Pria itu menuntun kami masuk kedalam rumah, langkah pertama ketika memasuki rumah itu menimbulkan kesan yang artistik. Bagaimana tidak, banyak patung dan furniture bergaya cllasic Eropa di situ. Dan tidak salah lagi, bahwa pria ini memang lah keturunan luar. Pria itu memerintahkan sepupu Estelle tadi untuk membawa barang-barang kami ke kamar tamu. Sementara kami di papah menuju meja makan, ku lihat ada beberapa hidangan yang tersaji nikmat di atas meja. Dan pria itu mempersilahkan ku duduk, sementara Estelle telah lebih dulu mengambil nasi ke piringnya. Hih dasar gadis rakus.

Estelle pun mengambilkan hidangan ku, karena jujur aku sangat tidak enak untuk mengambil sendiri. Aku dan Estelle pun mulai mencicipi hidangan itu dan rasanya tidak mengecewakan.

"Sudah lama di Canada?" Tiba-tiba pria paruh baya itu menanyakan hal itu padaku.

Karena terkejut, aku terbatuk dan tersedak, hingga ada satu nasi yang keluar dari mulutku. Ohh malu nya aku. Ku lihat pria itu tersenyum melihat tingkah konyol ku, begitu juga Estelle, dia malah tertawa cukup keras melihat itu dan segera menuangkan air putih ke dalam gelas milikku.

"Maklum yah opa, Sean ini agak kagetan orang nya" ucap Estelle sambil mengunyah makanannya.
Dasar Estelle tidak sopan.

"Tidak papa, opa tau gadis ini dari dia masih bayi kok" ucap pria itu dengan wajah santainya.

Nyaris saja aku melompat dari kursi yang aku duduki. Aku kaget, ah apa apaan ini, pria itu mengenalku dari bayi?????
Ku lihat Estelle , dia tetap tenang melanjutkan makan nya tanpa perduli ekspresi ku yang seperti orang bodoh yang habis di hipnotis.
Apa yang terjadi Tuhan?? Siapa pria ini???






                                *****
Hans POV

Dari tadi aku sibuk melihat arlojiku, aku sedikit cemas, karena nyonya Maria akan berkunjung ke rumah eksekusi. Padahal aku sudah janji kepada Estelle bahwa aku akan membantu Mirella dan Sean untuk bertemu. Ya, hari ini Estelle dan Sean telah sampai di Indonesia, aku tahu bahwa Estelle adalah wanita yang kuat sampai sampai dia bersusah payah untuk membawa Sean ke Indonesia. Aku mulai tidak tenang karena 10 menit lagi Maria akan sampai di rumah eksekusi. Dan benar saja, suara peringatan dari alarm telah berbunyi, itu tandanya Maria telah di depan pagar, dan kami harus bersiap-siap di depan pintu. Aku mulai memperhatikan jas yang aku kenakan, rambut, berserta kancing jas siapa tahu ada yang terlepas. Karena bila pengawal Maria tidak rapi, maka dia tidak segan-segan melukai kulit pengawalnya dengan sundutan rokok yang dia hisap.

Dan semua telah beres, aku telah siap berdiri gagah ikut berbaris di antara para pengawal lainnya. Ku lihat Maria telah keluar dari mobilnya. Sangat kejam citranya, namun terlukis ketegasan di sana. Langkah nya yang pasti memecah keheningan di dalam rumah ini. Wajahnya dingin, seperti biasa dia selalu membawa sebatang rokok yang sudah menyala yang terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah. Dia melihat kami satu persatu, dan tiba ke arahku. Aku sangat takut namun aku harus berusaha tegak.

"Bagaimana kondisi wanita jalang itu?" Tanya nya padaku, wangi nafasnya selalu sama, wangi aroma mint.

"Kondisinya baik nyonya" jawabku tegas.

Dia terlihat menimbang-nimbang sesuatu, dan aku yakin dia akan bertanya lagi.

"Apa badan nya sudah kurus?" Tanya nya lagi padaku , kan bener dia banyak tanya.

"Sudah nyonya" jawabku lantang.
Memang kondisi badan Mirella sudah mengurus karena tertekan .

"Baik, ayo antar aku menemuinya" titah nya lagi padaku.

"Siap nyonya" jawabku sambil berjalan mengantarnya ke kamar Mirella.

Setelah sampai di depan kamar Mirella , aku membuka kan pintu dan berdiri di samping kamar.

Harmoni Asa Mirella (COMPLETED)Where stories live. Discover now