2

11.3K 1.8K 278
                                    

Donghyuck mendengus kesal. Sepertinya memang tidak ada gunanya dia bertukar nomor ponsel dengan Mark dua hari yang lalu.

Mark sama sekali tidak menghubunginya.

Bukan berarti Donghyuck tidak menghubungi Mark. Hanya saja setiap Donghyuck mengirim pesan, Mark bahkan tidak repot-repot untuk membukanya. Donghyuck sampai berasumsi bahwa Mark memblokir nomornya, meskipun kenyataannya mungkin tidak begitu.

"Hhhhh Felix!" pekik Donghyuck yang membuat Felix terlonjak kaget di tempat duduknya yang berada tepat di depan meja Donghyuck.

Felix berdecak dan menengok ke belakang, "Lo ngagetin gue anjir!" protes Felix yang sayangnya tidak diindahkan oleh Donghyuck. Pemuda berkulit tan itu malah menumpukan dagunya di atas meja dengan bibir mencebik.

Felix mengernyit bingung, "Kenapa lo?" tanyanya saat menyadari kalau sahabatnya itu kelihatan bete.

Donghyuck menyodorkan ponselnya ke depan wajah Felix, "Chat gue ga ada yang di bales satupun." ujarnya masih dengan bibir mencebik.

Mata Felix menyipit, berusaha membaca display name orang di chat yang ditunjukkan oleh Donghyuck. Tapi detik berikutnya Felix tergelak.

"Kenapa ketawa?! Ada yang lucu?!" pekik Donghyuck pada Felix. Merasa kesal karena sahabatnya itu malah menertawakannya.

"Lucu," jawab Felix sambil menghapus air mata imajinernya, "Lo mah ditolak mentah-mentah itu namanya." lanjut Felix, "Move on coba! Jangan ngejar Kak Mark mulu!"

"Gak mau! Maunya sama Kak Mark doang!"

Felix menggeleng-geleng, "Saingan lo berat, Hyuck. Kak Mark kan banyak fansnya, mana si Mina sering nempelin Kak Mark juga kan?"

Donghyuck terdiam sejenak sebelum kemudian mengangguk-angguk menyetujui ucapan Felix, "Iya sih.."

"Ya emang iya, makanya move on." ujar Felix.

"Tapi gue maunya sama Kak Mark doang." balas Donghyuck dengan wajah sendu.

Melihat wajah memelas milik Donghyuck, Felix mau tak mau jadi menghela napas karena tidak tega. "Yah.. terserah lo aja deh, sebagai teman yang baik, gue sih tinggal ngedukung lo aja." ujarnya, "Bilang aja kalo lo butuh bantuan gue buat nampol kakak sepupu gue itu."

Donghyuck menyunggingkan senyum sumringah ketika mendengar ucapan Felix. Memang tidak banyak yang tahu kalau Felix itu sebenarnya adalah adik sepupu dari Mark. Felix sengaja menutupi fakta itu dari semua orang—kecuali Donghyuck—karena dirinya malas jika harus 'dimanfaatkan' oleh para fans Mark. Berbeda dengan Donghyuck yang selalu mau berusaha sendiri. Bahkan ketika Felix mau memberikan nomor ponsel sepupunya itu secara cuma-cuma, Donghyuck malah menolak dengan alasan 'kurang menantang'.

Aneh memang. Tapi begitulah Donghyuck.

"Thanks, Lix!" ujarnya, "Lo emang the best!" pekik Donghyuck riang sambil mengacungkan dua jempolnya, yang membuat Felix terkekeh geli.

.

.

"Dadah Hwall!" pamit Donghyuck sambil melambaikan tangan pada Hwall yang juga langsung dibalas lambaian oleh teman lesnya itu.

Saat ini waktu sudah menunjukkan jam delapan malam. Dua kali dalam seminggu, Donghyuck memang mengikuti bimbingan belajar di dekat rumahnya. Dia hanya harus berjalan kaki selama lima menit untuk dapat sampai di rumah.

Meskipun matahari sudah terbenam dan langit sudah menggelap, Donghyuck tidak merasakan takut sama sekali. Dia sudah biasa pulang sendirian.

Donghyuck berjalan melewati jalan pintas berupa gang sempit yang biasa dia lewati setelah bimbingan belajar. Tangannya menggenggam ponsel sambil mengecek beberapa media yang dimilikinya, sesekali dia juga mengecek chat yang dia kirimkan pada Mark, yang tentu saja sampai saat ini belum juga dibuka.

"Nyebelin banget sih jadi orang!" gerutu Donghyuck, "Setidaknya buka aja gitu kek chat dari gue!"

Kening Donghyuck berkerut, langkahnya sedikit terhentak-hentak akibat kesal. "Dasar cowok nye— ADUH!"

Donghyuck sontak menghentikan langkahnya ketika merasakan sesuatu yang lumayan keras menghantam kepalanya. Buru-buru dia menoleh ke belakang dengan wajah kesal, siap mengomeli siapapun yang mengerjainya.

Tapi saat kepalanya menengok, matanya tidak menemukan siapapun dibelakangnya.

Gang itu benar-benar kosong.

Donghyuck meneguk ludah. Bulu kuduk di tangannya mulai meremang. Selama melewati gang itu, dia belum pernah merasakan apapun yang aneh. Baru kali ini saja dia mengalami kejadian aneh seperti ini.

Donghyuck sudah berbalik badan dan menyiapkan kakinya untuk berlari ketika tiba-tiba matanya menangkap suatu benda yang tergeletak tepat di depan kakinya.

Sebuah buku.

Donghyuck mengernyit bingung, tapi kemudian dia membungkuk dan mengambil buku yang tadi tergeletak di dekat kakinya tersebut, "Ini... yang tadi kena kepala gue?" tanyanya entah pada siapa.

Donghyuck kembali menolehkan kepalanya ke sekitar, siapa tahu memang ada orang iseng yang sengaja menimpuk kepalanya dengan buku itu.

Tapi hasilnya nihil.

Dia tidak menemukan siapapun disana.

Donghyuck mengedikkan bahu dan membuka tasnya, memasukkan buku yang tadi dia temukan ke dalam tas. "Lumayan dapet buku," ujarnya, "buat nyatet utang."

Setelahnya Donghyuck kembali melanjutkan langkahnya menuju rumah. Melupakan keanehan dan rasa takutnya yang tadi sempat hinggap tanpa menyadari ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan.

















.

.

Kiss Note✔Where stories live. Discover now