17

1K 130 14
                                    

Samuel bergidik ngeri di tempatnya duduk. Ia sudah seperti ini sejak lima belas menit yang lalu. Ia hanya memandang seorang pria yang duduk di hadapannya ini yang juga sedang menatapnya.

Pria itu hanya diam menatap lurus ke arahnya dengan seulas senyum. Namun, bukan senyum manis yang ia tunjukkan. Melainkan senyum kejam yang mampu berbuat siapa saja bergidik ngeri. Tak terkecuali Samuel.

Guanlin, pria itu, duduk santai di sofa berhadapan dengan Samuel. Memegang gelas mini berisikan bir di tangan kanannya. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk tangan sofa. Senyum miring tercetak jelas diwajahnya.

Sungguh mudah bagi seorang Guanlin melacak keberadaan Jihoon. Tidak butuh waktu berlama-lama, ia sudah mengetahui dimana gadis kecilnya itu berada.

Ia tahu, sangat tahu keberadaan Jihoon. Apa yang dilakukan Jihoon. Semua aktivitas Jihoon. Guanlin tahu.

Tapi, ia membiarkan Jihoon. Ia membiarkan gadis kecilnya itu berlibur sementara. Kalau sudah cukup, baru ia akan menjemputnya.

"Yak! Berhentilah menatapku seperti itu" kesal Samuel yang akhirnya berbicara.

Ia tidak betah berdiam-diaman bersama Guanlin.

Guanlin hanya mendengus menanggapi Samuel. Tapi ia tidak mengubah ekspresinya.

Sekarang ia memikirkan. Hukuman apa yang pantas untuk gadis kecilnya nanti? Ah, pantaskah disebut gadis kecil?

Guanlin tidak peduli. Gadis kecil, kedengarannya enak, pikir Guanlin.

Sebentar lagi Guanlin akan bertemu dengannya. Guanlin tidak sabar, maka dari itu ia harus sudah menyiapkan hukuman apa yang bagus untuknya nanti.

Tok tok tok!

Pintu terbuka setelah Guanlin mengintruksikannya masuk. Seorang pria berjas hitam masuk, lalu mengutarakan tujuannya datang.

Sesaat Guanlin mengeraskan rahangnya mendengar informasi dari anak buahnya itu yang ia tugaskan untuk mengawasi Jihoon. Namun, ia kembali tersenyum miring.

Ia akan menambah hukumannya nanti.

Setelahnya, pria itu pamit pergi dan ruangan Guanlin kembali tersisa dirinya dengan Samuel.

Samuel memandang lekat Guanlin. Memperhatikan Guanlin dengan kening yang berkerut. Sedetik kemudian pria itu berdecih.

"Apa? " tanya Guanlin.

"Apa yang kau rencanakan? " Samuel malah bertanya.

Guanlin tidak menjawab, ia hanya mengedikkan bahunya. Ia pun meminum bir yang mampu membakar tenggorokannya. Lidahnya bermain didalam mulutnya, memainkan pipi dalamnya.

Kemudian, Guanlin berdiri. Merapikan jasnya lalu berjalan keluar ruangan.

"Kita lihat nanti"

***

"Tarik nafas... Buang... Hufftt.."

Sedari tadi itulah yang Somi lakukan sejak lima menit yang lalu. Melihat kelakuan binatang piaraan Haknyeon dan Hyungseob benar-benar membuatnya naik darah.

Bagaimana tidak, Ggul kembali menghancurkan rumahnya. Namun kali ini yang menjadi sasaran Ggul adalah, ruang tamu. Sementara Hyungseob, sejak ia datang, ia duduk di ruang tengah bersama dengan cemilannya yang berhamburan.

Berbeda dengan Hyungseob, Euiwoong sedang berada di halaman belakang rumah Somi bersama dengan Haknyeon. Entahlah sedang apa, mungkin Haknyeon sedang melayangkan rayuan mautnya.

Maklum, hari ini adalah hari minggu. Mereka memang selalu meramaikan rumah Somi, apalagi hari minggu yang adalah semua pekerjaan mereka libur. Walaupun begitu, Somi senang dijadikan rumahnya sebagai tempat berkumpulnya mereka.

Bossy Guan (Panwink)Where stories live. Discover now