Duduk di salah satu sofa yang ada diruangan ini, kini Jeno kembali memeluk Jaemin. Membelai punggung Jaemin dengan tangan besarnya.

"Kenapa kamu bisa kesini? tempat ini tidak cocok untukmu Na"

"Kamu tidak menjawab telpon semalam, aku khawatir Jeno. Dan saat tadi pagi aku menelponmu seseorang mengangkatnya dan bilang jika kamu ada di sini"

"Maaf, aku lupa memberi taumu jika tadi malam aku ada tahanan. Aku menyelesaikan intrograsi tadi pagi setelahnya kami minum-minum dan yah, seperti yang aku katakan tadi"

"Kamu mabuk?"

"Tidak, Na. Aku hanya melihatnya. Aku tidak ikut minum"

"Apa kamu membunuh?"

Jeno melepaskan pelukannya, menciumi wajah Jaemin dengan senyum di wajahnya.

"Bukannya aku pernah berjanji padamu, aku tidak akan membunuh. Aku hanya memberikan mereka pelajaran."

"Lalu apa yang terjadi pada orang itu?"

"Anak buahku yang menyelesaikannya"

"Ihh sama saja Jeno"

"Beda Na,"

Kembali memeluk Jaemin, Jeno mengoyangkan tubuh Jaemin ke kanan dan ke kiri. Melihat bagaimana cemburunya Jaemin padanya Jeno jadi gemas.

"Na,"

"Apa?" jawab Jaemin ketus

"Aku menginginkanmu"

Jaemin mendorong tubuh Jeno, mengerucukan bibirnya kedepan saat melihat seringai di wajah Jeno

"Tidak mau, aku tidak mau melakukannya disini"

"Kenapa?"

"Ini markasmu Jeno. Bagaimana mungkin melakukannya disini"

"Aku punya alat baru, kita sudah lama tidak melakukannya" ucap Jeno sedikit menggoda

"Aku ada jadwal besok"

Jeno mengigit pelan hidung Jaemin, "Jangan bohong, jadwalmu kosong 1 minggu ini. memangnya aku tidak tau kamu meminta libur pada Jisung"

Jaemin mengembungkan pipinya. Kalau sudah begini bagaimana caranya menolak Jeno. Lagipula Jaemin juga masih kesal dengan Jeno. Masa iya dia langsung menyetujuinya.

"Aku masih marah padamu, lagipula tempat ini tidak enak. Aku tidak suka"

"Aku punya kamar yang bagus disini. Mau melihatnya"

"Tidak"

Jaemin mengalihkan pandangnya pada Jeno, berharap jika Jeno tidak melihat wajah malunya. Bukan malu karena Jeno, Jaemin malu karena beberapa anak buah Jeno sedang menatap meraka saat ini. dan itu membuat Jaemin merasa tidak enak.

Tapi ya namanya Jung Jeno, tidak akan menyerah dengan apa yang di inginkannya.

"Yak, Jeno"

Jaemin berteriak saat tiba-tiba Jeno mengendongnya. Matanya melirik ke sekeliling, dimana beberapa orang tengah melihatnya.

"Malu di lihat anak buahmu, turunkan aku"

"Makanya jangan berteriak"

Jaemin yang kesal kini hanya menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jeno. Membiarkan kekasihnya itu membawa tubuhnya. Lagipula Jeno juga tidak akan menyakitinya.




~~





Jungwoo yang sedang berada di rumah kediaman Jung saat ini hanya menghela napas pelan saat melihat bagaimana kesalnya ibu satu anak ini.

My Rival is My Brother (End) {Book 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang