Chapter 16 : Unspoken Whispers

4.2K 554 168
                                    

😿😿😿😿😿

.
.
.
.
.
.

Selamat menikmatinya guys 💕
Chapie ini cukup panjang loh 😆
Mayanlah :v
#RIPMyJemariChantiqqu:"



























































26 Agustus 2000

Park Gyeunsu bangga mengatakan bahwa anak kesayangannya, Park Jimin adalah anak yang jenius. Senyuman cerah di bibir anaknya membuat hatinya selalu hangat meski tahu bahwa ia sebenarnya tidak pantas mendapatkannya. Tangannya mengelus sayang pada rambut hitam Jimin yang sedang bermain.

"Nde, Appa?" Gyeunsu memiringkan kepalanya main-main.

"Ya, sayang?" Jimin terkikik lucu sebelum bertanya dengan suara terpolos.

"Suara jeritan di kamar belakang itu suara siapa Appa?" Gyeunsu membeku dalam gerakannya. Jimin menatap bingung pada tangan sang Appa yang berhenti mengelusnya.

"Waeyo, Appa?" Gyeunsu menatap Jimin dalam diam sebelum dengan ragu-ragu berkata.

"Appa bermain." mata abu-abu badai Jimin berbinar cerah.

"Bermain apa, Appa? Bisakah Jiminie ikut?!" terkekeh lembut, Gyeunsu kemudian memangku anak berumur 6 tahun itu di pangkuannya.

"Yakin mau ikut, Jiminie?" anak kecil menganggun semangat.

"Apa yang Appa mainkan, selalu menyenangkan!" Gyeunsu tertawa kecil dan mengecup kening anaknya sayang.

"Kenapa Appa tertawa? Tidak lucu ih!" cemberut Jimin sambil melipat kedua tangannya didepan dada dengan raut kesal.

"Karena Jiminie lucu~"

"Iiihhh Jiminie tidak lucu ya!"

~000o000~

Park Jyuhae menatap sayang pada anaknya yang tengah bermain di teras rumah. Ia sedang memasak makan malam dan tersenyum saat mendengar seruan ceria Jimin.

"Dimana Appa-mu, Jiminie?" Jimin mendongak dari kegiatan bermainnya dan dengan ceria menunjuk ke lorong rumah -tepat diruang sang Appa-.

"Appa bekerja eomma!" Jyuhae tersenyum begitu lebar kemudian mendekati Jimin yang masih bermain.

"Kenapa Jiminie tidak mandi kemudian memanggil Appa-mu dan kita makan malam dulu?" Jimin cemberut sedih dan menggelengkan kepalanya.

"Jiminie tidak mau mandi! Nanti baju Jiminie basah!" Jyuhae terkekeh lembut.

"Kan bisa dilepasin, Jiminie." seolah-olah baru sadar, Jimin tersenyum lebar dan mengangguk sebelum beranjak dari duduknya menuju kamar mandi.

"Dasar anak itu." Jyuhae tersenyum geli kemudian memandang penasaran hasil kerjaan Jimin.

Matanya membulat bersamaan dengan hatinya jatuh saat melihat pemandangan didepannya. Disana, ada seekor laba-laba yang telah dimutilasi. Kaki-kakinya disusun baik bersama dengan kepala dan bagian perutnya terpisah.

Your Voice | MINYOON (Complete) Where stories live. Discover now