Telur

13 0 0
                                    

Aku melangkah masuk kedalam istana indah yang berada di puncak gunung Mahameru. Hawa sejuk menerpa kulitku, dan tercium semerbak wangi bunga di dalam istana itu. Sesekali tercium bau belerang diantara wangi bunga itu menandakan bahwa kawah candradimuka baru saja mengamuk. Aku memasuki istana itu tidak sendirian. Di depanku ada 2 sosok yang mendahuluiku melangkah masuk istana.

Satu sosok aneh tersebut memiliki penampilan yang ganjil yaitu dengan mulut yang melebar seperti paruh bebek. Ia tampak sangat sedih, dengan kepala menunduk dan langkah berat, Ia adalah kakak tertuaku bernama Tejamaya.

Sedangkan sosok lainnya juga tidak kalah ganjil. Tubuhnya besar dan bulat. Sosok itu tampak juga sedih dilihat dari matanya yang sembab, tetapi anehnya dia tampak tersenyum. Sepertinya dia pasrah dengan keadaan yang dialaminya. Dia adalah kakak keduaku yang bernama Ismaya.

Kedua kakakku itu awalnya sama seperti aku. berwujud manusia biasa yang tampan. Mereka terkena kutukan karena terlibat perkelahian memperebutkan tahta penguasa Istana di puncak Mahameru ini. Mereka berdua adu kesaktian yang sangat dahsyat yang bahkan dapat membuat kawah Candradimuka mengamuk menandakan bahaya besar bagi jagad raya.

Untuk mengakhiri perselisihan mereka, mereka mencoba adu kesaktian dengan memakan sebuah gunung, dan memuntahkannya kembali. Kakak Tejamaya terburu-buru untuk memakan gunung itu sekaligus. Akibatnya mulutnya menjadi robek dan melebar seperti paruh bebek.

Kakak Ismaya cukup cerdas, Dia memakan gunung itu secara pelan-pelan tetapi dia gagal memuntahkannya kembali sehingga badannya menjadi membulat dan membesar. Giginya pun rontok meninggalkan 2 gigi seri di bagian bawah mulut.

Kami bertiga tiba di depan tahta. Kami segera menunduk, dan menyembah orang yang duduk di tahta itu. Dia adalah Sang Hyang Tunggal, penguasa istana ini sekaligus ayah kami bertiga. Ia menyinggungkan senyum yang menyejukan kepada kami bertiga.

"Anak-anakku, janganlah bersedih. Ini sudah merupakan suratan takdir dari Tuhan penguasa jagad bahwa kalian harus mengalam peristiwa menyedihkan ini." hibur Sang Hyang Tunggal.

Kakak Tejamaya dengan wajah yang sedih, menyembah ayahanda Sang Hyang Tunggal dan berkata," Oh ayahanda, Ananda mengaku salah telah terbawa hawa nafsu. Ananda bersedia melakukan apa pun untuk menebus kesalahan ini."

Sang Hyang Tunggal berkata," Oh anakku Tejamaya, aku tidak bisa berbuat apa pun untuk mengembalikan wujud kalian menjadi seperti semula."

"Kakak Tejamaya, jangan kamu bersedih lagi" hibur kakak Ismaya, " Semua kejadian ini pasti ada pelajaran berguna yang bisa kita ambil, " Lanjut kakak Ismaya.

Sang Hyang Tunggal mengangguk," Benar kata Ismaya, Tejamaya. Meski pun rupa kalian menjadi seperti itu, yakinlah kalian masih bisa berguna bagi jagat raya ini,"

Kakak Tejamaya mencoba menenangkan dirinya setelah mendengar kata-kata menghibur dari kakak Ismaya dan ayahanda Sang Hyang Tunggal. Sejenak kemudian suasana menjadi sunyi. Kami berempat jatuh dalam perenungan kami masing-masing

"Maaf, ayahanda!" kataku memecah kesunyian, " Kakak Ismaya, dan kakak Tejamaya berselisih paham karena merasa sama-sama memiliki hak atas tahta dan istana ayahanda karena berdasarkan cerita ayahanda kepada kami, kami adalah kembar tiga yang berasal dari sebuah telur."

"Ayahanda juga berkata berkat mujizat dari Tuhan empunya kehidupan, telur itu pecah menjadi 3 bagian, kulit telur menjadi kakak Tejamaya, putih telur menjadi kakak Ismaya, dan kuning telur menjadi ananda"

Ayahanda Sang Hyang Tunggal, dan kedua kakakku memandangiku. Sejenak kemudian ayahanda Sang Hyang Tunggal berkata," Anak-anakku, kalian salah memahami makna kelahiran kalian." Lanjutnya, "Memang benar kalian itu kembar 3 yang lahir bersamaan, dan memang siapa pun diantara kalian berhak atas tahtaku."

"Aku mengandaikan kelahiran kalian ibarat sebuah telur karena itu adalah perwujudan doaku kepada Tuhan Sang Pencipta."

" Sebuah telur jika tidak memiliki kulit sebagai pelindung, maka isi di dalamnya akan menjadi busuk, dan tidak memungkinkan akan tumbuhnya kehidupan. Lalu apalah arti sebuah kulit telur tanpa memiliki isi sebagai sumber kehidupan, ? Ia tidak lebih menjadi sampah yang tak berguna"

"Begitu pula kalian, anak-anakku. Kalian memiliki keistimewaan dan bakat masing-masing, tetapi hendaknya dengan itu kalian menyadari pentingnya saling rukun, bersatu, dan membantu satu sama lain mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi kalian sendiri, maupun bagi seisi jagat raya."

Ayahanda Sang Hyang Tunggal memandang kearah kakak Tejamaya, dan berkata, "Tejamaya, pada saatnya nanti engkau harus turun ke dunia manusia. Saat itulah mengabdilah pada orang-orang yang keras hati menentang ajaran dan jalan Tuhan Sang guru kehidupan. Tuntunlah mereka kembali ke jalan-Nya yang penuh kebaikan. Tugasmu ibarat kulit telur yang melindungi isi telur dari segala kejahatan dari luar, dan mulai sekarang engkau kunamai TOGOG."

Ayahanda Sang Hyang Tunggal kemudian memandang ke kakak Ismaya, dan berkata," Ismaya, pada saatnya nanti engkau pun juga harus turun ke dunia manusia. Mengabdilah kepada manusia-manusia yang berada di jalan ajaran Tuhan Sang Guru kehidupan. Bimbinglah dan tuntunlah mereka agar tidak tersesat ke jalan yang murka, dan sesat. Tugasmu ibarat putih telur yang melindungi kehidupan dari dalam, dan memberikan makanan yang bergizi bagi kehidupan itu. Mulai sekarang engkau kunamai SEMAR."

Kakak Tejamaya, dan Ismaya menghaturkan hormat, dan sembah kepada ayahanda Sang Hyang Tunggal pertanda mereka siap melaksanakan tugas yang akan dibebankan kepada mereka.

Ayahanda Sang Hyang Tunggal kemudian memandangiku, dan berkata, "MANIKMAYA, tahta JOGRINGSALAKA di puncak Mahameru ini aku serahkan kepadamu. Tugasmu, dan keturunanmu adalah mengatur, dan menjaga jalannya kehidupan di jagad ini, baik jagad langit, jagad manusia, atau pun jagad bawah. Mulai sekarang namamu adalah BATHARA GURU yang juga di sebut SANG HYANG OTIPATI, SANG HYANG JAGAD NATA, atau SANG HYANG GIRINATA

Saat ayahanda Sang Hyang Tunggal memberikan sabda, aku menghaturkan sembah. Dalam hati aku bergembira karena mendapatkan kekuasaan yang demikian besar. Jauh melebihi kedua kakakku yang menjadi buruk rupa karena kelengahan mereka.

"Anakku, Manikmaya!", ayahanda Sang Hyang Tunggal seolah-olah menegurku dalam kehalusan tuturnya, " aku tahu segala isi pikiranmu, dan rencanamu. Aku pun tahu bahwa engkau lah yang memberi bara api kepada hati kedua kakakmu agar mereka berselisih."

Mendengar perkataan ayahanda Sang Hyang Tunggal itu, tubuhku gemetar, disertai keringat dingin. Tak kusangka ayahanda Sang Hyang Tunggal dapat mengetahui rencana yang sudah aku susun ini.

"Manikmaya, hukuman atas perbuatanmu dari Tuhan Sang Hakim Maha Adil akan datang pada waktunya." Lanjut ayahanda Sang Hyang Tunggal.

Dengan tubuh yang gemetar, aku pun mengaku, " Am-Ampun ayahanda! ananda mengaku salah telah memanfaatkan kelengahan kakak Tejamaya, dan Ismaya, serta membuat mereka harus mengadu kesaktian."

Ayahanda Sang Hyang Tunggal lalu bersabda kepada kakak Tejamaya, dan kakak Ismaya," Tejamaya, dan Ismaya, kalian kuberikan sebuah hak untuk menegur dan menggugat kekuasaan Manikmaya apabila dia menyalahgunakan kekuasaan besar yang dia miliki untuk kepentingannya sendiri."

Kakak Ismaya, dan kakak Tejamaya kembali menghaturkan sembah sebagai rasa terima kasih dan syukur karena Ayahanda Sang Hyang Tunggal memberikan keputusan yang adil bagi kami bertiga

Setelah menyerahkan tahta kepadaku, Ayahanda Sang Hyang Tunggal berserta ibunda Dewi Darmani dan ibunda Rekatawati pun memulai "perjalanan kehidupan baru". Kakak Tejamaya, dan Kakak Ismaya masih berada di istana ini untuk membantu dan membimbingku mewujudkan masyarakat kadewan yang bertugas mengatur jalannya jagad .

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Story of the ShadowWhere stories live. Discover now