Bagian 14 : Perebutan [2]

Mulai dari awal
                                    

"Jangan lewatkan kesempatan ini. Kita mundur sekarang!" Erwin berdiri, kemudian membantuku. Kami semua akhirnya mundur dan berhasil membawa Eren kembali.

_____

Distrik Trost

Erwin memanggilku ke ruangannya. Tapi ia tidak memberi tahuku perihal apa. Aku memakai kemeja hitam kesukaanku—meski nyatanya semua bajuku hanya berwarna hitam— dengan susah payah, celana hitam panjang lengkap dengan senjata di kanan-kiri, dan jubah hitamku tentu saja. Bahuku memburuk—sangat buruk, ditambah kepalaku yang terbentur batu saat itu harus mendapat enam jahitan. Penampilanku benar-benar menyedihkan. Rambutku terurai lurus hingga punggung, jangan lupakan poni sampingku untuk menutupi mata kananku. Lengkap sudah seperti seorang preman jalanan yang habis dikeroyok warga.

Aku sampai di depan jendela Erwin. Ya, rute seperti biasa jika akan bertemu dengannya. Statusku masih belum jelas, jadi pikirku aku tidak mungkin masuk kesana lewat pintu depan. Disana, ada Komandan Garrison—Dot Pixis— dan.. Levi. Menyebalkan sekali harus bertemu dengan si pendek itu saat keadaanku seperti ini. Dia menatapku datar, "Cih, kau tak tahu yang namanya pintu, huh?"

"Masuklah, Lorraine." Ucap Erwin. Aku pun masuk, kemudian memberi hormat. Komandan Garrison itu tersenyum melihatku. "Jadi namamu Lorraine, ya? Kita bertemu lagi." Katanya. Aku hanya bisa mengangguk. Apa sebenarnya tujuan Erwin menyuruhku kesini? Daripada itu, dari tadi Levi terus saja menatapku dengan mata kecilnya itu.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Erwin tiba-tiba. "Tidak terlalu buruk." Kataku. Setelah itu hening, tiga orang dihadapanku tidak mengatakan apapun. "-terima kasih, Lorraine." Ujar Erwin tiba-tiba. Aku hanya membalasnya dengan menatap dingin manik biru lautnya. "Kau menyadarkanku suatu hal yang penting dan terima kasih juga karena menyelamatkanku." Lanjutnya sembari mengelus lengan kanannya yang putus.

"Cih! Tidak semudah itu mati jika kau masih punya janji yang belum kau penuhi." Aku geram sekali dengannya. Dia itu pintar tapi bodoh. "Oi, oi sopanlah sedikit." Levi yang dari tadi diam, tiba-tiba menyahut percakapanku dengan Erwin. "Jangan mengajariku hal yang kau sendiri tidak bisa melakukannya." Jawabku dingin. Lagi-lagi kami terlibat adu tatap-menatap cukup lama.
"Tch!" Decihnya. Kulihat Erwin dan Pixis tertawa kecil melihatku dan Levi. Apa yang lucu?

Tok-tok!
Pintu ruangan Erwin diketuk dari luar.

"Hanji" kata Levi. Setelah dipersilakan masuk, terlihat Hanji dan Connie memasuki ruangan. Setelah memberi hormat, Hanji segera melaporkan perkembangan di Desa Ragako, kampung halaman Connie. Sebelumnya, dua orang itu sedikit terkejut melihatku.

"Sebenarnya, saya bersama dia mendapatkan temuan dalam penyelidikan di desa tersebut. Hal ini menjadikan hipotesa ini menjadi lebih masuk akal." Hanji memulai laporannya.

______

"-titan yang bertanggung jawab untuk insiden ini.. adalah penduduk Desa Ragako?" Pixis mengulang penyataan Hanji. "Dengan kata lain, identitas para Titan itu yang sesungguhnya...

...adalah manusia?" Simpul Erwin.

Deg

Benarkah itu? Mereka manusia? Nampaknya bukan hanya aku saja yang terkejut akan hal ini.  Kulihat Levi pun sama. Pupilnya membesar usai mendengar tuturan Erwin.

