Berjalan di atas roda-roda udara
Tak kasat mata namun mampu dirasa
Sebuah kotak dalam imajinasi berwujud nyata
Sedangkan mereka tak mampu menumpangi, selain saya
Kubilang, kalian salah berencana
Setiap benci menjelma ruang sunyi menjauhi cahaya
Aku dengan jejak perjalanan roda yang kutumpangi
Berusaha mendaratkan wujud sebagai bukti
Sayangnya aku sebatas imajinasi
Caci maki kudapati dengan segenap persepsi
Ditahan tanpa alasan
Diperkosa dalam logika penjelasan
Kemudian diasingkan sebab kesalahan penggambaran
Sudah, maaf sekali saja dirasa cukup
Suara begitu cepat berlari
Menuju telinga-telinga yang ikut bergetar kemudian berdiri
Menghakimi seolah menjadi pekerjaan bergaji
Lantas hanya benci yang makin menjadi
-------------
Kupecahkan di sini, mengenai rasa tak tahu diri yang menjalani kemauannya tanpa mau memahami. Semakin usia bertambah maka semakin banyak pula jiwa yang merasa di bawah tekanan secara bertubi-tubi. Apalagi mengenai persepsi dan imajinasi, layaknya semakin terbatas dan tak meluas, lantas bagaimana seseorang mampu berkelana dan bersaing dengan dunia bebas yang jauh lebih mematikan untuk ditebas.
"Kamu tidak boleh begitu, nggak baik."
"Kamu tidak boleh begini, emang mau jadi orang yang kaya gitu."
"Kok kamu pikirannya begitu, sih."
Ah, kalian tak punya alasan pasti, pun penjelasan yang hanya menggantung sampai di batas telinga saja dan tak mampu diolah. Mentah!!.
Tak apa sayang, jikalau kau masih kerap mengaggukkan kepala saja karena takut dibenci dan dijauhi, sebab isi kepalamu berbeda dan lebih liar dibanding mulut-mulut yang ahli menambah konotasi. Perihal aku menyatakan pembelaan bukanlah suatu bentuk mewajarkan, melainkan memberi ruang untuk belajar. Tidak lantas aku membiarkan diam menjadi sikap yang benar, justru di sana sebuah sindiran harus mampu kau sadari dan lakukan perubahan.
Keberuntungan berpihak pada mereka yang bermental baja, meski pernah salah namun masih mampu membusungkan dada, bahkan sambil bergincu dan tertawa bersama. Di sisi lain, ada si mental bawah yang hendak terus sembunyi dibalik topeng muka pasi dan dikasihani, semakin ditindas dan justru disangka menghancurkan diri. Tak kerap pula yang menginjak wajahnya dibiarkan oleh pasang mata yang menjadi saksi. Sibuk dengan gengsi dan perkara harga diri, dan saat itulah sebuah hati tak lagi mampu beradu aksi.
Segeralah membaikkan diri, kawan. Kau harus segera sadar dan tunjukkan senyum menawan versi dirimu. Kesalahan satu kali tak lantas harus terus dihakimi dan dibatasi. Melainkan itulah ruang mendewasakan diri dengan segera beralih untuk berdiri. Tak perlu banyak bungkam, kebenaran berhak disuarakan dan kesalahan wajib dipertanggujawabkan. Jikalau kau tak mendapat tempat bagi sebuah kewarasan di kepala mereka, setidaknya kau punya tempat bagi dirimu sendiri dan berdiri dengan kegigihan.
![](https://img.wattpad.com/cover/177646238-288-k258376.jpg)
YOU ARE READING
Perdebatan Semesta
PoetrySemesta. Ruang lingkup yang penuh dengan pemeran atas berbagai cerita, alur kehidupan yang bermacam-macam dengan segala persoalan oleh jiwa yang memerankannya. Sedangkan pada tiap kepala memiliki semesta kecilnya masing-masing. Bahkan tak ada yang s...