Part 3

15 0 0
                                    

Arga melemparkan diri ke atas ranjang sambil mendengus kesal.

"Maneh kenapa bro?" tanya Rano, sahabtnya.

"Aing kesal. Masa cewe aing  tiap pagi telfonin jam 3an. Terus kalo aing ga angkat dia marah. Apa dia kira aing tuh vampir yang ga butuh tidur?" curhatan Arga kepada sobatnya.

"Lah ngapain telfon pagi-pagi tuh. Segitu kangen dia sama maneh" ucap Rano terkekeh.

"Embung, masih mending kalo kangen. Ini mah mau bangunin Tahajjud cenah. Padahal dia tau aing baru tidur jam 1 atau jam 2an."

Rano terdiam sejenak.

"Bro, maneh beruntung banget tauga. Itu tanda sayang dia ke maneh. Tiara mau nyelamatin maneh dari neraka. Mau maneh insaf, taubat" ucap Rano sambil tertawa.

"Tapi ga usah tiap pagi juga kali. Cukup aing sholat subuh gasih? Kewajiban beres, udah, sing penting ga nanggung dosa."

Rano menggelengkan kepalanya "Bro, bro, sholat subuh maneh juga jam berapa."

"Ya abis bangun tidur" ucap Arga santai.

"Bangun tidur maneh tuh dhuha bukan subuh" bales Rano yang sangat tahu kebiasaan kawannya.

"Ya maaf atuh, kalo tidur cuma 2 atau 3 jam mati aing."

"Mending hidup sengsara atau mati tapi selamat? Ayoo" tantang Rano.

"Udahlah, udah ngomong kaya cewe aing aja."

"Ga ngerti urang, Tiara masih mau bertahan sama maneh. Ga capek dia?"

"Ko dia, harusnya aing yang ditanyain begitu."

"Ya udah kalo maneh capek buat urang aja. Mau dah, calon istri sholehah. Romantis banget tau ga dibangunin tahajjud sama istri tersayang."

"Diam siah, sok alim. Selama dia masih milik aing, maneh ga berhak membayang2 cewe aing. Ngerti?!" ucap Arga semakin kesal.

"Selow bro, urang ga bermaksud begitu. Kalau maneh memang sayang sama si Tiara ya jangan sia-siain sayang dia kepada maneh, jangan ngeluh terus, harusnya maneh bersyukur punya cewe yang ga cuma memanfaatin maneh, cari senang-senang aja tapi peduli akhirat maneh juga. Itu jarang bro."

Arga diam sejenak, memikirkan kata-kata sobatnya.

"Ya udah urang cabut dulu ya. Masih ada meeting di kampus" Rano berdiri dari tempatnya dan jabat tangan dengan Arga ala-ala cowo. Sebelum Rano menutup kamar kosan Arga ia membalik badan dan menatap sahabatnya yang berdiri di belakangnnya.

"Oh iya, satu lagi ga, tolong jaga Tiara baik-baik, terutama hati dan keselamatan dia. Kalo maneh merasa ga sanggup untuk melakukan itu, jangan buat dia perjuangkan sesuatu yang sia-sia, kalau diujung cerita maneh ga akan jadi sosok yang ia inginkan. Kalo maneh ga bisa mengikuti janji maneh sendiri."

Arga hanya diam menatap sahabatnya yang beranjak keluar dengan cepat dan menutupi pintu kamar.

Pemuda tampan menghela nafas. Ia memikirkan kata-kata Rano. Jarang-jarang sobatnya mengomentari hubungan Arga dengan Tiara. Ia tau Rano memang ga setuju dari awal Arga nembak Tiara. Tapi ia tidak pernah ikut campur. Sebelum Arga sama Tiara jadian, Rano suka menemani mereka karena Tiara tidak setuju bertemu dengan Arga jika hanya berduaan. Begitu gadis cantik itu juga menjadi lumayan akrab dengan sahabat kekasihnya, dan kini suka curhat dan minta pendapat Rano jika ia ada masalah dengan Arga.

Sebelum keduanya jadian, Arga pernah berjanji kepada Tiara bahwa ia akan menjadi lelaki seperti perempuam satu-satunya yang pernah ia cintai inginkan.

"Emang kamu tau, cowo yang aku mau kaya gimana?" tanya Tiara saat itu.

"Ya tinggal kamu kasih tau ra" jawab Arga santai.

Mu-ti-a-raWhere stories live. Discover now