Samuel mengerucutkan bibirnya kesal. Tidak menutup kemungkinan memang, kalau nanti ia hanya bermain-main dengan Somi.

Pintu lift terbuka, keduanya berjalan keluar. Namun baru beberapa langkah Jihoon keluar lift, ia sudah berhenti. Di depannya tidak jauh darinya, berdiri sosok Guanlin yang sedang menatapnya tajam.

Dengan gugup ia mendekati pria itu. Samuel malah santai padahal ia tahu Guanlin sedang marah.

"Hey--"

Guanlin tidak memedulikan Samuel, ia menarik Jihoon dengan kasar sampai gadis itu terpekik kaget. Ia sedang emosi sekarang.

Guanlin menyeret paksa Jihoon keluar hotel. Jihoon melirik Samuel dengan wajah memelasnya, mencoba meminta bantuan. Tapi Samuel hanya tersenyum tipis seperti mengatakan maaf.

Bruk

Dengan tidak berperasaannya Guanlin menghempaskan tubuh Jihoon di kursi mobil sampai punggung gadis itu membentur pintu mobil.

"Cepat jalan!"

Teriaknya keras, supir mobil itu tergesa-gesa menjalankan mobil. Ia sudah takut juga melihat tuannya yang sedang marah.

"Kau ini kenapa?" Tanya Jihoon sambil meringis memegangi punggungnya.

"Kau tanya kenapa hah?!" Guanlin mencengkram rahang Jihoon memaksakan gadis itu mendongkak.

"Kau pergi dengan Samuel!" Guanlin makin memperat cengkramannya.

"Akh.. aku cuma--"

"Diam!"

Sontak Jihoon menutup matanya. Tubuhnya langsung bergetar hebat. Ia juga bingung kenapa Guanlin tiba-tiba marah. Apa cuma karena ia pergi dengan Samuel? Rasanya tidak mungkin. Ia tidak melakukan hal-hal aneh dengan Samuel bukan? Sepertinya Guanlin yang aneh.

Guanlin kembali menyeret Jihoon masuk ke dalam mansion. Ia tidak peduli pada pelayan yang membungkuk hormat padanya saat ia masuk. Para pelayan itu menatap iba Jihoon. Tidak berani sama sekali membantu, karena tidak ada yang bisa mereka lakukan. Walau gadis itu menatap mereka meminta bantuan.

***

Brak

Guanlin melempar tubuh Jihoon di atas ranjang, tak lupa ia mengunci pintu. Ia melepaskan ikat pinggang yang melilit pinggangnya.

"Ka-kau mau apa?" Ucap Jihoon dengan suara bergetar. Ia menjauhkan diri dari Guanlin saat pria itu mendekat.

Guanlin tidak menjawab, ia melepas dasinya dan mengikatkannya ke kedua tangan Jihoon. Ia lalu memaksakan gadis itu untuk menungging. Dan meletakan tangan Jihoon di sandaran ranjang sebagai penyanggah tubuhnya.

Ctak!

Satu cambukan keras mendarat di bokong Jihoon. Gadis itu berteriak kesakitan. Lalu Guanlin kembali mencambuknya.

Tak tanggung-tanggung, Guanlin mencambuknya dengan ikat pinggang kulit dengan cukup keras. Walaupun secara tidak langsung karena ia masih menggunakan gaun, tapi tentu saja rasanya sangat sakit. Bahkan sangat-sangat sakit.

Ctak!

"Akh! Berhenti kumohon!" Jihoon tidak bisa menahan tangisnya. Air matanya jatuh begitu saja seiring dengan Guanlin mencambuknya.

"Berani kau merintahku HAH?!"

Suara teriakan Guanlin menggelegar di seluruh sudut kamar yang luas ini. Ia mengacuhkan teriakan tangisan Jihoon. Semakin keras Jihoon menangis semakin keras pula cambukannya.

Bossy Guan (Panwink)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt