Jealous

663 84 62
                                    

Hai kaum kalong di manapun kalian online. 

Ada yang pasrah, ada yang gak terima, ada-ada aja. heheheh. 

Di halte sunyi dan tak seorang pun di sana, putri kedua Kwon berdiri menerawang telapak menjulur di bawah sudut asbes. Berkali-kali sisa titik air mata langit jatuh dan membasuh. Hawa dingin tak berhasil menarik jemari apalagi angkat kaki. Sepasang kaki seolah terpaku dan membeku.

"Pertama kali jatuh cinta dan tidak enak. Seseorang mungkin bisa datang merampas cinta ini dari Seohyunnie. Tolong!"

"Yoona ah!"

Sapaan menarik dagu tapi tidak dengan lengan Yoona. Sesosok wanita masih mempertahankan rambut pirang bergabung di halte seraya menyandarkan payung. Dia, Jessica. Datang mengirimkan tatapan sayu di atas lengkungan tipis.

"Apa yang kau lakukan?"

Yoona menatap kubangan air di atas telapak tangan. "Entah,"

"Kau terlihat tidak baik."

Senyuman kecil Jessica mendatar sembari diraih sapu tangan dalam tas selempang. Ditarik telapak Yoona dan mengusapnya lembut. "Aku dari restoran sebrang. Tak sengaja bertemu rekan bisnis dan... ya kau benar. Kami mengobrol banyak dari hal penting sampai sekedar candaan. Ini bukan pertama kali, tapi rasanya lebih hangat. Bahkan di saat hujan mengguyur deras."

"Itu menyenangkan."

"Tapi kau tidak terlihat senang. Apa keadaan sedang terbalik?"

Jessica menurunkan telapak Yoona seraya sedikit menengadah. Raut ceria itu tidak lagi menempel. Hilang, terbang entah ke mana. Dan kenapa pula dia peduli? Kenapa cerita tadi harus diutarakan? Kenapa dia rela menerjang gerimis hanya untuk bercerita singkat?

"Apa semua baik-baik saja?"

Yoona menggeleng pelan tanpa memandang Jessica, tapi wanita di hadapan ini tahu sepasang mata sedang memburam.

"Aku tidak keberatan kita duduk bersebrangan sampai selesai makan malam. Mungkin tidak selama sarapan menuju makan siang. Tapi kurasa cukup."

"Ya." desis Yoona amat lirih. "Aku belum ingin pulang, Sica."

Tak banyak kata lagi, Jessica melingkarkan jemari di lengan Yoona dan menggandengnya pergi. Sementara jemari lain menggenggam gagang payung. Di bawah gerimis, mereka berjalan tanpa suara selain sepoi angin dan tamparan air.

Sejak sore gerimis, mereka berkomunikasi lancar bak teman akrab. Sesekali keluar berdua. Hanya duduk, mengobrol, tertawa, dan berpisah setelah sekian jam terlewati. Namun, tak sedikit pun Yoona menyinggung kejadian sebenarnya. Biarlah perasaan terlarang menjadi rahasia. Orang lain tidak perlu tahu.

*

Glek!

"Sudah tidur." Batin Yoona kesekian kali mendapati Seohyun tertidur saat baru pulang.

Memang dia sengaja pulang malam dan beralasan lembur agar bisa menghindari obrolan atau tatap muka dengan Seohyun. Meski begitu, tidak menghilangkan kepedulian Yoona sebagai kakak. Setiap pulang, kamar Seohyun adalah tujuan utama. Memastikan apa suhu AC sudah benar? Jendela terkunci? Tirai tertutup? Tak lupa mengusik ART sekadar menanyakan kegiatan Seohyun di rumah.

"Saat kau pergi nanti, Unnie tak bisa melakukannya lagi." tutur Yoona menutup pintu tanpa melakukan apa-apa demi mengubur perasaan.

Langkah kaki beranjak kembali ke kamar. Di meja, berjajar beberapa foto kenangan. Mulai dari mereka masih bayi, mulai nakal, masuk masa remaja, hingga beberapa waktu lalu. Foto bersama Seohyun adalah yang paling banyak.

Find Half SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang