Its Reason

1.3K 118 10
                                    


Sean POV

  Hari ini harum tanah kelahiranku kembali menari-nari di indera penciumanku. Udara yang amat sangat aku rindukan kini dapat aku hirup langsung.

Indonesia

"Thanks lord, kita udah sampai dengan selamat" ku dengar Estelle menampilkan raut wajah leganya. Tangan nya masih sibuk memasukkan notes ke dalam tas miliknya. Lalu merapikan pakaiannya agar terlihat tidak kusut. Ku lihat dia melirikku dengan penuh selidik. Aku yakin pasti dia bakal ceramah di depanku.

"Hei, kok lemes?? Ga senang apa  udah sampai di Indonesia? Tempat kamu brojol loh ini, masih bingung soal apa?? Soal mama papa kamu?" Ucap Estelle dengan bumbu tanya yang luar biasa.

Aku cuma menggeleng pelan mendengar tanya penuh selidiknya.

"Bukan soal itu, aku cuma gemetaran mau ketemu Mirella, apalagi dalam kondisi nya yang sedang seperti ini, aku takut kalau mafia itu mengetahui ini" ucapku dengan nada pelan.

Ku lihat dia menggeleng, dan raut wajahnya seperti ingin memarahiku. Dan aku yakin  bahwa dia akan ceramah lagi.

"Eh, gini yah, huhh, gimana yah buat orang kaya kamu tu bisa berani perjuangin cintanya, aduh Sean Sean, wake up dong, kita udah sampai ni, kalau soal takut sama Maria itu bukan masalah, ada aku yang handle nanti sama Hans" ucap Estelle lantang.

Nah kann, aku di ceramahi lagi.

Aku memutuskan untuk diam saja, karena perasaanku sangat campur aduk saat ini. Ada senang, sedih, takut, merasa bersalah dan banyak lagi. Aku mengikuti Estelle untuk menuju mobil sepupunya yang menjemput kami, seperti anak yang patuh mengikuti perintah ibunya.
Ku lihat Estelle berlari kecil dan merentangkan tangan nya untuk memeluk sepupunya itu. Hmm, lumayan cantik dan juga ramah, karena di saat yang sama sepupunya juga memeluk diriku tanpa ada rasa canggung, padahal kami baru bertatap muka sedetik yang lalu.

"Sini kopernya biar aku yang taruh di bagasi, kak Sean dan Estelle langsung masuk saja" titah sepupunya.

Baik sekali gumamku dalam hati.
Estelle pun tanpa basa-basi langsung masuk ke dalam mobil dan menarik tangan ku untuk ikut masuk.

"Eh, kejam banget kita suruh sepupu kamu ngurusin koper sendirian, bantuin yok" ucap ku dengan mimik wajah kasihan kepada sepupunya.

"Udah, ga usah, udah biasa dia angkat berat-berat, walau kamu mau bantu dia ga akan kasih, karena bagi keluarga kami tamu adalah raja" ucap Estelle lancar tanpa ada beban di hatinya.

Aku pun terdiam ketika sepupunya sudah masuk ke dalam mobil dan mulai menyalakan mobilnya.
Di dalam perjalanan, kami tak ada bicara apapun, sepupu Estelle berubah serius kalau sedang berkendara. Estelle sepertinya mengerti sikap sepupunya, dan ia hanya  mengutak-atik handphone nya.

Sampai ku lihat sebuah rumah yang cukup besar dengan pagar warna hitam, barangkali ini rumah sepupunya Estelle karena mobil yang kami tumpangi masuk ke dalam rumah setelah satpam membukakan pagar hitam kokoh tadi. Dan benar saja, mobil itu kini berhenti tepat di depan rumah. Estelle pun keluar dari dalam mobil begitu juga dengan ku. Ku lihat ada satu orang pria paruh baya yang sepertinya berdarah indo, karena penampakan wajahnya sangat kental dengan darah Eropa. Dia tersenyum pada ku, dan Estelle langsung berlari memeluk pria paruh baya itu. Sepertinya hubungan Estelle dengan keluarga ini begitu erat, karena ku lihat mata Estelle berkaca-kaca ketika pria paruh baya itu mencium kening Estelle.

"Hei, kesini dong salam opa aku" panggil Estelle ke arahku, dan ku dengar itu opa nya. Ah, yang benar saja itu opa nya, wajahnya belum pantas di panggil opa, lebih cocok di panggil om. Tapi ku putuskan untuk tidak memusingkan itu semua dan aku berjalan ke arah mereka. Pria paruh baya itu memelukku seperti yang di lakukan nya kepada Estelle tadi. Aku pun tersenyum kepada pria paruh baya itu, dan sangat nyaman berada di dalam pelukan nya, seperti melindungi ku dari serangan orang jahat.

Harmoni Asa Mirella (COMPLETED)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें