[1.0] Ulna Radius; yeonbeom/yeongyu

Plus (+1)

Yeonjun cengo ngeliat tiga bersaudara ini berinteraksi. Juga kaget ngeliat bule yang keluar dari kamar disebelah Beomgyu.

"Siapa?"

"Kepo maneh! Udah ayo turun, ga baek dikamar orang lama-lama."

"Kenapa?" kata Yeonjun sambil naik turunin alisnya.

"Gelo maneh teh! Udah cepetan turun ilah!"

"Iya, iya sayang sabar atuh."

"Sayang sayang pala lo peyang!" kata Beomgyu sambil ngejeplak palanya Yeonjun.

"Heh, gue nih lebih tua daripada lo tau!"

"Oh, baru tau gue."

Mereka langsung disambut sama senyuman lebar begitu mereka sampe disitu. Yeonjun senyum sumringah sambil handshake ala-ala sama si cowo sedangkan Beomgyu malah nampak murung.

Tapi begitu Beomgyu tatapan sama orang itu suasananya langsung berubah biru.

"Ngapain?" tanya Beomgyu.

"Kangen."

"Gak usah, berat."

"Nggak bisa, itu kewajiban."

"Itu pilihan."

"Itu perasaan," jawab Yeonjun nengahin mereka, "sorry ikut campur, gue balik duluan."

Beomgyu ngehela napas, "mau apa?"

"Peluk."

"Nggak mau."

"..."

"Jangan berantem."

"Aku tau."

"Aku cape."

"Peluk."

"Nggak mau."

"Sorry ya, kalo mau nyakitin adek gue, jangan sekarang," kata Seungcheol tiba-tiba nongol.

"Aku balik ya, baik-baik," kata dia sambil ngusak kepala Beomgyu.

"Hati-hati," jawab Beomgyu.

Begitu anak itu pulang Seuncheol langsung nutup pintunya.

"Lu pada berantem gara-gara apa sih?"

"Nggak berantem tuh."

"Putus gara-gara apa?" Beomgyu diem.

"Gapapa."

"Heh jujur deh, orang kalian masih sayang gitu kok."

"Katanya kalo mau nyakitin jangan sekarang?" Seungcheol hela napas.

"Iya, maap."

Nggak kerasa hari udah malem, Beomgyu udah nidurin badannya, cape banget dia.

Tok. Tok. Begitu denger suara itu Beomgyu langsung bangun, suara horror.