3

26.3K 3.4K 136
                                    

"Nah, Laila, ini Rendra. Anak sulung Tante yang sudah 10 tahun tinggal di Perancis," ucap Gea memperkenalkan Laila dan Rendra. Laila hanya diam dengan mata menatap tepat ke arah mata Rendra. Dia merasa kalau Rendra mirip seseorang yang dia kenal. Tetapi entah siapa dia juga lupa.

"Loh, kok malah diam-diaman? Kenalan dong," ucap Gea. Laila yang mendengarnya langsung mengulurkan tangan.

"Laila," ucap Laila singkat seraya menyebut namanya. Rendra pun membalas uluran tangan Laila. Darah Laila berdesir kala tangan besar Rendra menggenggam tangannya untuk beberapa saat.

"Rendra," balas Rendra singkat. Setelah itu, tangan mereka terlepas dan mereka kembali terdiam.

"Laila, kamu mengobrol dengan Rendra saja dulu. Tante mau nyemperin teman Tante. Sekalian cari adik kembarmu," ucap Gea. Laila menatap Gea dan mengangguk pelan.
Setelah itu, Gea pun pergi dari sana.

"Bisakah kau berhenti menatapku seperti itu?" tanya Laila risih karena sedari tadi Rendra terus saja memandanginya.

"Maaf. Aku hanya sedang mencoba mengingat. Sepertinya, aku pernah bertemu denganmu," jawab Rendra. Laila mengerutkan kening bingung mendengarnya. Kenapa pikirannya dan Rendra sama?

"Eh, ngomong-ngomong, kau ke sini bersama siapa? Dan, siapa yang mengundangmu?" tanya Rendra berusaha mengajak Laila mengobrol. Tentu saja sembari mengingat-ingat kapan dia pernah bertemu dengan gadis cantik yang berdiri di hadapannya sekarang.

"Tante Gea mengundang keluargaku. Tetapi, orangtuaku tak bisa hadir karena harus pergi ke Bandung. Jadi, aku yang datang ke sini bersama kembaranku," jawab Laila. Dia menatap ke arah meja dan mencari makanan yang setidaknya bisa dia makan.

"Apa kembaranmu itu mirip sekali denganmu?" tanya Rendra. Laila menggeleng. Tangannya bergerak mengambil segelas jus jeruk dan menyeruputnya dengan pelan.

"Tidak. Kami kembar non-identik," jawab Laila. Rendra mengangguk pelan. Matanya yang semula menatap wajah Laila turun pada kalung yang dipakai Laila. Tanpa sadar, tangannya bergerak menyentuh liontin kalung itu. Laila terkejut karenanya. Dia menepis tangan Rendra yang dia pikir
akan melakukan hal-hal tak senonoh.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Laila dengan nada tinggi dan mata tajam. Rendra menyadari kesalahannya dan langsung meminta maaf.

"Maaf. Aku hanya ingin melihat kalung yang kau pakai itu. Aku tidak bermaksud melakukan hal buruk padamu," jawab Rendra. Laila memicingkan matanya tajam pada Rendra.

"Kalau boleh tahu, dari mana kau mendapatkan kalung itu?" tanya Rendra. Laila menatap Rendra sesaat lalu menatap kalungnya sendiri.

"Ini, pemberian dari seseorang. 10 tahun yang lalu," jawab Laila. Rendra hendak berbicara lagi. Namun, keburu ada yang datang menghampiri mereka.

"Kak, selamat datang," ucap seorang gadis berambut coklat pada Rendra. Mereka bersalaman dan Rendra mengucapkan terima kasih. Tak sengaja, Laila menatap gadis itu. Dia mendecih pelan dan langsung membuang muka.

"Eh, Kak Laila di sini juga ternyata," ucap gadis itu yang tak lain adalah Raina, pacar Aldi.

"Ya," jawab Laila singkat. Rendra menangkap aura tak menyenangkan dari Laila kala gadis itu datang.

"Emh, saya permisi dulu ya Kak," ucap Raina dengan sopan pada Rendra dan Laila. Dia pun berbalik dan pergi dari sana untuk mencari kekasihnya. Dia akan lebih berani berhadapan dengan Laila jika bersama Aldi.

"Banyak tamu yang datang. Tapi, sebagian dari mereka tak kukenal. Siapa gadis barusan?" tanya Rendra pada Laila. Laila yang sedang memainkan gelas di tangannya menatap Rendra dengan tatapan yang sangat menusuk. Pertanda kalau perasaannya sedang buruk.

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang