1

17.1K 1.2K 351
                                    

Warning! Mature and 21+ scene!
Yang gasuka, gausah baca ini gess.

DOMINOES

By: littlesunhyuck
.

.

.

"Lakukan dengan benar bodoh, apa otakmu terlalu dipenuhi dengan rumus-rumus sialan itu sehingga tidak bisa mengerjakan hal sederhana ini dengan benar?" seorang lelaki bersurai dark brown itu menggerutu.

Mark acuh—hanya diam dan tidak mempedulikan hal tersebut.

"Minggir! Biar aku saja yang mengerjakannya!" ucap Haechan tak sabaran dan segera mengambil alih alat pemotong rumput tersebut—karena sungguh, ia ingin segera menyelesaikan hukuman ini dan tidur siang di kasur tercintanya.

Mereka berdua—Mark dan Haechan— mendapatkan hukuman karena berkelahi di sekolah. Dengan seragam yang berantakan dan luka lebam di pipi masing-masing, mereka melaksanakan hukuman yang diberikan—memotong rumput halaman belakang sekolah.

Melihat langit yang mendung membuat Haechan semakin kesal dan jengah.

"Kau benar-benar tidak berguna ya? Selain dalam hal pelajaran kau benar-benar payah." Ucap Haechan kesal—masih tetap memotong rumput.

"Menurutmu ulah siapa sehingga kita jadi seperti ini?" suara berat itu terdengar, membuat Haechan sekilas menoleh kearah Mark yang tengah duduk santai diatas rumput lapangan—menatap dirinya.

"Wajahmu menyebalkan, jadinya aku tidak tahan untuk mengenyahkan wajah sombongmu itu." Sahut Haechan tanpa menatap lawan bicaranya.

Yang memulai pertengkaran tadi siang memang si lelaki mungil. Ia berniat mengenyahkan wajah yang menurutnya menyebalkan itu—lebih tepatnya ia menyandung kaki lelaki satunya sehingga Mark terjatuh dan terkena tumpahan makan siangnya yang ikut terjatuh juga.

Sebenarnya Mark bukan orang yang tidak sabaran, tapi kejadian ini tidak terjadi sekali-dua kali. Tapi berkali kali.

Jadi ketika Haechan tertawa puas melihat dirinya yang jatuh, ia segera bangkit dan melayangkan bogemnya kearah lelaki yang lebih mungil—yang menyebabkan mereka saling membalas pukulan dan akhirnya berakhir di ruang Bimbingan.

"Alasan yang sangat masuk akal untuk orang sebodoh dirimu." Ucap Mark sarkatis, memberikan tatapan mencemooh melalui kacamata yang membingkai mata miliknya.

Haechan tidak mengabaikan hal tersebut dan balas menjawab,

"Well, setidaknya aku bukan si pintar yang selalu patuh terhadap perintah guru,"

"Dasar penjilat." Lanjut Haechan lagi—masih dengan kegiatannya memotong rumput.

Merasa tidak mendapat respon dari lawan bicaranya, Haechan melanjutkan cemoohannya.

"Apa kau juga menjilat milik mereka huh?" Haechan berbalik dan tersenyum miring menatap obisidian kelam yang tertutupi kacamata tebal itu.

"Perhaps," jawab Mark ringan—dengan wajah datarnya.

Sesaat Haechan terdiam mendengar jawaban tak terduga milik Mark sebelum akhirnya tawa miliknya meledak, membuat Mark mengangkat satu alisnya.

"Kebohongan yang sangat baik, Mork." Haechan menatap remeh Mark. Sedangkan yang ditatap hanya mengangkat bahunya ringan.

"Aku bahkan bisa membuatmu bertekuk lutut kepadaku." Ucap Mark lagi. Dan untuk kedua kalinya tawa Haechan meledak.

Bertekuk lutut katanya? Pada orangg macam Mark? Orang gila belajar sepertinya bisa apa? Yang ada ketika melakukan itu ia bisa mati kebosanan karena gerakan Mark yang kaku.

Dominoes. [MarkHyuck]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt