Sapa Pertama!

33 2 0
                                    

Kepada jiwa yang merasa berbeda, kamu tidak sendiri, ada aku yang juga sangat berbeda di mata-mata mereka. Ya, mereka yang terkadang menjatuhkan, mengasingkan, bahkan merendahkan hingga luka berkali-kali pada letak yang sama.

Atas  segala keresahan yang sempat hadir atau bahkan masih menetap di dalam hati, juga jiwa manusia, tidak perlu takut akan kekalahan pada kegelisahanmu sendiri. Berkawan baik rupanya menjadi langkah awal atas keresahan yang mengendap dalam diri. Perlahan, berusahalah untuk mencintai keadaanmu, tidak apa-apa, kawan. 

Kepada kepala-kepala yang dingin, bahkan tak mampu disentuh oleh beberapa logika yang liar, kamu harus belajar untuk mau mengerti dan memahami lebih luas lagi. Beberapa kepala mampu membuka diri, dan berusaha memahami, terlebih untuk mau mengakui masa lalu, kemudian bagaimana denganmu?.

Semesta,

Aku dan kamu, akan menjadi kisah yang saling membaikkan. Mengapa aku mulai dengan semesta? karena semesta mewakili keluasan, baik keluasan hati, kehangatan, juga pemikiran. Aku menerima berbagai untaian cerita dengan keluasan hati, pun berusaha meluaskan isi kepala. Agar aku sanggup memahamimu, tak hanya sekadar ingin dipahami saja. Kamu harus tahu bahwa berbeda bukanlah hal memalukan, melainkan keistimewaan. Sampai di sini dulu ya, kau perlu memikirkannya dan berusaha untuk membuka kepala lalu menerima dirimu sepenuhnya dengan kata maaf, terima kasih juga ucapan syukur atas apa yang sudah terjadi dan dipunya.

Setelah ini kamu akan memasuki semestaku, semesta yang ada di kepalaku. Sedikit keras dan banyak sekali perdebatan. Entah persoalan cinta, hati, perasaan, logika atau bahkan persoalan lainnya yang bisa jadi serupa dan kerap terjadi pada beberapa jiwa lainnya. Dari situ kau pun akan tahu bagaimana rasanya berbeda dan menjadi istimewa. Sebab sebelum bisa memahami, kita harus belajar untuk menerima apa yang semesta paparkan pada kita, termasuk luka. 


Perdebatan SemestaWhere stories live. Discover now