19. Because of you

48.7K 5K 4.6K
                                    

Arriane

Terlalu bodoh ketika aku menanyakan sesuatu yang tak seharusnya aku tanyakan. Akibat nya, hanya rasa benci yang semakin mengakar dan wajah penuh dengan air mata.

Oke, ku akui aku terlalu bodoh dan terlena. Percuma mengharapkan sesuatu yang tak perlu diharapkan. Karena pada akhirnya semua juga akan terasa sia-sia.

Beberapa hari lalu, aku bertanya kepada calon mantan suami ku perihal apakah dia bisa menceraikan istri muda nya jika ia lebih memberatkan ku. Dan walaa....jawaban nya adalah, "Anne, Audrey sedang hamil. Akan sangat kejam bila aku menceraikan dia sekarang. Bisakah kamu memberi waktu usai dia melahirkan. Aku janji jika dia sudah melahirkan, aku pasti segera menceraikan nya."

BULLSHIT!!

Habis sudah kesabaran ku. Cukup! Tidak akan ku biarkan dia mengacak-acak hati ku kembali. Percuma. Inti dari semua ini adalah sebuah kebodohan yang hakiki.

"Tuhan..." ku tutup wajah ku sendiri dengan kedua tangan ku. Rasa nya, hati ini sudah terlampau sakit. Aku harus segera meminta pengacara ku untuk mempercepat penyelesaian masalah ini.

Ku ambil tas, lalu segera keluar dari meja untuk melangkah pergi dari ruangan, "Cantika, saya keluar dulu ya. Ada sedikit urusan pribadi yang harus saya lakukan." Kata ku kepada sekretaris pribadi ku.

"Baik ibu. Tapi kalau ada yang mencari, saya harus bilang apa?"

"Bilang saja saya sedang mengurus masa depan." Kata ku lagi kepada Cantika.

"Baik ibu." Meski dia spontan menarik garis alis melengkung ke bawah, Cantika tetap menganggukkan kepalanya.

Setelah berpamitan dengan Cantika, aku segera melangkah pergi dari ruangan ku. Rencana nya aku ingin mengajak Kak Aldrich bertemu dengan Albern jika kakak ku tidak sibuk bersama istri nya.

***

"Kalau sudah yakin, ayo! Aku temani kamu." Sesuai dengan prediksi ku, Kak Aldrich justru mendorong dan menyemangati ku ketika aku bertekad ingin bercerai dengan Ramsey.

"Iya kak. Aku yakin. Seribu persen. Tolong bantu aku ya kak?" Pinta ku dengan sepasang mata berkaca-kaca.

Membayangkan berpisah dengan pria yang sudah menemani ku selama empat belas tahun bukanlah sesuatu yang mudah.

Terkadang aku harus mengerti mengapa takdir seolah tak henti-henti nya mempermainkan kami berdua, khusus nya aku.

Apa salah ku, Tuhan?

Tapi, aku sudah memutuskan, dan aku harus tetap menjalani nya ke depan apapun resiko yang nanti ku hadapi.

"Bagaimana dengan Gavin?" Tanya Kak Aldrich sembari mengusap punggung tangan ku.

Kebetulan sekarang aku sedang berada di ruangan kakak ku. Dia tidak memiliki kegiatan penting hari ini sehingga aku bisa mengobrolkan banyak hal tentang pernikahan ku yang telah di ujung tanduk.

"Gavin mendukung semua keputusan ku, kak. Dia tidak memprotes sama sekali karena mungkin dia lelah melihat ku menangis hampir setiap malam." Ucapku yang membuat Kak Aldrich memutuskan untuk bangkit dari kursi kebanggaan nya lalu memeluk ku.

"Sabar." Bisiknya di telinga ku.

Ku sentuh lengan Kak Aldrich, sekaligus membalas pelukan nya. Mata ku terpejam selama beberapa detik, namun ku buka kemudian. Kak Aldrich masih memelukku dari ssmping. Dia membelai rambut ku beberapa kali sampai aku merasa nyaman.

"Kamu masih punya aku. Jangan takutkan apapun karena selama nya aku akan melindungi mu."

"Terima kasih Kak. Terima kasih."

Poligami (Complete)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz