Bab 12

83.4K 8.5K 325
                                    


Aku masih tidak bisa mengontrol gerakan tubuhku. Hal yang paling aku takutkan akhirnya terjadi juga. Steven sudah tahu bahwa Fani adalah anaknya. Bagaimana bisa dia melakukan tes DNA? Sejak kapan dia melakukannya? Kenapa aku bisa lengah dan tidak tahu seperti ini.

Tidak, ini tidak benar. Aku meremas kertas tes DNA di tanganku. Amarahku bercampur. Kesal, benci, marah dan muak dengan apa yang Steven lakukan membuatku tidak bisa mengontrol emosiku. Aku mendongak, dengan kasar melemparkan gulungan kertas itu tepat ke wajah Steven.

"Apa yang kamu lakukan!? Sejak kapan kamu melakukan ini!?" bentak ku, tidak terima.

Steven tersenyum licik. "Kenapa? Kamu terkejut? Kamu pikir aku serius menuduh Fani anak Papaku? Aku hanya menyimpulkan semua kecurigaan ku saat pertama kali melihat Fani yang sangat mirip denganku. Aku masih ingat ketika kamu mengatakan sudah membunuh janin itu, yang ternyata kamu tidak melakukannya."

Aku mengepalkan kedua tanganku kuat-kuat. "Lalu apa!? Hah!? saya tidak peduli tes itu. Fani adalah anak saya, bukan kamu!"

"Tapi aku Papanya."

"Saya tidak peduli! Bagaimana bisa sekarang kamu mengakui bahwa Fani anakmu! Kamu lupa, kamu menyuruhku membunuhnya."

Steven terlihat acuh dengan kemarahanku. "Aku tidak peduli. Sudah jelas kertas itu membuktikan bahwa Fani anak kandungku. Dan aku—ingin mengambilnya darimu."

Aku menahan napasku, menggertakkan gigi. Melangkah, aku mencengkeram kerah pakaiannya. "Apa yang kamu katakan, brengsek! Saya tidak akan memberikan Fani kepada mu!"

Steven menaikkan satu alisnya. "Begitu? Menurutmu bagaimana respons Fani jika aku memberi tahunya bahwa aku Papanya?" Steven menepis tanganku kasar, sampai aku mundur beberapa langkah ke belakang.

"Tidak akan berpengaruh, Fani tidak akan mau mengakui kamu sebagai Papanya. Kamu yang memintanya mati 'kan? Dan kenapa kamu datang, berlagak seolah bahwa kamu Papa yang baik untuknya." Aku masih tidak bisa mengontrol perasaanku.

"Jangan membicarakan masa lalu. Karena kenyataannya, Fani tetap anakku. Karena itu, berikan dia kepadaku." Balasnya, enteng.

Aku tidak tahu lagi harus bagaimana, tanganku gemetaran sekarang saking marahnya. "Mau kamu apakan, mau membunuhnya!?"

Wajah Steven terlihat mengeras. Mendekat lalu mencengkeram bahuku. "Ku bilang jangan pernah membicarakan masa lalu. Berikan saja Fani kepadaku, setidaknya aku bisa memenuhi kebutuhannya."

Aku menatapnya tajam. "Tidak akan pernah!"

Steven mendengus. "Kenapa kamu begitu egois? Kamu tidak memikirkan perasaan Fani? Kamu pikir, Fani senang hidup denganmu? Hidup miskin seperti ini, apa kamu pikir aku rela melihat putriku tumbuh di lingkungan seperti itu? Setidaknya aku bisa memberikan apa pun yang dia mau,"

"Saya masih mampu menuruti dan menghidupi Fani. Jangan menggurui saya hanya karena kamu orang kaya."

Steven tertawa geli. "Mampu kamu bilang? Kamu pikir aku akan membiarkan kamu memberikan anakku uang hasil melacurmu."

Aku semakin mengepalkan kedua tanganku. "Uang apa pun itu, kamu tidak perlu ikut campur. Fani putri saya, saya yang mengandung dan melahirkan. Saya yang mengurusnya sampai sebesar ini. Dan kamu, kamu hanya Papa yang tidak sama sekali mengharapkan kehadiran Fani. Jadi, kubur harapanmu untuk mengambil Fani dari Saya. Permisi."

Aku buru-buru pergi, tidak ingin berdebat terlalu lama. Aku benci seperti ini, aku benci bertemu dengan Steven.

"Kamu lihat saja nanti! Aku akan mengambil Fani darimu dan membuatmu menderita," geramnya, marah.

Mantan Housekeeper Bos! (Housekeeper Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang