Attention

38 4 1
                                    

Aku berusaha mengingat kembali ingatanku yang hilang itu... Namun usahaku tidak membuahkan hasil... Anehnya, aku masih ingat dimana rumahku berada, siapa saja keluarga dan kerabatku, teman-teman dan sahabatku... Tetapi aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi beberapa menit yang lalu...

"Andai saja aku tau kapan aku berada di tengah jalan raya seperti ini...Sepertinya aku mulai mengalami amnesia..." pikirku. Ada sekelompok orang berkumpul di depan sebuah mobil. Aku pun heran, jadi aku mendekati mereka. "Uhh... Sudah terlalu banyak orang... Aku tidak bisa melihat apapun..." Karena aku sudah sangat heran, aku pun menepuk bahu seorang pemuda, "Permisi pak, ada apa yang terjadi... Kok ramai begini?" Anehnya, dia tidak menyahut. "Wah... Tidak sopan..." Pikirku. Aku pun bertanya kepada seorang nenek yang sudah tua, namun dia tetap tidak menyahutku. Huft.. Apa memang hari ini nasibku diabaikan yah? Yasudah pulang dulu ah, udah sore pula... Aku pun berjalan pulang.

Sesampainya aku di rumah, aku membuka pintu dan melihat mama dan papa sedang duduk bersama dengan adikku yang imut. "Mah, Pah, dek... Aku pulang..." Tidak ada yang menjawab. "Mah, Pah, dek... Aku pulang..." kusapa sekali lagi, namun tetap saja tidak ada yang menjawabku... Aku pun merasa heran "Loh, kok hari ini semua orang pada mengabaikanku?". "Anak itu, sampai sekarang belum pulang yah... Padahal sudah sore loh.." kata mama dengan ekspresi khawatir. "Jangan khawatir sayang, putri kita sudah besar... Kita harus memberinya sedikit kebebasan..." kata papa menghibur mama. "Mah-" belum sempat kuselesaikan kalimatku, adik langsung memotongnya, "Mah, Pah... Jangan-jangan terjadi sesuatu sama kakak yah?" "Hush! Anak kecil jangan asal bicara!" kata papa kesal. "Tapi... bisa saja jadi kenyataan, kan? Putri kita tidak pernah pulang lebih lambat dari jam 6 sore, sekarang aja sudah jam 7...", sambung mama dengan mata berkaca-kaca. Papa terdiam sejenak, lalu berkata "Yah... Saya juga khawatir sih... Saya akan mencarinya...". "Hati-hati, sayang..." mama lalu memeluk papa. "Pah! Aku disini , pah! Pah!" papa pun mengabaikanku dan berjalan keluar rumah. "Mah, aku salah apa, mah? Kenapa semua orang mengabaikanku?" Kataku dengan mata berkaca-kaca. "Dek, kamu melihatku kan?" Aku bertanya kepada adikku dengan penuh harapan.Namun tetap saja, aku diabaikan... Aku berteriak sekuat tenaga, menghantam meja dan melakukan segala cara untuk membuat mereka memerhatikanku. Malahan, mereka merasa takut. Frustasi, aku berlari ke kamar dan mengunci diri sendiri sambil menangis. Aku pun tertidur karena kecapekan menangis.

Keesokan harinya, aku pun terbangun karena sinar matahari yang begitu menyilaukan. Aku pun keluar dari kamarku dan melihat mama, papa, dan adik duduk di ruang tamu. "Wah tumben, mama, papa, dan adik berkumpul bersama di pagi hari yang cerah!" Pikirku, bahagia. Tetapi, mereka tidak terlihat bahagia, sedih malahan. Aku pun heran dan mendekati mereka. Aku kaget, sekaligus sedih. Di meja ruang tamu terdapat koran yang memberitakan tentang kecelakaan di jalan XX. "Itu kan... Jalan... yang kulalui kemarin..." pikirku, "Dan... dan juga perempuan yang ditabrak... kan mirip aku..." Sekarang aku paham mengapa orang-orang mengabaikanku...


ClusterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang