Sang Dewa

634 23 0
                                    

Pagi ini bersinar cerah, kami berlima sudah membasuh muka dan bersikat gigi, untung lah didekat sini ada aliran air, dibilang sungai terlalu kecil, dibilang selokan tidak mungkin, karena kebersihan dan kejernihan airnya kami memberanikan diri membersihkan diri, bukan untuk mandi karena kami takut juga ada orang yang melihat.

"Mau jalan cari jalan keluar atau gimana nih?" Rangga terlihat lelah, ia juga seperti terserang flu karena sedari tadi bersin terus.

"Mending Lo istirahat dulu aja deh ga. Lagian persediaan kita masih banyak." Sofi memberi saran, aku setuju juga dengan saran Sofi ini.

"Kepala gue emang rada pening."

"Ya udah ayo aku temenin kamu istirahat." Ajak Riska.

"Uh pacarku pengertian bangetttt?" Rangga tersenyum dan menepuk puncak kepala Riska.

Uekkkkk!!!!!!!

Semua menoleh pada sumber suara, dasar Ara ini selalu saja cari ribut dengan Riska, tapi Riska tidak bisa geram karena Rangga sudah menariknya menuju tenda.

"Kayaknya gue cari kayu bakar dulu deh, udah tipis soalnya."

"Cari sekitar sini aja Sal."

"Siap ibu Sofi!"

Sofi terkekeh geli, memang sebenarnya cita-cita Sofi menjadi ibu guru.

"Ara mau ikut?"

"Enggak deh kak, aku temenin kak Sofi masak disini."

"Ya udah."

"Hati-hati loh Sal, sekitar sini aja!" Teriak Sofi saat posisiku sudah semakin jauh.

---

Kepanikan melanda diriku, bagaimana mungkin aku lupa jalan pulang seperti ini, padahal perasaan ku aku hanya berjalan sedikit dan berbelok ke kanan lalu ke kiri.

Aku menaruh beberapa ranting pohon yang ku bawa, tanganku serasa kebas, aku merasa ketakutan, ya tuhan.. kalau aku tersesat betulan bagaimana?

Dari jauh aku mendengar suara seseorang mengobrol, tiba-tiba saja aku seperti mendapat cahaya, aku berlari menuju sumber suara, aku mendengar suara mereka disebelah kanan, aku sudah berlari lagi tapi kenapa suara mereka berpindah ke sebelah kiri aku lalu berlari lagi, tidak! Tidak! Suaranya terasa dari sebelah sana, aku lalu berlari lagi, ya tuhan!

Mengapa suaranya cepat sekali berpindah?

Aku ingin menangis, "tolooooong! Siapapun tolong gue!" Teriak gue sekerasnya.

"Tolooooong!" Jerit gue ditambah keputusan asaan.

Lagi gue tidak bisa menangis, gue hanya terduduk dan terengah-engah sambil memejamkan mata, sampai gue mendengar suara seperti orang berlari, membuat mata gue terbuka, gue berdiri dan langsung melompat bahagia.

"Tolong gue disini!"

"Hei!"

Ahhh... Gue sangat senang ada yang merespon ucapan gue.

"Gue disini!" Teriak gue lagi, "tolong!"

"Hei!" Panggil seseorang lagi yang semakin mendekat, suara langkah kaki juga terasa semakin dekat.

"Gue disini!" Teriakku lagi kali ini ada perasaan bahagia saat aku melihat sesosok manusia mendekatiku, tapi itu hanya sementara karena setelahnya aku tidak dapat berkedip.

Demi film utaran tayang lagi di Indonesia, aku tidak sedang bermimpi kan? Bahwa aku melihat sang Dewa disini, lelaki tampan di tengah peluh yang menetes disekitaran wajahnya, warna kulitnya yang coklat eksotis dan lengannya yang kekar juga badan bidangnya yang hanya mengenakan kaus tanpa lengan membuat jantungku kelabakan, sial!

Tersesat Di HutanWhere stories live. Discover now