PROLOGUE

16.1K 1.4K 148
                                    

Aku memeluk erat kantong belanjaanku dengan helaan nafas yang berat. Seharusnya aku bisa mendengarkan Mariko-Chan untuk jangan membeli tanah dan bibit sayuran dalam waktu yang bersamaan. Demi Tuhan, ini sangat berat.

Tapi tidak apa-apa. Aku yakin aku bisa mencapai rumahku yang masih berjarak satu kilometer lagi. Ish! Aku kesal karena aku tidak bisa menyetir, aku juga kesal tidak bisa mengayuh sepeda. Aku hanya bisa mengandalkan kedua kakiku untuk berjalan. Rasanya aku benar-benar menjadi wanita yang tidak berguna.

Tidak! Aku bukan wanita yang tidak berguna! Aku adalah wanita yang kuat dan mampu menghadapi hari-hari baru ke depannya. Aku yakin itu. Aku bisa mencapai hari dimana aku bisa menyambut kepulangan Hideaki-kun. Dia sudah berjanji akan kembali padaku.

Langkahku semakin berat dan aku baru tersadar kalau sandalku yang tinggi memperberat langkahku. Ugh! Kenapa aku bodoh sekali? Kenapa aku tidak memakai sepatu lariku dan malah memakai sandal tinggiku? Semua karena Yura-chan yang memberitahuku bahwa dia mendapatkan bibit sayur baru untuk dijualnya.

Hal seperti itu tentu saja tidak akan kulewati, apalagi toko pupuk milik Yura-chan selalu ramai pengunjung. Aku tidak ingin ada yang mengambil bibit sayur ini lebih dulu. Kebun belakang yang ada di rumahku, masih memiliki ruang untuk menanam bibit baru. Sehingga jika Hideaki-kun kembali nanti, dia akan melihatnya bahwa aku sudah berhasil melakukan sesuatu yang berguna.

Ketika aku bisa melihat pagar rumahku dari posisiku berjalan saat ini, rasa antusiasku menguar begitu saja dan spontan aku mempercepat langkahku untuk mencapainya. Nafasku memburu karena aku sudah lelah, dan aku memeluk kantong belanjaanku semakin erat. Aku mengabaikan rasa sakit pada tumit kakiku karena ingin cepat sampai kesana.

Tatapanku menatap tajam kearah pagar rumahku dan aku semangat antusias... BRAK!

Aku berteriak kaget dan terjatuh begitu saja ketika mendarat di aspal yang tidak rata. Aku yang masih memeluk kantong belanjaanku akhirnya mendarat dengan kedua siku dan kedua lututku mencium aspal. Rasa nyeri bercampur sakit karena kulitku tergores aspal kasar.

Hal pertama yang kulakukan adalah memeriksa kantong belanjaanku untuk melihat isiannya. Hiks! Aku menangis ketika melihat ujung kantong belanjaanku robek dan apa yang ada di dalamnya terbuyar keluar. Semuanya. Aku merasa apa yang sudah kulakukan barusan begitu sia-sia. Semua karena aku tidak sabaran dan...

Sebuah tangan besar terulur kearahku ketika aku masih terisak. Aku mengangkat wajahku sambil mengerjap bingung melihat siapa yang sedang membungkuk hendak menolongku.

 Aku mengangkat wajahku sambil mengerjap bingung melihat siapa yang sedang membungkuk hendak menolongku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sudah terlalu tua untuk menangis di tengah jalan hanya karena terjatuh, Sensei." ucap pria itu dengan suara yang terdengar familiar olehku.

"Shi...Shinichi-kun?" tanyaku ragu sambil menyipitkan mataku untuk bisa melihat dengan jelas sosok pria jangkung itu.

Aku tersentak ketika bisa melihatnya dengan jelas sekarang. Itu adalah Shinichi Kuga. Satu-satunya anak dari Naomi Oba-San yang tinggal di samping rumahku. Shinichi tampak berbeda. Dia terlihat nakal dan memiliki kesan brutal. Astaga! Apakah selama bertahun-tahun dia pergi, semua waktunya dihabiskan untuk menjadi pembuat onar?

The Lover (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang