Fucking Weird

514 74 41
                                    

Hai, kalongers! sudahkah kalian bahagia hari ini? baca sampai habis dan mari bermain! 

-Setengah tahun berlalu-

Yoona dan Seohyun sama sekali tak berkomunikasi selama enam bulan. Setiap waktu Yoona mengecek email dan akun sosial media lain semata-mata ingin mendapat kabar. Namun, akun jejaring sosial Seohyun tidak aktif sejak meninggalkan Korea. Tak satupun teman Yoona yang tahu nomor ponsel sang adik.

Di rumah pun Yuri tak membiarkan Seohyun dan Yoona berbicara meski sejenak. Yoona pernah mencoba diam-diam memeriksa sampai menyadap ponsel Yuri, tapi tak pernah berhasil. Semua usaha berakhir pada pertengkaran. Juran sendiri tak bisa menolong banyak selain memisahkan keduanya.

"Di sini Unnie terus mengkhawatirkanmu. Bagaimana keadaan di sana? Apa kesehatanmu terjaga? Kuliahmu lancar? Makanmu cukup?"

"Yoong, hidungmu berdarah." Tukas Victoria saat hendak fotokopi tapi melihat setitik cairan merah di hidung Yoona. Dia langsung mengeluarkan tissue dan menyodorkan ke Yoona.

"Gomawo, Qiannie Unnie."

"Duduklah sebentar!" pinta Victoria menarik kursi dan menuntut Yoona duduk. Disandarkan kepala Yoona menghadap langit-langit. "Akhir-akhir ini kau terlihat lesu. Sangat tidak biasa, Yoong."

"Hanya kelelahan."

Victoria tak menyahut sembari mengambil tissue lagi. Selang tak lama kemudian hadir Taeyeon menopang map hendak fotokopi, tapi tertahan karena melihat Yoona duduk menengadah serta noda merah di area philtreum.

"Kau kenapa, Yoong?"

"Hanya mimisan. Hehehehe."

Taeyeon menghela napas dan meminta tissue Victoria agar dia yang mengusap aliran darah di penghujung bibir.

"Aku punya minyak aroma terapi. Pakailah di pelipis!" ujar Victoria memberikan botol kecil sebelum pergi.

Mata dan jemari Taeyeon tertuju ke cairan merah, tapi pikiran bekerja mengikuti ke mana Yoona pergi. Cuma satu jawaban. Seohyun. Kepergian adik setengah tahun lalu terus menorehkan luka bercampur rindu. Apalagi selama itu juga mereka tak saling berkomunikasi.

"Kenapa tubuhmu bergantian terluka?"

"Karena rindu terus menyayat hatiku."

Bibir Taeyeon bergeming. Dia mengeluarkan sapu tangan dan dibasahi untuk mengelap wajah kacau Yoona. Sepasang mata kembali cekung dan bibir pucat. Ada rasa takut menjalar tubuh Taeyeon. Bagaimana kalau kondisi Yoona parah? Hasil lab lalu tidak ada masalah, tapi bukan berarti sekarang pun sama.

"Selain Seohyun, aku tidak mau." batin Yoona memejamkan mata. Membiarkan usapan dingin dari sapu tangan menyegarkan wajah. Sekian detik terasa jemari pendek Taeyeon memijat kedua pelipis disusul aroma menenangkan dari minyak pemberian Victoria.

*

Tanpa Yoona tahu, Seohyun masih aktif di dunia maya semata-mata ingin melihatnya. Tapi tak pernah memasang foto apapun dan amat menghindari aktivitas komen di akun lain. Seohyun senang sekaligus sedih karena tiap melihat wajah Yoona, dia tak bisa melakukan apapun selain berdoa.

"Jangan bersedih terlalu banyak! Takutnya tidak ada kesenangan tersisa. Tertawa, marah, dan menangis secukupnya saja." batin Seohyun mengusap layar ponsel seolah tengah mengelus wajah Yoona.

Seohyun tak berkutik di negri asing selain menyibukkan diri bersama tugas dan komunitas. Dia berpartisipasi dalam kegiatan sosial, hangout, dan kerja kelompok. Namun, bayang-bayang Yoona terus melekat di benak. Nama kakak kedua dan hidupnya seakan tak bisa terpisahkan.

Find Half SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang