14

748 159 39
                                    

Lily kasih warning ya, buat yang nggak kuat jangan baca atau baca pelan-pelan. Kalau mulai emosional stop dulu, lanjut lagi kalau udah enakan karena jujur, aku ngerasa bersalah pada kalian kalo sampe matany bengkak, atau gak berenti nangis. Hehe. Maafin Lily ya...
Oke... siap... happy reading...
.
.
.







Yerim berjalan dengan tangan berusaha meraba apapun yang ada didepan. Hidungnya merasakan semilir angin yang begitu sejuk, bahkan, aroma embun pagi begitu terasa dengan jelas. Kaki telanjang menginjak sesuatu yang lembut dan sedikit basah. Rumput. Yerim yakin sekali itu rumput. Dimana ia berada sekarang?

Suara dentingan piano beradu memainkan sebuah instrument yang begitu Yerim hapal. Siapa yang bermain piano? Dan lagi, lagu yang dimainkan adalah lagu favoritnya. River Flows In You oleh Yiruma.

Namun, sedetik kemudian, suara piano itu berganti, memainkan sebuah lagu yang seperti sudah pernah Yerim dengar sebelumnya.

"Crystal Snow," gumam Yerim.

Yuki tsumoru yō ni tashikame te iru yo..
Kimi ga kure ta mono iki te ku yūki..
*arti bisa check di wall*


"Jungkook...?"

Yerim menggumam mendengar suara orang yang bernyanyi. Ia segera berjalan menuju sumber suara meski sedikit kesulitan. Ada yang aneh, kenapa Jungkook baru datang? Dan kenapa ia ada di tempat aneh? Seharusnya dia tak berada disana.

Crystal Snow....

Suara nyanyian terhenti, Yerim berusaha kembali memanggil sosok yang bernyanyi itu. Entah mengapa, nyanyiannya terdengar menyayat hati Yerim. Ada beberapa bagian yang terdengar menyakitkan ketika dinyanyikan Jungkook, padahal, sebelumnya Yerim tak merasakan apapun pada lagu itu.

"Jeon Jungkook..."

"Hey," suaranya terdengar begitu lemah.

Yerim merasa ada yang mendekatinya. Saat ada yang mendekat, Yerim tersadar ada sehelai kain yang menutup matanya. Tangannya tergerak untuk membuka ikatan dibelakang kepala agar kain itu terlepas. Belum sampai menyentuh kain, sebuah tangan menghentikannya. Tangan yang besar namun terasa berbeda. Terasa dingin dan sedikit kurus dari tangan yang biasanya menyentuh pipi atau menggandengnya. Apa itu sungguh Jungkooknya?

Yerim belum bersuara, namun Jungkook sudah bergerak mencium dahinya.

"Setelah membuka mata, aku harap kau selalu tersenyum, kekasihku."

"Jungkook, selama ini kau kemana?"

"Aku tidak kemana-mana. Aku ada dihatimu."

"Jungkook, aku tidak bercanda. Aku selama ini menunggu kabar darimu. Aku khawatir."

Jungkook menangkup wajah Yerim. "Mulai sekarang, jangan khawatirkan aku, jangan pikirkan aku tapi jangan lupakan aku dan kau boleh sesekali merindukanku."

"Kenapa kau berkata seperti itu? Kau mau pergi?"

Bukan jawaban  verbal yang diberikan, namun, ciuman tepat di bibir yang didapatkan oleh Yerim. Ciuman yang cukup dalam dan lama. Yerim merasakan asin ketika mereka berciuman. Apa itu air mata? Siapa yang menangis? Dirinya atau Jungkook?

Jungkook melepaskan ciuman itu dan menempelkan dahinya dengan dahi Yerim. "Terimakasih telah hadir di dalam duniaku, dan menerimaku. Maaf aku belum bisa menjadi yang terbaik. Kau sudah lama menderita, maka dari itu, hiduplah dengan baik Yerim, bahagialah. Aku mencintaimu sampai kapanpun."

Yerim menangis. Entah mengapa ia merasa sakit mendengar pernyataan Jungkook. "Aku seperti orang bodoh yang tak mengerti apapun. