Ini bukan hanya ucapan, Jeno seperti menyindir Mark. Karena memang apa yang di katakan Jeno ada benarnya. Untuk apa dia terus bekerja jika dia itu akan membuat dia kehilangan seseorang.

Haechan mengerjapkan beberapa kali matanya, tidak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini, kata-kata yang keluar dari mulut Jeno entah kenapa membuatnya sedikit sakit.

"Besok Mama akan datang, dan kamu akan menghabiskan waktumu bersamanya. meninggalkan keluargamu demi orang lain?" Mark kini berbicara dengan nada tegas

Jungwoo dan Lucas hanya bisa saling menatap. Tidak tau harus berbuat apa saat ini. karena mereka tidak memiliki hak untuk

"Orang lain? Jaemin kekasihku dari dulu dan semua orang juga tau akan hal itu. Jadi bagaimana bisa dia menjadi orang lain?"

"Tapi dia hanya kekasihmu Jeno. Tidak ada hubungan lebih di antara kalian. Tidak ada hubungan pasti yang bisa mengikat kalian"Kekeh Mark

Jeno menghembukan napas kesal, tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari Mark.

"Kenapa sih kak, Kenapa kakak tidak pernah suka dengan Jaemin. Apa salahnya? Kurasa dia tidak pernah membuat kesalahan denganmu. Bukankah sebaliknya, Kamu yang membuat kesalahan de.."

"JENO" bentak Mark

Semua orang diam. Menatap tidak percaya pada Mark. Kecuali Jeno yang menatap Mark dengan senyuman sinis di wajahnya. Sedetik kemudian mata Jeno melirik Haechan. Melihat wajah terkejut dari Haechan karena Mark

"Aku akan menyusul Jaemin. Lanjutkan obrolan tanpa aku"

Berdiri meninggalkan mereka, Jeno terlihat dengan jelas jika sedang marah. Tak ingin membuat adiknya salah paham lebih jauh. Mark juga berdiri, mengikuti Jeno dari belakang.

"Jeno tunggu, aku tidak bermaksud seperti itu"

"Apa kak, bermaksud apa? Sudahlah, semua sudah jelas. Kakak pikir aku bodoh."

Jeno melihat kesekeliling, mencoba untuk memastikan jika tidak ada orang yang berada di sekitar mereka. Mendekati Mark, kini Jeno menatap kakaknya itu.

"Kak Mark tidak akan melakukan hal itu jika kakak tidak memiliki rasa dengan Jaemin kan. Kamu tidak mungkin menyentuh Jaemin jika kamu tidak memiliki rasa padanya."

Mark membolakan matanya, menatap tidak percaya dengan Jeno saat ini.

"Jangan bercanda Jeno. Hanya karenanya kamu bertindak tidak sopan pada kakakmu sendiri"

Cih,

Jeno mengalihkan pandangannya.

"Sudahlah kak, Kak Mark tidak ingin aku selalu bersama Jaemin karena kak Mark tidak suka melihatku bersama Jaemin kan. Apa kamu pikir aku tidak tau jika setelah kejadian itu Kak Mark selalu mengikuti Jaemin. Aku tau semuanya kak. Tapi aku hanya diam, aku masih menghormatimu sebagai kakakku. Tapi jika kamu menganggap Jaemin sebagai orang lain. Maaf, aku tidak menerima perkataan itu. Dia bukan orang lain. Dia milikku."

Tanpa sepengatahuan Jeno, Mark mengepalkan tangannya. Menahan untuk tidak terbawa suasana. Dia masih mencoba bersabar dengan apa yang di katakan adiknya itu.

"Kak Mark sudah memiliki Haechan, memiliki Jayden. Jadi jangan pernah berharap akan memiliki Jaemin."

Jeno tersenyum sinis, dia tau jika Mark saat ini sedang menahan amarahnya.

"Jaemin hanya milikku. Bukan milikmu" lanjut Jeno

"Tapi apa pantas Jaemin bersama pembunuh sepertimu"

"Setidaknya Jaemin tau apa yang aku lakukan. Tidak seperti Haechan yang tidak tau apa-apa jika ternyata suaminya ini selingkuh"

Jeno berbalik, meninggalkan Mark yang hanya mematung.

Jeno meraba dadanya. Menghembuskan napas untuk mengatur kembali emosinya. Tidak baik jika Jaemin tau apa yang baru saja terjadi padanya.

"Jeno sabar. Maafkan aku karena manjadi adik durhaka Ma" batin Jeno










Tangan Jeno perlahan membuka pintu, tapi sepertinya kepekaan Jaemin membuat Jeno gagal menyelinap. Tersenyum melihat Jeno mendekatinya, kini Jaemin berdiri dan berjalan kearah Jeno.

Tanpa mengucapkan kata-kata, tangan Jeno langsung menangkup pipi Jaemin. Menyatukan bibir mereka dan memulai melumat bibir manis kekasihnya itu.

Awalnya Jaemin hanya diam saja. Tapi setelah bebeberapa lumatan dari Jeno, kini dia mengikuti alur pemainan yang Jeno buat untuknya.

"Jeno, sudah" ucap Jaemin pelan

Melepas ciumannya, Jeno tersenyum penuh kemenangan di depan Jaemin. Tangannya yang masih di pipi Jaemin kini bergerak untuk membelai wajahnya.

"Hanya aku yang bisa melakukan ini padamukan?"

"Tentu saja. Kamu tidak percaya padaku?" balas Jaemin

"Tentu saja aku percaya"

"Lalu kenapa bertanya" ucap Jaemin

"Hanya ingin saja. Memangnya tidak boleh"

Jeno memeluk Jaemin, merasakan bagaimana nyamannya bersama dengan Jaeminnya. bagaimanapun perasaan kacau Jeno, Jaemin dengan mudahnya bisa membuatnya kembali tenang.

Jaemin bagaikan obat untuknya, bahkan Jeno seperti sudah kecanduan dengan bagaimana Jaemin ada untuknya.

"Jeno~"

"Iya Na," ucap Jeno pelan, jika sudah seperti ini. Jeno yakin jika Jaemin akan meminta sesuatu yang lebih padanya.

"Sepertinya akan bagus jika ada seseorang di antara kita" ucap Jaemin lirih

Jeno tau arah ucapan Jaemin. Sangat tau. Jeno tau apa yang di inginkan Jaemin darinya. Jenopun juga menginginkan hal itu. Tapi itu bukanlah urusan yang mudah. jeno tidak ingin terlalu terburu-buru hingga nantinya membuat masalah baru.

"Bukankah kita sudah pernah membahasnya. Aku tidak ingin mengambil resiko Na. Kamu tau posisiku kan"

Jeno memperat pelukannya. memberi tau Jaemin bagaimana perasaannya.

"Sampai kapan?" lirih Jaemin

"Aku mencintaimu. Tanpa atau dengan kehadiran seseorang. Jaeminie" kata Jeno tidak nyambung, "Ada Jayden. Kamu bisa bersamanya"

"Tapi pasti akan berbeda rasanya" sedih Jaemin

"Apa kamu benar-benar menginginkannya?"

Jaemin mengangguk, tapi detik berikutnya dia menggelengkan kepala. Sebenarnya dia juga masih ragu dengan keinginannya.

"Bagaimana dengan karirmu Na. Aku tidak ingin menghancurkan karirmu. Kita masih bisa menundanya. Sampai semuanya siap."

Jeno kembali menangkup pipi Jaemin, matanya menatap mata Jaemin begitu dalam.

"Sampai kamu dan aku siap."

Jaemin menarik Jeno, menyatukan kembali bibir mereka. Kali ini Jaemin yang memulai, mendominasi bibir Jeno. Menyalurkan bagaimana perasaan gundahnya saat ini.

Di sela-sela ciuman, Jeno tersenyum. Matanya tidak sengaja melihat bayangan seseorang di ambang pintu. Tangan Jeno kini membawa tubuh Jaemin untuk kearah sofa, membaringkannya di sana. mengabaikan jika di ranjang ada Jayden yang tertidur pulas.













Tbc










Aku akan tutup mata dan silahkan jika kalian ingin protes.




Happy reading

Maaf jika ada typo

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora