Setan Merah

11 2 2
                                    


Setelah menempuh perjalanan panjang, kini kami tiba disebuah gunung yang merupakan inti dari perjalanan ini. Kata orang-orang, gunung yang kami tuju adalah gunung yang haus darah.

Beberapa jam kemudian, sampailah kami di puncak gunung ini.  Yudhistira adalah ketua rombongan kami. Dan aku, Kula, Dewa, dan Juna  adalah anggotanya. Yudhis pula yang menyarankan agar kami berpetualang di gunung ini.

Kami sampai ke puncak setelah menempuh dua hari perjalanan. Aku, dan Dewa berteriak sekencang-kencangnya. Sementara itu, Kula dan Juna sedang mendirikan tenda. Tapi, Yudhis kemana? Aku tak melihatnya! Ah, mungkin dia sedang keliling melihat-lihat pemandangan gunung ini. Ini gunung terindah yang pernah aku naiki.

Semilir angin sore sambil melihat matahari tenggelam. Air danau yang berwarna merah karena cerminan langit.

Pagi tiba, kami tidur begitu nyenyak tadi malam. Tapi, dari kami tidur, sampai sekarang, Yudhis belum muncul juga. Kami sepakat mencari sendiri tempat buat mandi.

            “Malam ini adalah malam para setan dimana mereka telah lama bersembunyi dan menyembunyikan korban sebelum malam ini. Mereka juga akan keluar dan mengubah korbannya menjadi pengikutnya. Siapa Yudhis? Dan kenapa dia tiba-tiba ada dan langsung mengajak kami untuk berkemah disini?” ungkap Kula. Kula mendengar pembicaraan Yudhis karena Kula yang paling dekat jaraknya dengan Yudhis. Lalu aku berpikir sebentar, “Bagaimana kalau kita kabur dari tempat ini?” usulku pada teman-teman.

            “Kalian mau kabur kemana? Diam disini, atau nasib kalian akan lebih buruk dari apa yang kalian bayangkan!!!” kata Yudhis. Kami bagai kerbau yang dicocok hidungnya. Terhipnotis oleh suaranya yang keras dan lantang.

            Aku merasa seperti diseret ke sebuah tempat. Entah dimana itu. Tiba-tiba aku terbangun, dan. . . . .

§§§

            Suasana disini sangat gaduh. Aku risih mendengarnya. Apa yang sedang mereka lakukan disana? Mereka seperti menyiapkan hidangan untuk pesta. Lalu, dimana teman-temanku? Dimana mereka?

            Bukankah yang berpakaian serba merah itu Yudhis? Ya, benar dia Yudhis! Siapa mereka semuanya? Berpakaian serba merah menyala seperti baju yang dipakai Yudhis sekarang.

            Aku dimana? Dimana teman-temanku? Dimana mereka? Kutelusuri lorong kecil yang sempit ini. Disini banyak mayat yang berbaring. Tapi, bukan mayat. Mereka masih hidup, namun dalam keadaan pingsan. Banyak sekali orang-orang yang setan merah kumpulkan disini. Tapi, dimana teman-temanku? Dimana mereka?

§§§

            “Bima!”

            “Bima! Cepat naik!”

            Ada suara yang memanggil namaku. Sumber suara tadi dari atas kepalaku. Ya, tepat diatas kepalaku. Yang memanggilku tadi adalah Juna. Teman-temanku semuanya selamat. Mereka lebih dulu sadar daripada aku.

§§§

            Kami lari meninggalkan gunung ini. Hilang rasa takut, pilu, tergantikan oleh rasa senang yang kini meluap-luap.

            “Dewa, apa kamu masih ingat jalan yang kita lalui waktu naik tadi?” tanyaku.

            “Maaf teman-teman, aku lupa jalannya! Lagipula, yang jadi penunjuk jalan tadi adalah Yudhis, bukan aku!” jawab Dewa.

§§§

            Ternyata kami tersesat disini. Didepan seperti ada jalan. Kami coba untuk lewat jalan itu, mungkin lebih cepat dari jalan waktu naik. Dan,

            Waa. . . . . . . . . aaa. . . . . . . . . aaa. . . . . . .

            Ini lorong tadi. Dan disampingku sudah ada setan merah yang sudah siap untuk menguliti tubuhku.

            Tidak. Aku belum siap untuk dikuliti sekarang, biarkan mereka dahulu yang sudah lama menunggu. Aku tidak mau untuk memakai jubah merah ini! Ah, kulempar saja jubahnya!

            Brak!!!

            Setan merah marah menyala.

            Mereka sangat marah terhadap sikapku.

           

            Diantara kami berempat memang aku yang paling nakal, ceroboh, dan keras kepala. Mungkin karena itu aku yang mereka kuliti pertama kali. Ini pengalaman pertamaku yang tak akan pernah aku lupakan.

            Sakit yang luarbiasa kini menimpaku. Ah, panas sekali badan ini mereka rebus. Badanku kaku. Jiwa ini melayang tak tahu arah.

            Aku masih hidup

            Setelah aku terbang, aku kembali dan sadar. Kini aku sama seperti mereka. Badanku merah menyala. Yang akan mencari korban untuk dikuliti lagi.

            Selamat menunggu!!!

§§§

Setan MerahTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon