CHAPTER 8

5K 963 184
                                    

*Happy Reading*

***
**
*

Changbin termenung didepan kamar Felix. Dua orang polisi membuka kembali garis polisi yang sejak kemarin terpasang didepan pintuntetangga tengilnya. Senyum Changbin mengembang sempurna melihat kini tak ada lagi garis polisi yang melintang dipintu flat Felix.

"Pak, Felix kapan dibebasinnya?" Tanya Changbin dengan nada gembiranya yang kentara sekali terucap.

"Tadi pagi, pak" balas salah satu polisi sebelum salah satu lainnya menarik rekannya untuk segera pergi.

"Kami permisi" ucap polisi lainnya sebelum pergi dari lantai 3.

Changbin tak menghiraukan. Ia lebih memfokuskan menatap pintu flat Felix yang masih tertutup dengan letupan kegembiraan yang menyelimuti dadanya.

Dosen muda itu bertekad, ia akan meminta maaf pada Felix karena sempat tak mempercayai pemuda urakan itu. Jika Felix masih tak mau memaafkannya, Changbin tak akan menyerah sedikitpun.

"Yaudah, gantian aja aku yang gangguin dia sampai dia nggak marah sama aku lagi" batin Changbin setelahnya terkikik kesenangan sendiri.

"Mending habis ngajar aku ke supermarket deh. Aku masakin banyak makanan buat si kumal. Biar nggak makin kilumal lagi" ucap Changbin pada dirinya sendiri.

Kaki Changbin melangkah ringan sekali. Seolah ditelakan sepatunya ada sayap imaginer yang membawanya berjalan dengan enteng. Bahkan ia tak merasa tulang kakinya nyeri seperti biasanya saat menuruni tangga.

"Astaga! Setengah jam lagi kelas pertama!" Pekik Changbin tertahan begitu melihat jam tangannya sendiri.

Karna saking asiknya mengakhayal makan malam romantis dengan si tengil, ia jadi lupa waktu. Siap-siap saja ia telat sampai di kampus.

Tepat saat mobil Changbin keluar dari garasi mobil, sebuah mobil alphard putih dan mobil Mercedes-Benz terparkir di parkiran depan loby. Sosok kumal yang jadi khayalan Changbin beberapa saat lalu keluar dari dalam mobil alphard ditemani Hyunjin dan dua bodyguard dengan badan kekar yang menyeramkan. Sementara Papa Felix keluar dari mobil yang lain.

Felix menundukan kepalanya begitu lelaki yang jadi sosok papanya itu berjalan mendekatinya lalu berhenti sedikit jauh darinya. Mungkin papanya begitu malas terlalu dekat dengannya, mungkin.

"Ini tiket pesawat kalian! Jangan pernah lagi kamu seret nama saya dan juga keluarga saya kalau kamu bermasalah lagi!" Ucap dingin Papa Felix yang baru saja melempar ke tanah dua tiket pesawat juga paspor yang entah bagaimana cara lelaki itu mendapatkannya dalam waktu singkat.

Felix menahan tangan Hyunjin begitu melihat tangan sahabatnya itu terkepal kuat. Ia tahu, Hyunjin sangat emosi saat ini.

Tanpa membuang waktu lama lagi, Papa Felix masuk ke mobilnya lagi tanpa mengucapkan pesan ataupun bahkan pelukan perpisahan untuk putra kandungnya yang sebentar lagi ia buat menghilang dari kehidupan indahnya bersama istri dan putra kandungnya yang lain.

"Bangke itu si tua bangka!" Sungut Hyunjin. Tangannya memungut tiket dan pasport pereka yang tergeletak menyedihkan di atas tanah.

"Nggak usah pasang muka jelek! Gue tau lu udah jelek!" Ucap Hyunjin sebelum berjalan mendahului Felix yang masih menatap nanar jalanan kosong yang baru dilewati mobil papanya.

Dengan senyum kecut, Felix memutar badannya untuk melangkah masuk ke flat. Langkah Felix terhenti lagi. Kepalanya mendongak ke atas menatap gedung 3 lantai yang kurang lebih 3 bulan ini ditinggalinya. Masih terlalu dini kan untuk Felix mengucapkan selamat tinggal, lagi.

Om?! {END🍬}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang