#5. Sweet Like Honey

Mulai dari awal
                                    

Pada jam istirahat, Jungkook pergi membeli kopi dan duduk di bangku taman tak jauh dari kantor untuk sejenak mencari tempat menyendiri. Tadinya sempat berniat pergi ke restoran cepat saji terdekat bersama rekan-rekannya yang lain, tapi di sinilah dia kemudian berakhir. Terdengar berkali-kali dia membuang napas sambil menatap ponsel yang dipegangnya. Kopi di sebelahnya bahkan mulai mendingin, tapi dia masih tekun memikirkan bagaimana caranya mengatakan pada Taehyung kalau rencana liburan mereka lusa harus batal. Taehyung tentu akan kecewa.

Kontak Kim Taehyung sudah siap di layar ponsel, menunggu keputusan Jungkook untuk mengirimi pesan atau menelepon langsung. Akan tetapi jemari Jungkook masih bergeming sebab penjelasan yang akan disampaikan belum tersusun matang. Harusnya cuma perlu katakan bahwa liburan lusa dibatalkan—diundur sampai jadwal di kepolisian bisa disesuaikan—ucapkan maaf dan bilang kalau ini betul-betul terpaksa, lalu tanyakan pendapat Taehyung. Mudah. Kecuali Jungkook memang tidak pandai berbicara. Ditambah lagi, dia mana tega. Dia waswas kalau-kalau dirinya akan kesusahan berkata-kata saat berhadapan dengan Taehyung. Mungkinkah laki-laki itu akan marah?

Belum selesai Jungkook mempersiapkan mental, mendadak ponselnya bergetar—mengejutkan Jungkook, sampai-sampai dia nyaris menjatuhkan ponselnya. Nama kontak Kim Taehyung muncul di layar dengan pemberitahuan Incoming Call. Wah, seperti Taehyung tahu saja kalau Jungkook sedang memikirkannya. Belum dihubungi, sudah lebih dulu menelepon. Jungkook berdebar karena takjub, juga karena adrenalinnya terpacu gara-gara harus menyampaikan berita tak mengenakan. Bolehkah dia berasumsi kalau ini artinya Kim Taehyung juga sedang memikirkannya sekarang? Jangan-jangan ini yang dinamakan jodoh.

Tak menunggu lama-lama lagi, Jungkook segera menjawab panggilan dari Taehyung. “Iya,Hyung?”

“Hai,” terdengar suara riang Taehyung, seperti biasanya. “Kau sudah makan siang?”

“Belum. Aku baru keluar istirahat,” Jungkook menjawab. “Ada apa?”

“Begitu, ya?” Taehyung setengah bergumam. “Jadi, kau sedang apa sekarang?”

“Aku sedang minum kopi—setelah itu baru akan makan siang.”

“Di mana?”

Jungkook mulai curiga. dia mengernyit dan balik menanyai, “Kenapa?”

“Aku sekarang sedang dalam perjalanan ke tempatmu,” jawab Taehyung tak diduga-duga hingga mengejutkan Jungkook. Laki-laki itu terkesiap. “Ke tempatku?” Jungkook mengulang. “Untuk apa?”

“Untuk apa lagi?” kata Taehyung enteng. Kedengarannya berbeda jauh dengan reaksi Jungkook saat ini, terutama saat kemudian menjawab, “Aku ingin melihat adikku, dan juga—aku ingin mengunjungi kekasihku di tempat kerjanya.”

Astaga, bisa dibuat gila Jungkook dengan semua perubahan drastis ini. Mengunjungi kekasihku, katanya? Segala hal tentang hubungan ini terlalu tiba-tiba. Rasanya seperti kembali ke masa remaja. Jungkook meremang hanya karena kata-kata semacam itu—memalukan memang. Seperti remaja yang baru puber saja ia. Sudah berapa lama dia tidak berpacaran—atau, kapan terakhir kali ada yang berkata seperti itu padanya?

“Kau tidak keberatan?” Taehyung bertanya saat Jungkook belum juga memberikan jawaban.

“Iya, tentu saja kau boleh datang,” Jungkook menjawab sembari mengulas senyum impulsif. Dalam hati dia berdebar.

“Aku akan sampai sebentar lagi.”

“Oke, hati-hati di jalan,” Jungkook berpesan setelah itu panggilan pun berakhir. Begitu menurunkan ponsel, barulah dia teringat perlu menyampaikan sesuatu. Tak apa, ini bagus, dia bisa mengatakannya secara langsung.

Wild Flower | BTS KookV [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang