Part 17. Mighty Surya

65 10 5
                                    

Terima kasih sudah mampir😊
Asmaraloka hanya akan menjadi tulisan gak jelas tanpa kalian readers setia.

Part ini aku tulis saat tanganku benar-benar sakit karena habis digigit Lipan.
Gak usah tanya kenapa bisa digigit.😅

Yang pasti rasanya lebih sakit dari pada di PHPin sama doi😂

So happy reading gaessss😁

***

Pov Surya

Bersama cewek menyebalkan ini ternyata menyenangkan juga, sebenarnya dia manis dan baik. Tapi, entah kenapa setiap melihat dia, aku merasa terngangu. Karena itu aku gak suka dekat dengan dia. Lebih tepatnya gak ingin dekat dengan semua wanita.
Aku benci makhluk manis yang pandai berpura-pura.

"Ah ... berisik banget, siapa sih yang mutar lagu masamper." Aku mengerutu, tidur siangku terganggu dengan suara berisik musik dari Pulau utara Sangihe.

Perasaan hanya aku dan cewek oon itu yang tinggal di penginapan ini. Jangan-jangan ini kerjaan dia lagi, nganggu orang aja.

"Serius banget dengerinnya, emang kamu ngerti?" Ternyata tepat dugaanku, Mbak dari Semarang, Sarlita Senja yang telah memutar lagu khas daerah yang di kenal dengan semboyang SOMAHE KAI KEHAGE.

"Gak, emang artinya apa?" Dengan senyum yang tampak dibuat-buat cewek oon itu balik bertanya.

"Aku juga gak tahu," sahutku, cuek. Ngapain juga belajar bahas daerah lain, daerah aku Minahasa aja aku gak paham.

"Kok bisa?" Senja kini berubah jadi emak-emak kepo.

"Bisalah, kan aku orang Minahasa, lagu yang kamu dengar itu lagu daerah Sangihe," jelasku seperti pemandu wisata.

"Oh ...." Cewek pemilik mata coklat dan rambut sebahu itu ber-oh ... tapi aku yakin dia tak paham dengan penjelasanku.

"Pantes cuaca hari ini cerah ceria, Si Mbak Semarang sama Si Nyong Tole Minahasa lagi akur rupanya." Sial, kenapa lagi anak nelayan, datang ke sini.

"Apaan sih," ujar Senja yang sepertinya tak suka juga dengan kehadiran Fajar.

"Hehehe ... iya kan, biasanya kalian selalu bertengkar."

Aku sangat ingin menyeret dia pergi dari depanku, depan kami lebih tepatnya. Namun aku juga tak ingin memperlihatkan sisi kasar di depan cewek oon yang beberapa hari ini tinggal bersamaku. "Kamu mau apa ke sini?"

"Jemput Adindaku Sarlita Senja Manuel-lah, masa cariin kamu." Terlihat jelas dia tersenyum mengejek ke arahku.

"Senja, siap-siap sekarang kita ada wawancara dengan Kepala desa." Tak ingin anak nelayan itu menang. Aku mencari alasan agar Senja tidak ikut dengan dia.

"Stop! Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian. Jadi aku harap, aku juga tidak menjadi bahan perdebatan kalian."

Sedikit kaget, Senja tidak mematuhiku sekarang, apa karena Fajar? Ah, aku tidak akan membiarkan Fajar menang kali ini.

"Jangan bertingkah! Segera bersiap atau gajimu bulan ini tak akan aku berikan." Aku mengancam, berharap dia tidak pergi.

"Terserah! Fajar, kamu mau ajak aku kemana?" Sepertinya ancamanku tak berhasil kali ini.

"Ada acara nikahan temanku di dekat sini. Aku mau ajak kamu ke sana, sekalian aku mau nunjukin tarian Masamper dari Sangihe. Aku dengar dari Ine, kamu tertarik dengan budaya Pulau di Utara itu." Mendengar penjelasan Fajar, telingaku sakit dan aku benar-benar muak.

"Ok, sebentar aku ganti baju dulu," ujar Senja dan langsung berbalik masuk ke dalam kamarnya.

***

AsmaralokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang