49 (TAMAT)

28.5K 1.1K 46
                                    

Menikah dengan seorang abdi negara tidak pernah terpikirkan oleh Kiandra. Resepsi dengan prosesi pedang pora juga tidak pernah terbesit dalam benaknya, bahkan dia sendiri tidak tahu apa itu upacara pernikahan pedang pora. Hanya sekali saja dia mendengar tentang itu ketika tante Ratna dan om Rendy menikah dengan adanya prosesi itu, namun Kiandra tidak tahu bagaimana detilnya karena saat itu dia masih berada di Solo.

Tidak ada sewa gedung dan pesta yang begitu mewah seperti pernikahan Erika dan Dito. Pernikahan yang dipilih Kiandra adalah pernikahan yang sederhana yang digelar dirumah orang tuanya. Karena memang sudah menjadi adat dari keluarga Kiandra, dan Arkana pun menyetujui. Akad nikah berjalan dengan khitmad dan haru, terutama bagi Kiandra. Ketika ijab qobul digemakan dan melihat Arkana dengan lantang mengucapkan janji suci di depan penghulu, abahnya dan tuhan membuat hati Kiandra tersentuh. Hingga setelah kata sah dilantunkan Kiandra tidak bisa menahan air mata bahagianya, antara dirinya dan Arkana sudah berjanji bersama-sama, berjanji tidak akan berpisah sampai ajal yang memisahkan, menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain dan hidup bahagia bersama dalam keadaan suka maupun duka. Itu janji mereka.

Pintu setengah terbuka, sambil membawa secangkir teh hangat Kiandra berjalan menghampiri sosok yang dicintainya. Sosok yang akan membimbingnya dalam mengarungi bahtera rumah tangga, Arkana Pradipta. Kiandra melihat suaminya itu sedang berdiri ditengah jendela kamar yang terbuka lebar. Semilir angin merebak sampai ke kamar. Pandangan pria itu mengamati sosok makhluk kecil yang sedang tertawa bahagia di taman samping rumah.

“Lihatin apa sih serius banget?” tanya Kiandra setelah menaruh cangkir teh di atas nakas tempat tidurnya.

Arkana menoleh mendapati istrinya sudah berada disamping. “Lihatlah betapa bahagianya Arsha,” balasnya. Arsha sedang bermain bersama anak dari kakak laki-laki juga  perempuan Kiandra.

Kiandra tersenyum, juga diikuti Arkana. Lalu pria itu menarik tangan Kiandra saat istrinya itu hendak melangkah. Membawanya dalam pelukannya. Arkana memeluk Kiandra dari belakang sambil menyandarkan dagunya dipundak sang istri. Wangi aroma sampo yang digunakan Kiandra menembus indra penciumannya.

“Bapak, itu aku sudah buatin teh,” ucap Kiandra masih dalam pelukan erat Arkana.

Arkana melepaskan pelukannya, lalu menarik pundak Kiandra agar berhadapan dengannya. Dia mengernyit. “Kok bapak?” katanya. “Ayunda, aku sudah jadi suamimu dan kamu masih panggil bapak? Memangnya aku bapak kamu?”

Kiandra menipiskan bibirnya, sadar akan apa yang baru saja dia ucapkan. Panggilan itu seperti tidak bisa dihilangkan. Dia menyeringai. “Lalu? Aku panggilnya apa?” tanyanya. Hanya aksen ‘saya’ yang berubah menjadi ‘aku’.

“Emm..” Arkana tengah memikirkan sesuatu. “Bebeb? Honey? Sweety?

Kiandra menepuk pelan bibir Arkana. “Ngerii.. jangan kayak abg yang baru aja jadian deh.” balasnya.

“Lalu? Apa?” tangan Arkana melingkar pada pinggang Kiandra. Membawa tubuh Kiandra lebih dekat dengan tubuhnya.

Kedua tangan Kiandra berkalung pada leher Arkana. Semakin mendekatkan wajahnya. “Aku akan memberi panggilan yang sekaligus memberikan contoh yang baik untuk anak kita,” jawabnya. “Mengerti, ayah?” Kiandra menatap manik mata Arkana sambil mengulum senyum. Detik berikutnya kedua pipi Kiandra dihujani ciuman dari Arkana. Kemudian pria itu membopong Kiandra dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tangannya mengunci tubuh Kiandra, karena dia tahu setelah ini Kiandra pasti akan memberontak untuk melepaskan diri.

“Ayah, lepasin ih!” berontak Kiandra saat Arkananya memeluk erat sambil terbaring. Tidak ada respon dari Arkana, pria itu lebih memilih memejamkan kedua matanya.

Bukan Lelaki Idaman (Proses Revisi)Where stories live. Discover now