Chapter 3

4.5K 427 173
                                    


Jeonghan berharap ketika ia bangun di pagi hari semuanya sudah kembali normal. Namun, ia terbangun dengan rasa mual yang hebat, perutnya seolah diaduk-aduk, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak muntah. Joshua mengambil wadah dari bawah tempat tidur, tanpa rasa jijik sedikitpun ia memegangi wadah itu untuk Jeonghan muntah. Sedangkan satu tangan lainnya ia gunakan untuk memijat tengkuk Jeonghan. Joshua sangat sabar, perhatian dan penuh kasih sayang.

Joshua sudah terbiasa dengan hal ini. Sejak trimester pertama kehamilannya, setiap hari ketika bangun tidur Jeonghan akan menderita rasa mual yang hebat, dia muntah-muntah sampai hanya meninggalkan air liur dengan rasa empedu. Hal ini bahkan tidak berkurang walaupun perutnya sudah semakin membesar.

"Aku rasanya seperti akan mati .... "
Jeonghan mengeluh sembari kembali berbaring dengan tubuh lemas. Perutnya rasanya seperti kram karena terus muntah. Namun ia tidak bisa mengeluarkan makan apapun, ia hanya memuntahkan air liur bercampur lendir.

Oh, jadi ini alasannya kenapa ia dihukum menjadi ibu hamil? Karena orang hamil itu sangat tidak enak dan menyiksa. Yah, sekarang Jeonghan tahu alasannya...

Jeonghan berbaring sembari menatap langit-langit kamar rawatnya. Merasa bahwa Tuhan sangat kejam padanya. Tanpa ia sendiri sadari, tangannya bergerak untuk menyentuh perut bulatnya, mengelus-elus perutnya yang berisi buah cintanya bersama Joshua.

"Di masa lalu aku terlalu kejam pada Joshua .... Yah, sekarang Tuhan sedang memberiku balasan ..."
Jeonghan diam-diam tersenyum pahit, lalu kemudian tertawa sendiri. Merasa bahwa ini semua sangat lucu namun menyedihkan disaat bersamaan.

Jeonghan tertawa terbahak-bahak. Ia tertawa sampai air mata jatuh di sudut matanya. Joshua yang sedang berdiri di samping tempat tidur menoleh, mengerutkan alisnya karena merasa bingung. Apa yang membuat Jeonghan begitu bahagia sampai tertawa terbahak-bahak seperti itu? Apa yang begitu lucu? Joshua penasaran, namun melihat wajah cantik Jeonghan yang tertawa membuat hatinya hangat. Walaupun tingkah Jeonghan sedikit aneh semenjak sadarkan diri kemarin, tapi Joshua merasa bahagia melihat Jeonghan yang ceria seperti ini. Dia sangat cantik ketika sedang tertawa.

Joshua tidak tahu apa yang membuat Jeonghan tertawa terbahak-bahak seperti itu, tapi ia ikut saja tertawa bersama jeonghan. Jeonghan tertawa sampai menangis seperti orang konyol, sedangkan disebelahnya Joshua ikut tertawa seperti orang bodoh, padahal ia sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya sedang Jeonghan tertawakan.

Mereka tertawa dengan isi kepala masing-masing.

.

.

.

Satu jam setelahnya, rasa mualnya berangsur-angsur hilang. Jeonghan merasa lapar, perutnya terus bergemuruh seperti guntur yang jauh di langit.

Ia bahkan makan lebih banyak dari kemarin. 4 porsi besar makanan berat, ditambah camilan manis dan susu strawberry favoritnya. Joshua sangat memanjakannya, walau ia tahu ini tidak baik untuk ibu hamil, namun ia tetap memenuhi apapun keinginan istrinya. Mata Jeonghan berbinar-binar ketika melihat makanan, dia seperti anak kecil yang sangat bahagia bertemu makanan enak favoritnya. Melihat ekspresi senang di wajah Jeonghan, itu sudah cukup membuat hati Joshua dipenuhi rasa bahagia.

Kali ini Jeonghan makan sendiri, ia tidak lagi disuapi oleh Joshua. Ketika tadi Joshua meraih sendok berniat ingin menyuapinya, Jeonghan melotot sampai bola matanya seperti akan melompat keluar. Jadi, Joshua membiarkan Jeonghan makan sendiri.

Jeonghan makan dengan sangat lahap. Dia seperti orang yang sudah berhari-hari tidak bertemu makanan.

"Han, apa makanannya enak?"
Tanya Joshua yang duduk di samping tempat tidurnya. Memandangi Jeonghan yang sedang lahap makan.

BECOME A WIFE AND MOTHER?! [JIHAN FANFICTION] Where stories live. Discover now