Bagian 23 : Sinyal Asap

3.2K 406 14
                                    

LORRAINE SIDE

Hari ini datang juga. Hari dimana aku untuk pertama kalinya bertugas sebagai Special Operations Squad yang dipimpin langsung oleh Levi. Mau bagaimana lagi, ini kebijakan mutlak si alis tebal itu. Tapi jika kupikir-pikir, mungkin ini lebih baik daripada cuma duduk-duduk memandangi Erwin yang berpacaran dengan kertas-kertas di mejanya. Aku sudah seperti angin jika sudah seperti itu. Tidak diperhatikan—lebih tepatnya, dianggap tidak ada.

Aku sedang bersama si cebol sekarang. Menuju tempat menetap sementara bagi skuad Levi—aku juga.

"Oi, mata satu. Apa yang kau kerjakan semalam?" Tanyanya tiba-tiba. "Kukira Erwin telah memberi tahumu." Jawabku. "Kau saat ini adalah anggota skuadku. Tanggung jawab dan tugasmu sekarang ada padaku." Ketusnya. Wajah bosannya itu semakin terlihat menyebalkan. "Lalu bagaimana denganmu yang seenaknya masuk kamarku saat aku tidak ada semalam dan menyuruhku membawa ini?" tukasku ikut-ikutan ketus.

Saat aku kembali semalam, aku merasakan ada yang berbeda dengan kamarku. Ada aroma lain yang menandakan ada orang yang baru saja masuk dan aku tahu persis siapa orang itu. Paginya sebelum pergi, dia datang ke kamarku dan menyuruhku membawa sekotak teh hitam yang kusimpan sebagai persediaan di kamar.

"Aku tidak ingin kau menikmati barang bagus sendirian." Ujarnya tenang.

Dia pikir berapa harga teh hitam di tempat ini?

Untuk mengakhiri topik yang tidak penting ini akhirnya aku mengalihkan pembicaraan, "Lagipula aku baru tahu jika bocah-bocah itu masuk skuadmu juga," terlihat sebuah rumah kayu yang sederhana dari pandanganku. "Erwin yang memutuskan." katanya. Kulirik sekilas pria yang lebih pendek dariku itu. "-kuharap mereka tidak merepotkan" lanjutku. "Cih! Kau juga jangan seenaknya bergerak tanpa ijinku." Katanya. Aku hanya berdehem.

Kami sudah sampai depan rumah saat terdengar suara berisik dari dalam,

"Berisik sekali, apa yang mereka lakukan?" Gumamku. Terdengar decakan kesal dari Levi setelah itu. Saat masuk kedalam, bocah-bocah itu sedang ribut urusan makanan. Pasti si gadis kentang itu biangnya.

"Oi, ada ribut-ribut apa ini?" Sementara Levi bergerak mendekati meja, meraba permukaan bermaksud memeriksa apakah masih ada debu disana.

Oh tidak.. jangan sekarang, manusia pendek.

"Aku yakin telah memberi kalian cukup waktu." Ujarnya kemudian. Aku menatapnya dari tempatku berdiri. Menggelengkan kepalaku kecil, mengisyaratkannya padanya untuk mengesampingkan masalah ini dulu. Dan syukurlah, sepertinya ia mengerti maksudku.

"Yah.. kita akan membicarakan kekurangan kalian dalam bersih-bersih lain kali." Ujarnya sembari mengelap tangannya dengan sapu tangan miliknya. "Aku akan membuat teh" kataku.

"Eren. Hanji ingin segera memulai eksperimennya." Kata Levi. "B-baik." Kulihat Eren dari tempatku berdiri. Sebenarnya kasihan juga melihat bocah itu. Tapi apa boleh buat, tidak akan tahu jika tidak dicoba.

Aku mulai menyeduh teh dalam beberapa cangkir. Rambutku yang tidak diikat sedikit mengganggu, jadi aku berkali-kali menyibakkannya.

Sreett

"Uh, apa yang kau lakukan?" Aku sedikit terkejut kala rambutku yang tiba-tiba tertarik ke belakang. "Aku tidak ingin minum teh rasa rambut."

Orang ini sedang mengikat rambutku? Yang benar saja

"Levi.." si cebol itu masih sibuk dengan kegiatannya. "Diam saja dan selesaikan tehnya" tukasnya. "Tapi ini.." aku berusaha menarik poniku yang ikut terikat. Khawatir jika mata kananku terlihat oleh bocah-bocah itu.

[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔Where stories live. Discover now