F

1.1K 77 0
                                    

"jisoo-ya, aku menyukaimu!"

"aku juga"

"ayo bermain dengan kami. Kita akan membuat istana pasir yang indah"

"cepatlah. Ayo kita bermain"

"ayo jisoo ya kita akan membuat istana pasir"

"ayo jisoo! "

"jisoo-ya"

Jisoo..

Ji..

Soo..

....

...

..

.

BRAKKK

"Yakk!" gebrakan meja yang kuat di ikuti suara nyaring memekakkan telinga barusan berhasil membangunkan gadis itu secara paksa. Dengan raut muka kesal, ia menoleh ke sumber suara

"kau ini, gadis pemalas. setiap hari tidur di kelas! Pantas hanya badanmu yang berkembang terus! " omelnya

Gadis itu diam tak acuh. Beda hal dengan teman sekelasnya yang tertawa

"sana pergi cuci mukamu!" bentaknya dengan tangan yang terlipat di depan dada

Gadis itu memutar mata malas seraya bangkit dari duduknya. Sekilas terdengar kalimat ejekan dari temannya. Namun tak sedikit pun ia peduli. Gadis itu keluar dari kelas dengan santai seolah tak ada yang terjadi.
.

Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin. Menghela nafas.

"lagi-lagi aku mimpi tentang itu. Menyebalkan. Ahh.. aku jadi lapar" ucapnya pada dirinya sendiri.

Perlahan ia mengeluarkan earphone dari saku rok lalu memasangnya pada kedua telinganya. Setelah alunan musik itu terdengar di telinga Tanpa menunggu lagi ia berjalan menuju tempat yang bisa membuat perut buncitnya damai.

.

"jihyo-ya!"

Jihyo yang tengah asik menikmati roti menoleh ke sumber suara.
Tampak seorang lelaki berjalan menghampirinya

"hai" sapanya lengkap dengan senyum ceria dan lambaian tangan

Gadis bernama jihyo itu hanya diam tak membalas dengan senyum ataupun lambaian tangan seperti yang dilakukan pria itu.

"boleh aku duduk?" ijinya.

Hening.

"kuanggap kau memberi ijin" lelaki iyu langsung mengambil posisi duduk didepan jihyo. "Jadi-"

"aku tidak mau" potong jihyo cepat sebelum lelaki itu menyelesaikan kalimatnya.

"Padahal aku belum bilang apa apa" keluhnya

"jangan ganggu aku" ucap jihyo dingin

"Kumohon jihyo-ya bergabunglah di club bersamaku. Kau suka bernyanyi kan, aku juga sama. Kita bisa melatih vocal kita bersama" bujuk pria itu

"maaf, deokyeom-ssi. Aku tak berminat" tolak jihyo halus. Ia masih menikmati roti berselai coklat itu

"Kumohon. Tolong jangan sia-siakan bakatmu" pinta pria itu setengah memaksakan kehendaknya

Jihyo diam sambil menikmati rotinya. Pria bernama Deokyeom ini sangat mengganggu baginya. Bagaimana tidak, setiap hari dia selalu membujuk jihyo untuk masuk club musik bersamanya. Memang jihyo akui itu mungkin atas kecerobohannya. Saat itu ntah atas dorongan apa ia bernyanyi di ruang club musik. Padahal ia yakin tak ada siapapun disana. Namun dugaannya salah. Pria itu. Deokyeom. Mendengarnya bernyanyi. Dan ia merasa tertarik dengan vocal jihyo lalu terus membujuknya agar masuk club musik.

"begini saja. Kau datang sepulang sekolah untuk melihat situasi kalau kau suka kita bisa latihan bersama" tawar deokyeom

Jihyo menghela nafas
"deokyeom-ssi tolong jangan menggangguku" pinta jihyo dengan nada rada memaksa

"pikirkan dul-"

"eh babi dipanggil bora ssaem tuh" ujar seorang siswa pada jihyo

Tanpa menjawab jihyo bangkit dari duduknya.

"sudahlah. Aku mau pergi" ucap jihyo seraya berdiri. Deokyeom juga ikut berdiri namun matanya menatap siswi yang memanggil jihyo Barusan.

"kenapa kau memanggilnya begitu?" tanya deokyeom tak terima

"apaan sih. Diakan gendut seperti babi " ujar siswa itu kesal lalu berjalan menjauh

"diamlah" ujar jihyo pada deokyeom menghentikan perdebatan tak berguna baginya itu

"jihyo-ya!! Jihyo!! kutunggu di ruang club musik. Datang ya" ujar deokyeom pada jihyo yang berjalan menjauh tanpa mengucap sepatah katapun padanya.

"ahh. Bagaimana bisa dia hanya diam dipanggil begitu" guman deokyeom bingung.

Sementara jihyo tetap melanjutkan jalannya menuju ruang guru tempat bora ssaem berada.

******

Kira kira penampilan jihyo kayak gini pas disekolahan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Flying ButterflyWhere stories live. Discover now