12. Lucky

115 37 30
                                    

Jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi, dan Misoo sudah berada di perpustakaan kota lebih dari satu jam lamanya. Apa perpusatakaan tersebut buka 24 jam? Entahlah, aku tidak tahu.

Kini ia menutup novel yang sudah ia baca dan diletakkan kembali ke tempat semula.  Dia menyenderkan punggungnya pada punggung kursi yang ia duduki dan pikirannya melayang mencari tempat apa yang akan ia kunjungi selanjutnya. Sepertinya Sungai Han adalah pilihan yang bagus, pikirnya.

Jarak Sungai Han dari perpustakaan tersebut memang lumayan jauh dan bisa memakan beberapa jam jika Misoo berjalan kaki. Tentu ia tidak memilih dengan berjalan kaki, ia lebih memilih untuk menaiki bus yang mengarah ke Sungai Han.

Hanya butuh 60 menit ia sampai di sana, dan ia bersyukur hari ini jalanan di kota Seoul tidak macet. Ia turun dari bus kemudian melangkahkan kakinya ke tempat dimana kita bisa melihat Sungai Han dari dekat.

Yap.

Di pinggir Sungai Han tersebut ada pagar yang membatasi antara daratan dan sungai, di situlah Misoo berdiri sekarang. Melihat-lihat air yang mengalir dan sesekali memikirkan tentang hal-hal yang menurutnya patut untuk dipikirkan.

Dimana ia bisa mencari pekerjaan di kota besar ini dengan lulusan SMA? Itu lah yang dari tadi dipikirkan oleh Misoo. Ia ingin membantu kakaknya untuk menghidupi hidupnya dan sang kakak.

Walupun gaji sang kakak sudah cukup untuk menghidupi kebutuhan mereka, tapi Misoo masih tetap ingin membantunya. Meskipun tidak banyak, karena ia sadar jika dirinya hanya lulusan SMA.

Misoo tidak melanjutkan kuliahnya karena tidak ingin sang kakak menanggung pengeluaran Misoo lebih banyak lagi. Ia selalu merenungkan itu selama ia melamun seperti sekarang.

Hingga ia tak sadar jika di sebelahnya sudah ada seseorang yang kini tengah menatapnya dengan senyuman yang tercipta di wajah orang tersebut.

"Hekhem .... " Dehem orang tersebut dan membuat lamunan Misoo buyar.

Misoo menoleh ke arah sumber suara dan sedikit menerawang pada wajah orang tersebut. Sepertinya ia pernah menemuinya, tetapi dimana? Misoo lupa.

"Annyeong," sapa lelaki tersebut.

"An-nnyeong," balas Misoo canggung. "Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya, tapi dimana, ya?" lanjutnya.

"Wah! Apa kau lupa siapa yang menolongmu di toko buku kemarin?" tanyanya yang membuat pikiran Misoo memutar kejadian dimana dirinya tidak terjatuh karena ada seseorang yang menolongnya.

"Oh." Misoo menepuk dahinya. "Kau yang menolongku di toko buku, ternyata. Maaf aku baru sadar hehehe .... " Misoo merasa tidak enak karena dirinya tidak mengingat orang yang sudah menolongnya.

"Tidak apa-apa. Oh iya, kau ke sini sendirian?" tanyanya.

Sebelum menjawab, Misoo menghirup udara dan mengeluarkan udara yang ia hirup tersebut pelan-pelan. "Iya," jawabnya diakhiri dengan senyuman manisnya.

"Btw, kita belum kenalan hehe." Lelaki tersebut tersenyum menampakkan giginya.

"Shin Misoo," ucap Misoo dengan mengulurkan tangannya.

"Choi Soobin." Lelaki tersebut mengucapkan namanya dan menerima uluran tangan Misoo untuk bersalaman.

" Sepertinya kau sedang ada masalah, noona?" Soobin melihat wajah Misoo yang tidak ada sama sekali tanda-tanda bahagia.

"Noona?" Misoo mengerutkan dahinya.

"Sepertinya kau lebih tua dari ku? Kalau tidak salah, sih," ujar Soobin dengan tersenyum kikuk.

Luck or Loss || [END]Where stories live. Discover now