"Tapi.. kami belum punya buktinya." Lanjut Hanji.
"Jadi, maksudnya.. kau mau bilang jika selama ini aku telah banyak membunuh manusia. Begitu?" Sahut Levi yang masih duduk di posisi yang sama seperti sebelumnya. "Aku sudah bilang belum ada bukti yang pasti." Hanji menanggapi. Hening. Kami tenggelam dengan pikiran kami masing-masing.

Usai laporan itu, Hanji dan Connie undur diri. Bagaimanapun, mereka harus melanjutkan pekerjaan mereka. "Erwin-" Levi hendak mengatakam sesuatu sebelum menyadari ada yang aneh dengan Erwin. "Kau.. kenapa.. malah tersenyum?" Levi menatap Erwin tidak mengerti. Erwin terkesiap, sadar dari lamunannya.

Erwin sudah gila.

Aku ikut menatapnya, menanti apa yang akan dikatakannya. "Maafkan aku. Aku jadi terlihat menyedihkan disebabkan pikiran dan tubuhku yang lelah karena tanganku dimakan." Ujar si alis tebal itu kemudian. "Yah,

"Mengeluh bukan sifatmu" // "Mengeluh bukan sifatmu" kataku dan Levi bersamaan. Decihan langsung keluar dari bibir si pendek itu usai kami saling menatap sebentar, sedang aku sontak mengalihkan pandangan ke arah lain. Terdengar kekehan pelan dari Dot Pixis. Erwin? Orang itu tersenyum. Bukan, lebih ke menahan tawa.

"Tidak apa. Aku hanya berpikir.. selangkah lagi, kita semakin dekat dengan kebenaran." Klise. Yang dikatakannya itu klise. Tipikal Erwin sekali. "Hanya selangkah, ya? Kita akan kehabisan orang sebelum tahu kebenarannya. Tak sebanding dengan harganya." Tukas Levi menanggapi Erwin. Kali ini aku setuju dengannya. "Tapi ini adalah langkah menuju kebenaran,"

"-suatu hari nanti kita akan mengungkapkannya! Dinding yang menyembunyikan kebenaran ini akan runtuh!" Ujar Erwin mantap. Matanya berkilat, otot wajahnya mengencang. Dengan sorot mata itu, dia mengatakan dengan penuh keyakinan.

Aku menatapnya sekilas, kemudian beralih melihat keluar jendela. "Erwin-" "Tidak" sela nya. Bahkan aku belum menyelesaikan kalimatku. "Biarkan Hanji yang menangani itu kali ini. Kau tetaplah disini, pulihkan dulu keadaanmu." Perintah mutlak dari Erwin, aku tak bisa menentangnya.

"Tapi-"
"Daripada itu, lebih baik kau jelaskan padaku soal yang terjadi kemarin. Tentang Eren." Katanya. Ck, pintar sekali mencari topik. Meskipun aku sudah tahu jika Erwin pasti menanyakan itu cepat atau lambat.

Aku menatapnya dengan satu mataku, lebih tajam dari sebelumnya. Hingga akhirnya aku menghela napas pelan.

"Apa boleh buat.."

______

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Continues in next Chapter
___________
.
.
.

Hello! Sebelumnya aku mau minta maaf untuk dua hal :

1. Karena telat update bagian baru.
Aku lagi diluar kota karena suatu hal jadi kemarin bisa dibilang sedikit sibuk sih jadi fokusku agak teralihkan. Jadi maaf ya kalau update-nya telat.

2. Chapter Spesial yang tertunda.
Iya, harusnya minggu ini aku update-nya chapter spesial (yang waktu itu aku bilang buat selingan) karena udah tiga chapter terhitung sejak Season 2 arc. Tapi karena chapter spesialnya belum siap, jadi terpaksa aku up bagian 14. Ngerasa bersalah gabisa nepati janji yang kubikin sendiri. Tapi kuusahakan setelah ini aku selesai bikin chapter spesialnya.

Sekali lagi aku minta maaf ya karena dua kesalahan diatas🙏🙏
Terima kasih juga buat yang udah baca dan vote. Kalian bener-bener berharga buatku dan cerita ini. Semoga kedepannya cerita ini bisa lebih baik lagi. Sekian, Happy Sunday! See you!

Signed,
—Sun

[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang