Bab 22

82.2K 7.7K 171
                                    

Kalo gak sabar bisa langsung ke Karyakarsa atau google playbook ya Bestie❤️

Akhirnya aku sampai di rumah Sari, tentu saja dengan membawa Fani bersamaku. Beberapa kejadian yang datang berulang kali, mencelakai orang-orang terdekatku. Apa lagi ketika penculikan yang terjadi kepada Fani membuat aku semakin hati-hati dan tidak berani melepaskan Fani tanpa ada aku di sampingnya.

"Re─Oh, Fani juga ikut!" seru Sari, wanita itu sedang menyiram tanaman di halaman rumah.

Aku tersenyum. "Beri salam tante Sari,"

Fani mengangguk dan menyalami Sari. Sari terkekeh, mengelus rambut Fani. "Fani sudah sarapan?" tanya Sari.

Fani mengangguk. "Sudah tante,"

"Wah pintar, sekarang ayo masuk. Kakak Elsa masih ada di sekolah, Fani main sama mainan Kakak Elsa saja ya." Ujar Sari, membawa Fani ke sebuah ruangan khusus untuk bermain ruangan itu di cat dengan gambar yang membuat anak kecil betah di dalam, apa lagi dengan banyaknya mainan yang tersimpan rapi di dalamnya.

Fani memandang takjub ruangan itu, aku yang mengikutinya di belakang hanya bisa memasang senyum kecil. Aku mendadak merasa gagal menjadi orang tua karena tidak bisa memberikan apa yang putriku mau.

"Ma, Fani boleh bermain?" pertanyaan Fani menyadarkan ku.

"Ah? Ya, tapi Fani tidak boleh membuat ruangan berantakan oke?" ucapku, memberi tahu.

Fani mengangguk dan berteriak senang. Berlari ke dalam ruangan, mengambil beberapa mainan yang putriku sukai. Sari terkekeh melihat tingkah putriku, begitu juga dengan aku.

"Maaf jika putri saya merepotkan meminjam mainan Elsa" ucapku kepada Sari

Sari langsung mengibaskan kedua tangannya. "Tidak apa, Elsa juga tidak akan keberatan."

"Kamu yakin? Saya tidak enak, apa tidak apa-apa saya membawa Fani bekerja?" tanyaku, masih tidak enak hati.

Sari membuang napas lelah. "Tidak apa-apa, Re. Justru bagus kalau Fani ikut ke sini, Elsa jadi ada teman main. Kamu tahu, belakangan ini Elsa mengeluh karena aku tidak bisa sering menemaninya main. Kamu tahu sendiri perutku sudah membuncit, kadang aku capek dan lelah,"

Aku tersenyum. "Wajar saja, sebentar lagi kandunganmu menginjak 9 bulan."

Sari mengangguk. "Aku tidak tahu, padahal ini anak keduaku. Tapi rasanya benar-benar lebih melelahkan daripada mengandung Elsa."

Aku terkekeh. "Mungkin kamu lelah, karena harus mengurus Elsa sembari membawa adiknya."

Sari mengangguk-anggukan kepalanya setuju. "Bisa jadi, bahkan tiap malam aku tidak bisa tidur saking sesaknya."

"Saya juga pernah merasakannya," balasku, tersenyum paham sekali dengan keluh kesah Sari barusan.

"Sari, kamu lihat ponselku?" seseorang datang memanggil, Sari menoleh melihat suaminya datang dengan ekspresi kebingungan.

"Oh, kamu sudah datang Renata."

Aku mengangguk. "Selamat pagi Pak Elios,"

Elios mengangguk dan kembali bertanya kepada Sari. "Kamu lihat ponselku tidak?"

Sari membuang napas gemas. "Kenapa balik lagi? kamu yang punya ponsel kenapa tanya sama aku?"

"Aku lupa, tadi di kantor aku cari-cari tidak ada. Aku yakin tertinggal di rumah, tapi aku tidak tahu di mana," Elios kembali membalas.

"Masih muda kok kamu udah pikun toh mas!"

Elios meringis. "Ayolah Sayang, carikan ya, please aku harus buru-buru ke kantor lagi."

Mantan Housekeeper Bos! (Housekeeper Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang