Nathusa yg sedari dati mencoba memperhatikan Guru Fisika berharap dapat memahami apa yg tengah diulang oleh guru tsb. Dia juga beberapa kali mengerjap ngerjapkan mata berusaha agar tidak mengantuk dijam pelajaran Fisika ini.
Nathusa memperhatikan keadaan teman temanya yg ternyata sudah tidak fokus dg pelajaran fisika tsb. Mathem yg berada disamping nya pun sudah tertidur sedari tadi. Teman-teman lainnya mulai mencari kesibukkan dg cara membenarkan make up, rambut, ada yg makan, menceritakan segala yg dilihatnya (Gibahin temen mungkin😂) bahkan ada yg tertidur dan juga ada yg membuat boomerang.
Nathusa mendengus, dan telinganya tak sengaja menangkap pembicaraan Rere dan Uti yg tengah mengomentari kaka kelas mereka yg mereka anggap dandannya terlalu menor untuk seorang siswa. Beberapa menit kemudian Rere menyadari bahwa Nathusa menguping pembicaraan mereka. Sontak membuat Nathusa kelabakan.
Namun Rere hanya mengedikkan bahu tak acuh. Lalu teringat pesan kaka kelas yg tengah menitipkan salam untuk teman sekelasnya.
"Nat!" Bisik Rere namun penuh penekanan.
"Nat-Nat lo pikir gue Nathan?" Jawab Nathusa dg geram. Menghilangkan rasa gugupnya karna ketahuan nguping.
"Yee, sante dong.." ucap Rere cengengesan,
"Eh Nat, btw tadi ada kakel yg nitip salam buat lo." Jawab Rere "Hah? Siapa?"
"Lupa nanya, Sory Nat"jawab Rere yg sudah malas mnjawabnya.
Nathusa penasaran kakel mana sih yg nitip salam ke Rere. Namun tak lama Mathem bangun dari tidurnya dan mengajak Nathusa ke kamar mandi karna sebentar lagi istirahat.
Namun ditengah koridor dia berpapasan dg kakel yg cukup tampan. Sehingga membuat Mathem kembali semangat. Berbeda dg Mathem, Nathusa malah tampak tak acuh. Namun sapaan dari kakel tsb membuat langkah kakinya terhenti.
"Nathusa!"
Menoleh kebelakang memastikan bahwa benar, dia lah yg tengah dipanggil cowok tsb. Dan benar saja, cowok yg tadinya meneriaki namanya terlihat berlari kecil kearahnya. Nathusa, mengernyit bingung. Sebab di tidak mengenali cowok tsb.
"Hai, kamu mau kemana?" Tanya cowok asing tsb. Nathusa bingung mau menjawab bagaimana. Karna ia sendiri merasa aneh ketika berbicara aku-kamu dg orang asing.
"Oh, saya mau ke toilet kak." Jawab Nathusa. "Oh, kirain mau kekantin." Jawab Cowok tsb sambil terkekeh. Nathusa hanya tersenyum mendengar penuturan kakel nya itu.
"Oh ya, nanti kamu pulangnya naik apa?"
"Saya naik montor." Jawab Nathusa cuek
"Yaudah kalo gitu besok kamu aku jemput ya, buat gantiin hari ini yg gajadi nganter kamu pulang."
"Enggak usah kak makasih, saya lebih senang berangkat sendiri." Jawab Nathusa yg sudah merasa risih dg kakel nya yg sok dekat itu. Namun hatinya tak sejalan dg pikirNya. Hatinya merasa nyaman.
Setelah perdebatan singkat tsb. Nathusa mulai melangkah kan kaki menjauh dari cowok tsb. Tanpa memperdulikan pabggilannya lagi. Bahkan ia tak sadar bahwa Mathem sudah memperhatikannya dg tatapan tajam.
Saat sampai ditoilet Mathem kembali bertanya utk keseratus kalinya ttg hubungannya dg cowok tadi. Nathusa hanya menjawab cuek dan cenderung tak mendengarkan celotehan sahabatnya itu. "Sa, lo sebenernya tuh ada hubungan apa sama Kak rehan sih?" Nathusa hanya mengedikkan bahu. "Ckk! Lo tuh ya, seharusnya seneng bisa diajak pulang bareng. Lo tau gak-" "Enggak." Dan sukses membuat Mathem geram. "Eh kelinci, gue belum selesai ngmong jangan dipotong gitu dong!"
Nathusa hanya mendesah pelan. "Iya apaan?"
"Kak rehan itu termasuk cowok cowok keren disekolahan kita. Dan dia juga paling anti sama cewek." "Hah! Dia homo?" "Eh sableng, gue belum selesei jangan dipotong terus deh!" Seraya mencebikkan bibirnya karna geram. "Iya, lanjut deh" Nathusa yg mulai penasaran pun hanya pasrah dan manut dg perkataan sohibnya.
"Dia anti dg cewek gitu bukan berarti dia homo, tapi itu emang sifat dinginnya dia. Dan rumor rumor sih ya. Dia dingin gegara dulu pernah sakit hati sama masalalu nya dia. Dia aslinya ya dulu tuh gak sedingin sekarang. Dulu dia orang yg ramah. Dan yg paling gue suka tuh dia humoris bangettt." Katanya sambil menggigit bibirnya kecil.
"Ih apaan, orang tadi aja dia SKSD masa iya bisa cuek?" Tanya Nathusa yg mulai terusik dg perkataan sohibnya ttg masalalu cowok itu. "Lah, gue aja bingung kenapa dia bisa semanis tadi sama elo. Apalagi saat dia ngomongnya pakek aku-kamu. Wagelaseh rasanya tuh hati hayati langsung leleh saat dnger nya." Sambil memberikan gestur tubuh menjijikan. Nathusa yg mulai risih pun, berpura pura muntah karna kelakuan sohibnya.
"Eh sa, betewe tadi dia kok bisa deket sama lo sih? Lo kenal dia dimana? Eh ati ati lo kalo mau deket deket sama dia. Dia ada pawangnya. Ihh ngeri gue bayanginya." "Pawang?" Tanya Nathusa bingung.
"Ih lo sih buku aja yg lo pantengin. Sekali kali nih ya lo tuh juga harus keluar kelas menjelajahi sekolah kita. Dan asal lo tau sekolah kita itu gede. Dan yg pasti cogannya numpuk banyak banget gila. Salah satunya Kak rehan." Ujar Mathem seraya cengengesan.
"Eh mending kekantin aja yuk, udah laper nih gue."
"Ih lo ya, dikasih tau pengalaman terhebat dan dikasih informasi ttg Kak Rehan bukannya terimakasih malah ngacir gitu." Geram Mathem.
"Dih, siapa juga yg minta ttg informasi tuh cowok juga. Kan lo sendiri tadi yg nyerocos." Seraya meninggalkan Mathem yg tengah menghentak hentakkan kakinya. Lalu berjalan mengikuti Nathusa.
***
Bersambungg-
a/n: Terimakasih sudah membaca chapter pertama dari Fragile. Jangan lupa vote, comen and share ya:)
YOU ARE READING
fragile
Teen FictionBaca sendiri ceritanya ya, biar tambah kepo gitu😗 Jangan lupa vote coment share
prolog
Start from the beginning
