[14] R.J.

52 6 1
                                        

"Tapi aku liat"

Seketika aku panik. 

Rasanya aku ingin langsung menutup pintu, mengabaikan keberadaan manusia-manusia dan tidur melupakan semuanya.


Bagaimana Renjun bisa melihat kejadian kekerasan beberapa saat yang lalu?

Saat itu masih sangat pagi dan-- bahkan Renjun tidak bersekolah disana.

Ahh! Ada apa dengan hidupku belakangan ini??



"Umm-- kayaknya kamu salah liat deh..." jawabku ragu.

Renjun malah tertawa. Tertawa tidak niat, "Enggak. Barusan aku liatnya pake mata kepala, bukan mata kaki"

"Tapi ini gak sakit kok..." oke, aku berbohong lagi.
"Juga perempuan yang tadi, dia gak sekuat yang kamu lihat"

"Masa?" tanya Renjun dengan nada remeh.

"I-iyaa!"

Renjun justru tertawa lagi, "Di SOPA ada kelas untuk belajar berdusta gaksih? Kalau ada, kayaknya kamu harus masuk kelas itu deh. Biar jago boong" 

Aishh-- sepertinya benar kata Renjun. Dalam artian lain, I'm a terrible liar


Renjun merogoh sakunya. Dia membuka kamera depannya dan justru malah memampangkan layarnya di depan wajah ku, persis.

"Apa maksudnya?" tanya ku heran tanpa melihat ke layar handphone yang hanya menunjukan kamera depan.

"Coba liat, masih berwujud gak?" jawabnya.

"Jadi kamu suruh aku berkaca gitu??" tanyaku yang masih bingung.

"Tck! Jangan keseringan belajar makanya, jadi korslet kayaknya otak kamu kalau disuruh mikir selain pelajaran."
"Liat aja" kata Renjun yang semakin mendekatkan layar handphone nya di depan wajah ku.

Aneh sekali-- apa Renjun ingin menyadarkan betapa jelek nya diri ku. Aduh- pikiran macam apa Zoella??


Aku memalingkan pandangan ke layar benda elektronik yang sudah jelas Renjun paparkan di depan wajah ku.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hah?! I-ini apa?" gumam ku lalu menyentuh luka yang seperti sayatan.

"Aww!" pekik ku pelan saat menyentuh goresan yang terdapat di pipi ku. Darimana datangnya?? 

"Jangan disentuh, bodoh" ucap Renjun lalu kembali mengantongi handphone nya.

"Tapi sakit" ucapku

"Ya jangan disentuh, tapi di obatin"

Ahh benar juga! kenapa aku tidak kepikiran sampai sana? 

Sepertinya semenjak berada di lingkungan sesat ini, kinerja otak ku semakin hari semakin berkurang. Huftt..

FRAGILEWhere stories live. Discover now