PART 2

2 0 0
                                    

PART 2

Hope you guys like in and don't forget to like and comment :)

1 Tahun Kemudian

Phsyce menangis sesengukan sambil membaca buku resep kue yang dipegangnya, sementara seluruh pengunjung toko buku beserta karyawaannya hanya menatapnya aneh. Hampir satu jam ia menangis disana, menjadikan dirinya tontonan.

"Aku baru tahu kalau resep kue bisa membuat orang menangis seperti ini" Tegur seseorang, lebih tepatnya seorang pria dewasa. Phsyce menghentikan tangisnya lalu mendongak menatap seseorang yang akhirnya berani menegurnya. Lalu ia kembali sesengukan.

"Kamu yang di kantor polisi waktu itu kan ? Yang menabrak mobil kami bersama pacar kamu ?"

Oh, rupanya pria tersebut mengenalinya, tapi perkataannya pria tersebut makin membuatnya menangis dengan kalap.

Pria dihadapannya kelabakan lalu mencoba meraih bahu Phsyce dan mengusapnya perlahan.

"Aku yakin sebentar lagi kita akan diusir oleh security" Bisik pria tersebut.

Phsyce dengan segera menepis tangan Pria tersebut dipundaknya lalu berjalan dengan acuh keluar dari toko buku. Sudah terlanjur menjadi tontonan, ia tidak bisa langsung berlari dan menjadi pengecut, itu sangat buruk. Makanya ia memutuskan untuk melangkah keluar dengan anggun disertai kernyitan beberapa orang di dalam toko buku. Ahh, sepertinya ia salah, harusnya ia berlari saja. Orang-orang makin memandangnya aneh, Ingatkan ia untuk tidak mengunjungi toko buku tersebut seumur hidupnya.

"Lo apakan anak orang Dri ?" Pria yang tadi menegur Phsyce menoleh pada sahabatnya setelah memastikan Phsyce keluar dengan aman dari toko buku.

" Lo liat ?" Tanya pria yang bernama Adri tersebut.

"Tidak ada yang tidak memperhatikan kalian"

Adri menatap sekelilingnya, beberapa pengunjung masih mencuri pandang ke arahnya, menatap seolah ialah penyebab cewek di hadapannya tadi menangis.

"Dia anak SMA yang pernah menabrak mobil patroli kita bersama pacarnya, lo ingat ? Tanya Adri.

Sahabatnya menggeleng. Adri menghela nafas.

"Tidak heran, Azkara Yudha Halimarwan selalu begitu." Adri menggeleng, pura-pura simpatik pada sahabatnya. Padahal itu tidak perlu, lebih tepatnya tidak penting.

"Kejadian itu sudah lama" Timpal Azka.

***

"Mama kamu bilang, kamu menangis seharian kemarin" Riedhan menatap Phsyce dengan sayu dari layar laptop dihadapannya, mereka sedang melakukan panggilan video jarak jauh.

"Aku hanya tidak terbiasa tanpa kamu, ini... kita terlalu jauh, dan ini pertama kalinya" Phsyce berbisik lirih. Sementara Riedhan tertawa di seberang sana.

Memang benar setelah mengantarkan Riedhan ke bandara kemarin, ia tak bisa lagi menahan tangisnya. Setelah lulus Riedhan diterima di fakultas hukum, Oxford University dan memutuskan melanjutkan pendidikannya disana, sementara dirinya masih duduk di bangku kelas dua SMA. Seringkali Phsyce bergumam menyalahkan takdir yang membiarkan Riedhan lahir dua tahun lebi awal darinya, atau salahnya yang lahir dua tahun lebih terlambat.

"Kamu janji kan ?" Pertanyaan Riedhan membuyarkan lamunannya.

"Kamu tidak menyimak" Tanpa perlu dijelaskan, Riedhan tahu pikiran Phsyce sedang tidak fokus padanya.

EYES TALKWhere stories live. Discover now