Bagian 26 : Tempat Semua Dimulai

Mulai dari awal
                                    

"Lalu, kenapa kau tidak tahu tentang dirinya, Levi? Bagaimanapun, kau hidup dengannya sejak kecil." Kata Hanji.

"Banyak yang ditutupinya dariku. Bahkan nama belakangnya saja baru kuketahui beberapa saat lalu. Sepertinya namanya Kenny Ackerman, apa dia kerabatmu?" Levi beralih pada Mikasa. Aku hanya memperhatikan keduanya dari sudut mataku.

"Ibuku tidak diterima dimanapun karena orang oriental. Sedangkan Ayahku berkata jika keluarga besarnya, Ackerman, dipersekusi di kota. Kedua orang tuaku dikejar hingga ke hutan dekat dinding dan akhirnya menikah disana. Aku tidak pernah tahu mengapa kedua orang tuaku dipersekusi." Singkat cerita Mikasa.

"Apa kau pernah merasa ada kekuatan yang tiba-tiba muncul dari dirimu?" Tanya Levi kemudian. Mikasa tersentak. "Pernah" katanya setelah mengingat-ingat.

"Kenny Ackerman juga merasakan hal itu. Begitu pula aku yang mengalami hal yang sama." Sambung si pendek.

Apa semua Ackerman seperti itu? Tapi mengapa?

"Kau.. apa kau mengalaminya juga?" Suara Levi membuat lamunanku buyar.

"Sayangnya tidak.." jawabku. Seingatku, aku memang tidak pernah mengalami hal semacam itu. Kehidupanku sejak kecil begitu-begitu saja.

"Begitu.." gumam Levi.

"Meskipun aku tidak tahu, tapi sepertinya aku memang bukan Ackerman," ujarku. Tanganku bergerak ke dalam saku, mengambil benda kecil pipih yang sudah bertahun-tahun kusimpan.

Satu-satunya petunjuk hanyalah benda ini. Entah itu berarti nama keluargaku atau bukan..
Batinku sambil memandangi liontin bertuliskan namaku disana.

Sisa perjalanan hanya diisi keheningan. Entahlah, sepertinya kami punya pikiran masing-masing untuk dijadikan bahan lamunan. Dari tempatku, aku bisa melihat bangunan kokoh yang merupakan tempat tujuan kami. Akhirnya, kami berhasil sampai di gereja keluarga Reiss.

*-*-*

Aku sibuk dengan senapanku saat Hanji dan Levi sedang membahas rencana. Yang lain juga tengah bersiap dengan tugas masing-masing.

"Kita sudah siap." Tukas Armin yang baru saja selesai.

"Baiklah. Apa semuanya sudah siap mengotori tangannya sendiri?" Pertanyaan dari Levi hanya didiamkan oleh bocah-bocah itu. "Sepertinya begitu." Simpul Levi saat menatap kami satu-persatu.

"Ingat rencana yang telah kita buat. Oi, mata satu! Kau keluar belakangan. Jika sudah waktunya, seranglah bersama Sasha. Kalian bertanggung jawab untuk serangan jarak jauh dan melindungi kami." Jelas Levi sekali lagi dan hanya kubalas anggukan.

Baiklah, mata sialan. Untuk kali ini saja mari bekerja sama. Jangan repotkan aku dengan pusing yang datang tiba-tiba.

Serangan kami dimulai. Mikasa dan Levi bergerak lebih dulu sesaat setelah kantong mesiu diledakkan. Setelah mendapat perintah Levi, yang lain menyusul dengan manuver 3D. Baru saat itu aku keluar dan bersiap dengan senapanku di dekat Sasha.

Dari tempatku, kulihat yang lain sudah mengalahkan beberapa diantara polisi interior itu. Sasha telah melayangkan anak panahnya pada salah satu diantaranya yang akan menembak Connie. Aku masih memperhatikan mereka, melihat pergerakan yang kiranya menyulitkan timku. Lagipula aku harus menghemat mesiu yang kupunya mengingat kami telah menggunakan sebagian besar bubuk peledak itu untuk rencana ini.

"Apa-apaan gadis itu?!" Pekik seorang disana. Aku menemukan Mikasa yang tengah bergerak agak jauh disana. Gerakannya membuat orang-orang polisi interior kewalahan.

Hoo.. cepat juga.

Kulihat beberapa lagi mulai mendekat kearah Mikasa. Kurasa mereka akan menyerangnya bersamaan. Tapi sebelum itu,

[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang