《11》

31.9K 8.8K 3.8K
                                    

Jeno mengetuk-ngetuk meja dengan tatapan lesu. Sementara Jinyoung hanya diam sambil bertopang dagu.

Saat ini mereka berada di kantin. Entah kenapa mereka memilih untuk nggak sembunyi.

"Gue udah pasrah sama nasib gue," celetuk Jinyoung tiba-tiba.

"Heh, jangan pesimis dong," tegur Jeno.

"Gue ngerasa gagal jadi ketua osis. Gue gak bisa ngelindungin temen gue sendiri."

Jeno menggeleng tegas. "Lo udah berusaha, Young. Ini semua juga bukan salah lo."

"Tapi Jen, kok ada suara ribut dari lantai atas, ya?" Tanya Jinyoung sambil menolehkan kepala ke arah tangga di dekat pintu kantin.

"Jangan-jangan penjaganya!" Duga Jeno hampir gebrak meja.

"Mau kesana?" Tawar Jinyoung.

"Lebih baik kita sembunyi," balas Jeno sambil bangkit dari duduknya.

Jinyoung ngangguk. Baru aja dia berdiri, Hyunjin dateng dengan panik dan langsung nutup pintu kantin, lebih tepatnya dibanting lalu menguncinya.

Dengan nafas tersengal-sengal, dia berlari menghampiri Jinyoung dan Jeno yang terkejut melihatnya.

"Kita... harus... keluar... dari... sini," kata Hyunjin sambil mengatur nafasnya. "Pecahin... jendela."

"Bentar, lo ketahuan penjaganya?" Tanya Jeno dan Hyunjin mengangguk sebagai jawaban.

"Hyunjin goblok! Penjaga pasti bakal kesini!" Jinyoung langsung menatap tajam Hyunjin.

"Ada dua penjaga!" Ucap Hyunjin.

"Siapa?"

"Haechan sama Jaemin!"

"Hah?!"

"Hwang Hyunjin, sini lo!"

Mereka serempak menoleh ke arah pintu kantin. Disana, ada Haechan yang lagi nyoba buat dobrak pintu kantin yang terbuat dari kaca.

"Aduh, kita harus gimana?!" Panik Hyunjin kalang kabut.

Rupanya Haechan mikirin cara yang lebih cepat buat masuk, yaitu mecahin kaca pintunya pakai pisau.

"Aduh, gimana nih?" Tanya Hyunjin panik ketika Haechan berhasil masuk dengan tatapan nyalangnya.

"Kalian gak bisa kemana-mana."

Jinyoung, Jeno, dan Hyunjin langsung merapat dan memasang posisi waspada.

"Haha! Sebentar lagi Jaemin bakal kesini, kalian matinya cepet, deh," kata Haechan lalu tertawa.

"Gue gak nyangka lo begini, Chan," ucap Jeno kecewa.

"Oh ya? Gue gak peduli, tuh."

Diam-diam Jinyoung mencubit pinggang Hyunjin lalu berbisik. "Mana Jeongin?"

Hyunjin menggeleng tanda nggak tahu. "Kita mencar gara-gara Haechan sama Jaemin."

"Ternyata lo disini, Chan."

Mereka langsung menoleh dengan kaget.

"J-Jaemin."

Jaemin datang dengan riang, tapi sambil memutar-mutar pisau di genggamannya.

"Weh, darah siapa tuh, Jae?" Tanya Haechan pura-pura kaget.

"Jeongin."

Hyunjin membulatkan matanya nggak percaya. Seketika darahnya terasa mendidih. "Bangsat lo, Na Jaemin! Lo gak bakal gue maafin!"

[1.5] 18.00 | 00line ✓Where stories live. Discover now