°• [09] I Love You, Haru!

Start from the beginning
                                    

Dan...
Bukan maksudku, bukan inginku
Melukaimu
Sadarkah kau disini ku pun terluka
Melupakanmu, menepikanmu
Maafkan aku...

Lupakanlah saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala

Caci maki saja diriku
Bila itu bisa membuatmu
Kembali bersinar dan berpijar
Seperti dulu kala

Aku melongo ketika mengetahui sosok dibalik nyanyian menyedihkan itu adalah Haru. Bagaimana ia bisa disini? Dia bukan alumni SMA Faktorial!

"Haru!" Seruku pada Haru dari bawah panggung. Ia menoleh padaku kemudian turun dari atas panggung. Ia tersenyum manis padaku.

Lunar tampak kebingungan sedangkan Rachel entah mengapa tampak gugup. Haru mengenakan sweater turtle-neck berwarna merah muda dan celana jeans berwarna hitam. Rambutnya diikatnya dengan tidak rapi.

"Lo ngapain disini?" Tanyaku heran. Haru memudarkan senyumnya kemudian menarikku pelan menuju tengah-tengah ruangan.

Aku bingung karena Haru yang menarikku ke tengah ruangan. Semua mata tertuju pada kami. Bahkan aku melihat Yedam yang memberikan senyuman sinisnya padaku.

"Hanna" Aku mengerutkan keningku ketika mendengar perubahan suara dari Haru.

Sepersekian detiknya, aku hanya bisa menutup mulutku tidak percaya. Gila! Pasti aku sudah gila!

Yang ku lihat sekarang adalah, Haru yang melepas wajahnya. Sial, jadi selama ini ia menggunakan uniface mask?!

Dan sosok dibalik Haru Kanaya Putri adalah Haruto?!

"Maafkan aku"

Baru saja aku ingin membuka hatiku untuk Haruto... Tapi, jika sudah begini? Tidak, sudah ku duga laki-laki itu sialan!

Seorang Haru, yang pernah tidur denganku, yang pernah memelukku ternyata adalah sosok yang ku benci?! Gila, pasti aku sedang bermimpi. Aku yakin aku sedang bermimpi!

Air mataku tumpah begitu saja. Aku menampar-nampar pipiku, mencoba membangunkanku dari mimpi burukku. Ku dengar sorakan dari mana-mana.

"Hanna"

Plak!

Wajah Haruto tertoleh ke arah kanan. Ia memegangi pipinya yang memerah. Sedangkan aku sesenggukan menahan tangisku.

"Gue benci sama lo, Har!" Teriakku. Aku terjatuh, aku menutup telingaku. Tidak, mimpi seperti apa ini?!

"Hanna, bangun" Lunar membantuku berdiri. Ia menahanku agar tidak terjatuh.

"Haruto, lo gak papa?" Rachel menghampiri Haruto dan bertanya bagaimana kondisinya namun Haruto hanya menggelengkan kepalanya. Benarkan dugaanku! Rachel itu menyukai Haruto!

"Lo gak seharusnya memperlakukan sepupu gue kayak gini, Han!"

Aku ternganga, begitupun dengan Lunar. Sedangkan dari penjuru timur, ku dengar suara tepukan tangan dari seseorang.

"Hahaha, surprise!"

Aku menatap intens wajahnya, tatapanku penuh kebencian sekarang. Sedangkan Yedam melempar senyum miringnya padaku.

"Sekarang udah tau, kan? Rachel sama Haruto sepupuan. Dan Haru yang ngekost di kostan yang sama kayak lo itu ternyata Haruto" ucap Yedam seraya tertawa.

Kenapa aku baru tahu kalau Rachel dan Haruto itu sepupu?! Dan kenapa aku baru menyadari kalau Haru adalah Haruto?! Wah, ternyata bodohku sebegininya.

"Han, maafkan aku" Untuk kesekian kali Haruto mengucap kata itu. Kata yang sudah basi bagiku. Mungkin aku akan sedikit bertoleransi perihal Haruto yang menyamar menjadi Haru. Tapi apa mungkin aku bisa bertoleransi tentang apa saja yang terjadi kostan? Dari berpelukan hingga tidur bersama?

"Ayo, Har! Tembak Hanna untuk keseribu kalinya" sorak Yedam sambil menekankan kata per kata.

"Han, izinkan aku memeluk kamu untuk terakhir kalinya. Aku tau aku ini gak pantas buat kamu, tapi-"

"Bukannya lo udah pernah meluk gue?" Tanyaku sarkas. Beberapa alumni lain tampak kaget.

"Aku mau meluk kamu sebagai Haruto" Haruto berjalan maju menujuku, sedangkan aku memundurkan langkahku.

"Sampai berapa kali kamu akan mengabaikan rasa yang pernah ada? Yang kamu umpamakan tangan yang meraba namun tak merasa. Sia-sia"

Aku mencoba menahan tangisku. Aku menelan salivaku dengan susah payah. Sedangkan Haruto tetap pada pendiriannya, kami sama-sama terkaku.

"Hanna, bukankah sangat menakutkan bahwa kapan pun bisa jadi saat terakhirmu berbicara dengan seseorang?"

Tangisku pecah begitu saja. Entah apa yang terjadi dalam lubuk hatiku. Rasanya aku benar-benar hancur sekarang.

Dan disela-sela raunganku, aku tersadar akan pelukan hangat yang menyelimuti tubuhku. Aku hanya bisa sesenggukan tanpa membalas pelukan Haruto.

"Maafkan aku" Haruto terus saja membisikkan kalimat itu. Kini, tubuhku bergetar. Tuhan, apa yang akan terjadi?

Bruk!

Aku terjatuh ketika dengan tiba-tiba Haruto terjatuh dari pelukanku. Tubuhnya yang lebih berat dariku membuatku tidak bisa menjaga keseimbanganku.

Aku terduduk. Tangisku semakin pecah ketika baru saja ku sadari kalau wajah Haruto sepucat itu. Aku menepuk-nepuk pelan pipinya, meraih kepalanya dan menaruhnya di atas pahaku.

"Haruto, Haruto, bangun!"

Aku berharap mesin waktu benar-benar ada. Agar aku bisa kembali ke masa lalu dan menghapus semua penyesalanku.


Dear Haruto
Epilog is coming soon

Dear Haruto ✔Where stories live. Discover now