2

29.5K 2.9K 85
                                    

Sesampainya di rumah, Laila dan Zia melihat orangtua mereka yang sudah siap pergi dengan dua koper besar di tangan ayah mereka.

"Mau ke mana?" tanya Laila heran.

"Mau ke Bandung. Kita akan menginap di rumah kakek dan nenek kalian. Kasihan mereka," jawab Vely.

"Aku dan Laila ikut gak?" tanya Zia.

"Kalian jangan ikut. Tinggal saja di sini. Kakak kalian yang akan ikut," jawab Vely. Zia bersorak riang mendengarnya. Dia memang paling enggan untuk berkunjung ke rumah kakek dan neneknya di Bandung. Bukan tanpa alasan Laila dan Zia tak suka berkunjung pada orangtua ibu mereka. Namun, tahu apa yang dulu pernah terjadi membuat Laila dan Zia benci pada kakek dan nenek mereka itu. Apalagi pada tante mereka yang sampai kini sakit-sakitan dan merepotkan. Beruntungnya, tante mereka yang satu lagi, sudah meninggal lima tahun lalu.

"Baguslah. Sampaikan salamku pada mereka. Semoga Tante Veana segera mati menyusul Tante Virna," ucap Laila. Sean dan Vely melotot mendengarnya. Namun, Laila tak peduli dan berlalu dari sana menuju kamar mereka. Namun, dia berhenti sesaat.

"Seharusnya, Ayah dan Bunda jangan pedulikan mereka. Masih beruntung kalian memberikan rumah dan semua usaha kalian pada mereka yang jatuh miskin," ucap Laila masih tidak terima dengan kebaikan orangtuanya, terutama ibunya.

"Mereka sudah tua Laila. Tante Veana juga sakit-sakitan," ucap Daniel menyambung pembicaraan.

"Ya ya ya. Dia malah jadi tidak tahu diri. Pokoknya, sampai kapanpun aku tidak akan memaafkan mereka bertiga. Bersyukur sekali Tante Virna sudah mati," desis Zia kesal.

Wajar jika mereka berdua seperti itu. Karena sepuluh tahun yang lalu, saat usia mereka delapan tahun, Virna dan Veana menculik Laila juga Zia. Mereka berdua sengaja melakukan itu. Bahkan, mereka membuang Laila dan Zia di jalanan sepi yang jauh dari rumah.

Sampai sekarang, Laila dan Zia masih ingat kejadian itu. Kejadian di mana mereka berdua harus hidup selama tiga hari di jalanan dengan perut kelaparan dan ketakutan akan penjahat.

"Kalau pun nanti mereka mati, aku tak sudi melayat," lanjut Laila. Dia dan Zia pun berjalan melanjutkan langkah yang sempat terhenti.

"Tunggu," ucap Vely menahan langkah kaki Zia dan Laila.

"Tadi, Tante Gea menghubungi Bunda. Katanya, beliau membuat pesta penyambutan anak sulungnya. Karena Ayah, Bunda dan Daniel tidak bisa hadir, Bunda minta kalian untuk hadir," ucap Vely.

Gea adalah teman Vely. Walaupun usia mereka berbeda beberapa tahun, mereka lumayan akrab setelah Vely dan Sean pindah lagi ke Jakarta delapan tahun yang lalu. Dan Gea, adalah ibu Aldi.

"Enggak mau. Males. Biar Zia aja sendiri yang datang," balas Laila dengan malas. Dia pun pergi dari sana.

"Zia, Laila kenapa?" tanya Vely.

"Bun, Laila baru saja putus dari Aldi. Jadi ya, pasti dia enggan datang ke rumah Tante Gea karena bisa saja di sana nanti dia bertemu dengan Aldi," jawab Zia dengan jujur.

"Tolonglah bujuk Laila. Bunda buru-buru harus pergi," ucap Vely. Zia menghembuskan nafas pelan.

"Baiklah Bunda. Kalian hati-hati di jalan ya. Jangan lupa kirim aku oleh-olehnya," ucap Zia. Vely dan Sean mengangguk. Mereka pun keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil yang akan dikemudikan oleh anak sulung mereka.

***

"La, ayolah. Nanti Tante Gea kecewa. Gue gak mau datang sendirian. Kalau ada yang nyulik gue nanti gimana?" tanya Zia. Laila menoyor kepala Zia dengan kuat setelah mendengar pertanyaan gak masuk akal dari Zia.

My Little GirlWhere stories live. Discover now