Part 3 | Too Hard to Tell You

14.2K 907 45
                                    

Jeslyn baru saja tiba di depan ruang perawatan Rhea, ia mengintip dari balik jendela, melihat bagaimana Keyla terisak juga tatapan terluka Kern dan Arche, Jeslyn juga diam-diam kembali terisak dengan dada yang terasa sesak melihat bagaimana keadaan Rhea, sungguh ia juga ingin berada di samping Rhea dan memberikan kekuatan pada wanita itu, namun melihat bagaimana tatapan benci Kern dan juga tatapan tajam Arche sudah dipastikan jika mereka berdua tidak akan mungkin mengijinkannya mengunjungi Kern.

Kern yang tanpa sengaja melihat Jeslyn dari balik jendela hanya bisa menggeram di tempatnya, teringat kembali dengan kematian Audrey dan bagaimana murkanya orang tua gadis itu, mereka langsung mengurus pemakaman Audrey dan tidak mengijinkan Kern untuk melihatnya dan mengantarkan kekasihnya itu ke peristirahatan terakhirnya. Dengan langkah lebar Kern keluar dari ruang rawat Rhea, menatap Jeslyn dengan emosi yang berapi-api, lalu pria itu menarik kuat tangan Jeslyn membuat Jeslyn yang masih terlarut dengan kesedihannya tersentak kaget, terlebih lagi saat Kern menariknya tanpa perasaan seperti sebelumnya.

"Kern, kita akan ke mana?" tanya Jeslyn lirih sedangkan Kern hanya menatap wanita itu dengan senyum iblisnya.

"Ke tempat di mana seharusnya kau berada, karena setelah ini aku tidak akan pernah melepaskanmu Jeslyn, akulah pemilik hidupmu mulai saat ini. Dan hanya luka yang aku pastikan akan kau rasakan di sisa hidupmu." Nada suara Kern membuat tubuh Jeslyn meremang, ucapan pria itu benar-benar vonis mati untuknya, penuh ancaman dan aura kematian, membuat Jeslyn merasa hidupnya benar-benar hanya diisi oleh kelam dan gelap setelah ini.

Kern menarik paksa Jeslyn untuk masuk ke mobilnya, lalu pria itu tergesa menuju ke kursinya, menyetir mobilnya dengan kecepatan gila, membuat Jeslyn yang duduk di tempatnya bergerak gelisah, wanita itu memejamkan matanya, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya dengan wajah yang perlahan memucat, Jeslyn memang memiliki trauma dengan mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ia berusaha menggapai tangan Kern, meminta pria itu untuk menurunkan kecepatannya.

"Kern," lirih Jeslyn dengan ketakutan yang begitu jelas tergambar di wajah pucatnya. "Tolong, tolong pelankan mobilmu," Jeslyn tersendat-sendat, napas wanita itu mulai terasa sesak, Kern yang melihat itu bukannya simpati justru tersenyum setan, dengan kejamnya menambah kecepatan mobil, jam yang kini menunjukkan sudah tengah malam membuat mobilnya melaju dengan bebas di jalanan lengang itu.

"Ah jadi ini menjadi kelemahanmu yang pertama. Baiklah, ini adalah permulaan yang menyenangkan. Bukan begitu Jeslyn? Sangat menyenangkan melihatmu tersiksa seperti ini, aku janji akan membuatnya lebih menyenangkan di kesempatan berikutnya. Kita tunggu saja Jeslyn, aku tidak akan pernah melepasakanmu seumur hidupku kecuali kematian telah menjemputmu." Kern menyeringai, menambah kecepatan mobilnya sekali lagi, membuat Jesyln benar-benar merasa akan mati, ia mencengkram erat seat belt-nya dan menekan dadanya yang terasa sesak, mencoba mengambil napas walau hanya sesak yang ia dapat.

Jeslyn terus merapalkan kata-kata untuk menenangkan dirinya sendiri, sesuatu hal yang biasa ia lakukan jika dirinya berada dalam kecemasan dan ketakutan, entah mengapa waktu berjalan begitu lambat dan Jeslyn tau jika Kern kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan lebih tinggi.

'Ya Tuhan, kumohon.'

'Bertahanlah Jeslyn, kau sudah pernah melewati ini.'

'Semua ini akan berakhir dengan singkat, bertahanlah sebentar lagi.'

'Tidak akan ada hal buruk yang terjadi, bertahanlah karena sebentar lagi rasa yang menyiksa ini akan hilang.'

Jeslyn menghirup napasnya dalam-dalam, berbagai hal telah ia lakukan untuk menenangkan diri seperti menenangkan dirinya dengan kata-kata atau membayangkan hal yang menyenangkan selama hidupnya, namun nyatanya mobil itu belum juga berhenti, membuat Jeslyn benar-benar sudah tidak bisa menahan sesak itu lagi.

Sweetest Pain (Completed)Where stories live. Discover now