3

9.9K 1.7K 162
                                    

Besoknya Donghyuck membawa buku yang dia temukan itu ke sekolah.

Lebih tepatnya sih tadi malam, dia tidak sempat mengecek isi tasnya dan merapikan buku, makanya buku yang dia temukan tadi malam di jalanan itu akhirnya terbawa ke sekolah.

Donghyuck bahkan tak menyadari hal itu sampai Felix yang tak sengaja melihat buku itu muncul dari tasnya yang terbuka saat jam pulang sekolah.

"Idih, Hyuck!" pekik Felix, "Ngapain sih lo beli buku warna pink gitu? Mana ada glitter glitternya juga."

Donghyuck mengernyit, "Ngomong apaan sih?" tanyanya tidak mengerti.

Tapi Felix berjalan mendekat, menarik keluar buku yang dimaksud dan menaruhnya di atas meja Donghyuck. "Nih," ujarnya, "Ini buku apaan sih? Warnanya gini banget!"

"Hah? Ini buku apaan ya? Kok ada di tas gue, Lix?"

"Lah? Ya mana gue tau! Gak jelas lo ah!"

Donghyuck mengambil buku yang Felix letakkan dia atas mejanya dan membolak-balikkan buku itu ditangannya beberapa kali. Dia yakin dia tidak pernah membeli buku semacam ini. Apalagi buku itu berwarna pink dengan banyak hiasan glitter disekelilingnya.

Dan beberapa detik berikutnya, barulah Donghyuck mengingat sesuatu. "Oh! Gue baru inget!" pekiknya, "Gue nemu buku ini di jalan kemaren."

"Nemu dijalan?" tanya Felix dengan mata melebar, "Serius?"

Donghyuck mengangguk, "Kan lumayan dapet buku gratis."

Felix berdecak, "Hyuck! Jangan suka ngambil-ngambil barang di jalan!" ujarnya, "Kalo ternyata barang itu punya penyihir gimana?!"

"Lo ngomong apaan dah?" tanya Donghyuck bingung, "Jangan kebanyakan nonton film makanyaaa."

"Yeehh.. gue serius, Hyuck!" ujar Felix lagi, "Kalo buku itu beneran punya penyihir, lo bakal diburu! Terus dibunuh!"

Mendengar penjelasan melantur dari Felix, Donghyuck tertawa. "Felix, mana ada sih penyihir jaman sekarang? Jangan kebanyakan mengkhayal coba."

"Ngeyel banget sih lo dibilangin!" Kening Felix berkerut, "Pokoknya lo harus buang buku itu sekarang juga!" titahnya, yang tentu saja tidak diindahkan sama sekali oleh Donghyuck.

Donghyuck malah mengambil pulpen dari dari dalam tasnya dan membuka buku pink itu.

"Hyuck ih! Jangan ditulis-tulis dulu bukunya!" pekik Felix.

Tapi bukan Donghyuck namanya jika mendengarkan ucapan orang lain. "Santai sih, Lix." ujarnya sambil menulis di buku berwarna pink itu.

Donghyuck baru menulis tiga kata di buku itu ketika tiba-tiba dia merasakan tangan seseorang memegang dagunya dan memaksa kepalanya untuk mendongak.

Keningnya berkerut bingung ketika melihat Felix di depannya.

"Kenapa lagi—"

Dan detik berikutnya, bola mata Donghyuck hampir saja keluar dari rongganya kala merasakan bibir Felix mendarat di atas bibirnya.

Donghyuck tentu saja kaget. Matanya terbuka lebar, sementara mata Felix tertutup rapat.

Hal selanjutnya yang Donghyuck lakukan adalah sebuah insting, yaitu mendorong Felix sekuat tenaga.

"ANYING! LO NGAPAIN NYIUM GUE SIH?!" pekik Donghyuck sambil mengelap bibirnya ke lengan baju seragamnya sebelum kemudian matanya kembali melihat Felix yang ekspresi wajahnya terlihat seperti orang linglung.

"Gue... ngapain tadi?" tanya Felix.

Donghyuck mendengus, "LO NYIUM GUE!" jeritnya, "DI BIBIR!" lanjut Donghyuck sambil menunjuk bibirnya sendiri, disusul dengan gelengan geli karena terproyeksinya ingatan beberapa menit yang lalu.

"HAH?! DEMI APA SIH?!" pekik Felix tak percaya.

"Jelas-jelas lo nyosor gue! Pake nanya segala lagi!"

Mata Felix melebar, "Anjir jijik!" pekiknya sembali mengelap bibirnya dengan punggung tangan.

Donghyuck mengernyit bingung. Jelas-jelas tadi Felix duluan yang menciumnya. Tapi kenapa sahabatnya itu malah seperti tidak tau apa-apa?

"Kok bisa sih?!" tanya Felix. Untung saja di kelas itu hanya tinggal mereka berdua saja, jadi tidak ada saksi mata dari ciuman janggal tersebut.

"Ya mana gue tau!" balas Donghyuck, "Lo sendiri kenapa tiba-tiba nyium gue?!"

"GUE NGGA!" Felix membela diri, "Gue punya Kak Changbin ya! Ngapain gue pake nyium lo segala!"

Donghyuck terdiam. Benar juga kata Felix.

"Aneh." lirih Donghyuck.

"Apa?"

"Lo."

"Kenapa gue?" tanya Felix.

Donghyuck tidak menjawab, "Lo inget gak pas tadi nyium gue?" tanyanya, "Maksud gue, lo nyadar gak pas itu terjadi?"

Felix terdiam mendengar pertanyaan Donghyuck. "Gue... kayaknya nyadar deh..." ujar Felix, "tapi... badan gue.. rasanya kayak ada yang ngedaliin gitu."

Setelah jawaban itu, kedua pemuda tersebut sama-sama terdiam. Merasa aneh pada apa yang baru saja terjadi.

"Atau mungkin.." Felix berbisik pelan, namun masih bisa di dengar oleh Donghyuck.

"Mungkin apa?" tanya Donghyuck dengan kening berkerut.

Mata Felix memicing dan mengarah pada buku yang ada di meja Donghyuck. Tangannya menunjuk buku tersebut. "ITU BENERAN BUKU PENYIHIR HYUCK!" pekiknya, membuat Donghyuck menggeleng-gelengkan kepalanya tak acuh.

"Bodo amat dah, Lix."






















.

.

Apakah aku udah bilang ff ini bergenre fantasy?? Kalo belum ya aku bilang sekarang kalo ff ini sedikit (atau banyak wkwkwk) unsur fantasinyaaaa hwhwhwhwh

Kiss Note✔Where stories live. Discover now