6. His Story

8K 1.3K 111
                                    

Aku belum baca ulang chapter ini. Rasanya tidak T.T

Jeno berjalan dengan cepat di lorong rumah sakit, diikuti Renjun dan Haechan di belakangnya. Jaemin tidak ikut karena kursi penumpang mobil keluarga Jeno hanya bisa menampung tiga orang lebih dengan ibu Jeno duduk di kursi depan karena wanita itu perlu pergi ke suatu tempat juga. Renjun ikut karena dia yakin Lucas ada di sana, sementara Haechan bersikeras tidak mau meninggalkan Jeno sendirian. Jaemin berpikir, kenapa harus Haechan ? Tapi akhirnya Jaemin mengalah. Mereka tidak tau Haechan sudah khawatir setengah mati pada keadaan Mark. Selama perjalan Haechan berusah menahan tangisannya, berbeda dengan Jeno yang terlihat pucat. Tapi Renjun bisa merasakan perbedaan dari keadaan sahabatnya dan berpikir mungkin Haechan khawatir pada kondisi Jeno.

Mereka sampai di depan kamar Mark dirawat, ada Lucas disana, menununggu yang lain datang. Jeno juga dapat melihat Baejin yang sepertinya datang karena khawatir juga.

"Apa yang terjadi ?" tanya Jeno dengan cepat.

"overdosis obat tidur" jawab Lucas pelan.

"aku tidak tau Mark hyung ternyata sedepresi itu" Baejin bergumam. Haechan yang mendengarkan sudah benar-benar akan menangis, sayang banyak mata yang akan melihatnya menangis, Haechan tidak mau itu terjadi. Tapi Mark....

"ayo masuk" Mereka bertiga masuk dan mendapat Mark dengan mata terpejam di atas tempat tidur rumah sakit, alat bantu pernafasan menempel di wajahnya,

"Apa parah ?" Lucas menggelengkan kepalanya.

"ibunya cukup cepat untuk menemukannya dan menelopon ambulans, Mark baik-baik saja, hanya perlu dirawat selama beberapa hari"

Jeno menghela nafas lega setelah mendengar penjelasan dari Lucas. Haechan juga sangat benar-benar tenang setelah mendengarnya. Haechan tanpa sadar mendekat ke arah tempat tidur Mark, menatap wajah Mark yang terlihat damai karena tertidur. Haechan ingin menangis, skenario macam apa ini ? Pertama kali Haechan melihat Mark dalam hidupnya dan keadaan harus seperti ini. Haechan kira hidup mereka di masa lalu tidak seperti ini.

"Haechan" panggil Renjun pelan. Tapi Haechan tidak mendengar, pikirannya kosong pada wajah Mark yang dihiasi alat bantu pernafasan itu. Alat seperti itu tidak cocok pada wajah tampan Mark, Haechan pikir.

"Chan... Ayo pulang, Jeno akan baik-baik saja dengan Baejin. Lucas akan mengantar kita" saat itu akhirnya Haechan sadar dan mengangguk pelan. Haechan ingin diam lebih lama, tapi siapa dirinya ? Mengharapkan bisa menemani Mark disini. Haechan menjauh dari tempat tidur Mark, menyelipkan catatan kecil di bawah bantalnya sebelum pamitan dan pergi bersama Renjun dan Lucas. Lucas terlihat sangat muda, lebih tampan dari apa yang Haechan ingat. Saat itu ketika mereka berjalan di koridor rumah sakit mereka berpapasan dengan seorang wanita yang berjalan dengan dagu terangkat dan suara high heals yang mendenting. Haechan dapat merasakannya, aura menyeramkan yang tidak bisa dibantah. Haechan berbalik, menatap wanita yang masuk ke dalam kamar Mark dirawat, dia ibu Mark.

"Chan , ayo" panggil Renjun. Haechan pun menurut, kembali berjalan bersama mereka.

"Jadi namamu Haechan ?" tanya Lucas basa basi. Haechan hanya mengangguk pelan.

"Terima kasih karena mau datang, kadang Jeno kalau ketakutan tidak bisa mengontrol diri dan Renjun akan tidak peduli kepadanya" Renjun memukul lengan Lucas pelan, tidak suka dengan pernyataan calon tunangannya itu. Haechan dapat melihat perbedaan tinggi mereka yang sangat lucu.

"Kalian akan ujian kan ? Sayang sekali Mark harus seperti ini disaat terpenting dalam hidup Jeno dan kalian, kalian berdua jadi ikut susah" Lucas menjelaskan "aku akan berusaha agar Jeno kembali fokus pada ujiannya, jadi kalian juga fokuslah pada ujian kalian, kita disini akan baik-baik saja" tambah Lucas. Mereka sampai di mobil Lucas yang sudah bisa menyetir sendiri. Haechan dan Renjun duduk di kursi belakang dan mereka pergi dari rumah sakit. Saat itu, saat Haechan melihat note kecil, note pertama yang Haechan berikan pada semua teman Jeno menempel di kaca atas dalam mobil Lucas, saat itu Haechan jatuh dan menangis dengan sangat keras, membuat Renjun dan Lucas bingung hingga Lucas harus memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Haechan tetap menangis, makin lama makin keras, tidak ada yang tau kenapa Haechan menangis. Haechan tetap menutup mulutnya sampai hari ujian tiba.

[END] [Markhyuck] Me & YouWhere stories live. Discover now