Dia

15 3 0
                                    


Dia hidup dalam sangkar, dia hidup bersama jutaan kilau pualam, namun berujung runcing bagi jemarinya. Gadis itu tumbuh dalam dunia yang membatasi harapan masa kecilnya. Ia hidup dalam kursi pesakitan yang siap menekannya dari segala titik hidupnya.

Gadis itu tak pernah mampu berteriak, menolak, maupun memberontak. Dia hanya mampu meng'iya'kan segala hal yang dilimpahkan keadaan padanya. Ia hanya mampu berpijak disela-sela luka hati yang semakin meluas tanpa sedikitpun usaha untuk menyembuhkan diri. Yang ia tau, hanyalah bagaimana hidup dengan baik sesuai ekspektasi orang lain padanya.

Gadis ini lahir sebagai pondasi, penguat, dan pelindung. Namun miris cerita, gadis ini tidak pernah memiliki orang lain sebagai pondasi, penguat, dan pelindung bagi dirinya. Dia seorang gadis yang dituntut waktu agar dewasa tanpa pernah mengerti hakikat dewasa, dia hidup dalam topeng, untuk menyembunyikan dunianya.

Gadis ini lahir dengan sedikit kemurahan tangan Tuhan. Ia tumbuh menjadi gadis yang ditakdirkan untuk dipuji atas kelebihannya, menjadi wajah bagi keluarganya, menjadi tumpuan nama baik keluarganya. Bahkan, hingga gadis ini menyadari posisinya, dia tetap merasa tak berdaya, hidup dalam ketakutan, dan kerumitan diri yang menyesakkan.

Gadis ini terjatuh, terseok dalam langkahnya, dan tidak lagi memiliki keinginan untuk hidup. Dia berulang kali bepikir untuk mengakhiri hidupnya, mengakhiri segalanya. Gadis dengan prestasi cemerlang semasa remajanya, terpuruk dalam puing puing depresi yang mengikat kewarasannya. Gadis ini, tidak lagi sama seperti semula. Ia telah hancur berkeping lara...

Gadis ini...

sedang berjuang...

hingga saat ini.

Gadis ini dalam penuh tekanan, sedang mencoba berbagi rasa...

Gadis ini...

akan mencoba membawamu dalam kehidupannya yang berbeda...

Gadis ini...

memintamu untuk mengerti, bahwa luka hati tidak akan pernah menjadi sesuatu yang sederhana...


September'18

Si Gadis Penikmat Lara

Saga Af MérWhere stories live. Discover now