutan berbahaya' untuk Jason.

Brengsek! Itu sebabnya ia tidak ingin percaya pada jenis makhluk bernama laki-laki. Semuanya sama saja, tidak ayahnya, mantan tunangannya, maupun Jason. Semua laki-laki sama, tidak bisa bertahan hanya cukup dengan satu wanita. Yah, mungkin kecuali Daren, dan teman-teman gay sejenisnya.

Masih mengatur pernapasannya, telinga Aubrey menangkap suara berderak dari tangga kayu rumahnya. Dapat dipastikan si pemilik kaki tidak dalam keadaan santai saat melintasinya. Tidak perlu dipertanyakan lagi siapa pemilik kaki itu dan ke mana tujuannya. Dan benar, detik berikutnya ia melihat gagang pintunya bergerak yang disusul dengan ketukan-ketukan frustasi.

"Aubrey, buka pintunya." Ya, itu suara Jason.

Aubrey tak bergerak. Ia marah, kesal, jengkel pada Jason. Dan yang paling utama, ia kecewa dan merasa terkhianati. Selama ini ia sudah berjuang keras menaruh kepercayaan terhadap Jason, yang jelas-jelas berkelamin laki-laki. Perlahan ketakutannya terhadap pengkhianatan mengikis semenjak pria itu memproklamirkan diri sebagai kekasihnya. Walaupun ia masih belum berani melangkah lebih jauh, lamaran-lamaran kecil Jason seminggu terakhir telah membuat dirinya luluh. Dan ketika ia telah siap membuka hati sepenuhnya, ia kembali terkhianati. Baginya sekarang Jason tak lebih berbeda dari mantan tunangannya yang selingkuh dengan sahabatnya, ataupun ayahnya yang lebih memilih meninggalkan ibunya dan menikahi wanita muda seumuran dengannya.

Di luar kamar, Jason masih mencoba membujuk Aubrey untuk mau membuka pintu.

"Ayolah, Aubrey. Kau harus mendengarkan penjelasanku."

Aubrey masih tak bergeming.

"Kumohon, Sayang, buka pintunya."

Sampai kapan pun aku tidak akan membukakan pintu untuk pengkhianat. Sumpah batinnya.

Dan kini Ketukan-ketukan di pintunya telah berubah menjadi suara gedoran. Sepertinya Jason sudah mulai kehabisan persediaan sabar-nya.

"FOR GOD'S SAKE, AUBREY! OPEN THE FUCKING DOOR!!"

Yup, Aubrey jelas sudah mengikis habis kesabaran laki-laki itu.

"BUKA PINTUNYA ATAU AKU AKAN MENDOBRAKNYA!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because Of F*cking BarbieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang