Him, Different.

4.3K 157 1
                                    

Saat ini benda berbentuk lingkaran yang tertempel di dinding ruang kelas  sudah menunjukkan pukul sepuluh. Bel berdering dua kali, itu merupakan hal biasa- bel istirahat.

"Kau mau ikut tidak Yoo? Aku akan ke kantin," seru suara gadis berambut hitam ini.

"Sepertinya tidak. Aku akan ke perpustakaan saja, Hye." Jawab Jiyoo dengan air wajah yang menjelaskan kegelisahan.

"Kenapa?" tanya gadis ini, gadis bernama lengkap Park Hyemin ini mengambil posisi duduk di bangku samping Jiyoo.

Hanya gelengan yang nampak.

"Cerita saja, percaya padaku. Aku akan menjaga seluruhnya yang telah kau ceritakan nanti," janjinya.

"Bukankah kau akan ke kantin? Cepat, jam istirahat pertama kan hanya setengah jam, sana Hye." Pinta Jiyoo mengontrol emosi kegelisahannya.

"Tidak akan pergi sebelum kau cerita, ayo~" pintanya seakan memaksa.

"Tidak ada masalah Hye, sudah ya aku harus ke perpustakaan, kau juga sana sarapan!" Celoteh Jiyoo bangkit dari duduknya dan berjalan melewati Hyemin yang terduduk dengan rasa penasaran. 

Di tengah laju jalannya meninggalkan kelas, Jiyoo menyeka air mata. Dapat Hyemin lihat, saat Jiyoo berjalan melewati jendela kelas, Jiyoo menangis.  
"Pembohong amatir," gumamnya terkesan kesal disertai kasihan.

Hyemin pun beralih meninggalkan kelas, pergi ke kantin untuk makan.





.




- Perpustakaan -

Di sinilah Jiyoo, menumpahkan air mata kesedihannya, dirinya memilih tempat paling jauh dari jangkauan pengunjung dan penjaga perpustakaan.

Sulit untuk menceritakan semuanya, Hye. Ini terlalu privasi bagiku. Tapi, aku terlalu rapuh menahan semuanya, arghh serba salah, batin Jiyoo mencoba menahan suara isak tangisnya. 

Pada intinya, tujuan Jiyoo ke perpustakaan ini tidak hanya untuk membaca, sebagian besar tujuannya untuk menumpahkan air mata yang sudah tak terbendung lagi.

Dua puluh menit lamanya Jiyoo menumpahkan segala keluhan, kesedihan, kekacauan hati dan pikirannya melalui tangisan. 

"Jiyoo?" Panggil seseorang yang sontak membuat Jiyoo mengusap air matanya cepat dan setelahnya mendongak.

"Hye~" ucap Jiyoo terkejut dan mencoba tersenyum sebisa mungkin.

"Apa arti berteman? Kau pasti tau. Walau aku bukan sahabatmu, aku kan teman sekelasmu. Kau kenapa?" Oceh Hyemin sedikit tak terkendali.

Beberapa pasang mata mulai melirik pada Hyemin, tapi pada akhirnya kembali fokus dengan kesibukan masing-masing. Hyemin pun duduk di hadapan Jiyoo, dengan meja sebagai penghalang.
"Sekarang, ceritakan. Jangan selalu menyimpannya sendirian, ke mana Jiyoo yang selalu tertawa terbahak, si tukang lelucon, ke mana?" Papar Hyemin, tangannya meraih tangan Jiyoo yang sedang memegang buku.
"Tapi, aku tidak bisa memaksamu. Apa ini masalah yang sangat pribadi?" Tanya Hyemin mulai lembut dalam penuturannya. 

Jiyoo nampak mengangguk ragu.

"Ah itu." Ucap Hyemin menghela napas iba.
"Aku tidak tau apa masalahmu. Tapi, aku hanya bisa berpesan padamu, tetap bersabar, setiap manusia akan Tuhan uji dengan masalah yang berbeda-beda, kau termasuk di dalamnya," jelas Hyemin mengelus punggung tangan Jiyoo lembut.
"Ayo tersenyum. Aku akan tunggu jika kau mau bercerita, kapan pun itu. Dan ingatlah satu hal, jika kau sudah bercerita, aku akan menjaga semuanya, aku berjanji." Tutur Hyemin meyakinkan.

For Tomorrow || BeomgyuWhere stories live. Discover now