17th

353 53 14
                                    

Ada waktu ketika Atropa berjalan dari perpustakaan. Ia mengapit buku tebal, novel terkenal tentang kepahlawanan. Scorpius selalu mengaguminya, berkata bahwa kakaknya hebat karena sudah bisa membaca buku setebal itu. Waktu itu umurnya masih 5 tahun, Scorpius baru masuk 3. Atropa hanya bisa tertawa kecil dan mengacak-acak rambut Scorpius yang tersenyum lebar dengan gigi-giginya yang kecil. Atropa, waktu itu, merasa hangat karena pujian Scorpius, oleh karenanya ia membaca banyak buku yang lebih tebal dan lebih sulit.

Scorpius pun selalu membanggakan kakaknya di hadapan teman-temannya.

Atropa senang melihatnya, karena itu, ia melakukan banyak hal hebat yang belum pernah dilakukan oleh anak seusianya. Membuat ramuan kecil yang sukses setelah mengalami banyak kegagalan. Menggunakan sapu terbang yang dulu pernah membuat kaki kanannya patah. Dan diam-diam mencari tongkat sihir di Ollivander.

Dan hasilnya luar biasa.

Tidak hanya Scorpius, semua orangpun mengagumi keberhasilan yang dicapainya di usia muda.

Karenanya, Atropa sangat menyayangi Scorpius. Walaupun harus mematuhi tatapan dingin sang Ayah, yang menyuruhnya untuk tetap menaruh kedua tangan di sisi tubuhnya.

Oleh karena itu, di suatu hari ketika Scorpius masuk ke Hogwarts, ketika adik kecilnya itu berlari ke arahnya dengan senyum lebar yang begitu ia rindukan,

Atropa hanya melempar senyum,

dan berpaling meninggalkannya.

Menjauh dan menjauh.

Setiap hari, di setiap pertemuan. Hingga kesedihan membayangi wajah adiknya. Hingga senyum itu perlahan menghilang, dan hingga tatapan Scorpius tampak terluka dan kadang berkaca-kaca.

Atropa menjauh dan menjauh.

Hanya bisa tersenyum dari jauh.

.

Anak laki-laki itu tidak sengaja melihatnya.

Orang-orang itu melintas di halaman dan ia tak sengaja melihatnya dari jendela.

Tanpa sadar lembaran-lembaran surat di tangannya terjatuh ke lantai.

Iris kelabu itu melebar.

Tanpa berpikir panjang ia langsung membalikkan badan, menghambur ke arah pintu.

Tergesa-gesa berlari di koridor dan menuruni tangga.

Nafasnya tercekat.

Peti mati itu sudah di letakkan di lantai.

.

.

the seventeenth banquet for the bloody birdcage of

ATROPA MALFOY

: the last precious thing

Rozen91

Harry Potter © J. K. Rowling

.

.

.

"Mother..."

Atropa melirik dari bulu-bulu mata albinonya. Sedikit takut dan penuh keraguan. Mungkin dia sudah menduga-duga bahwa ibunya tak akan meladeninya.

Dan wanita itu terus berjalan seolah tak melihatnya.

ATROPA MALFOY (completed)Where stories live. Discover now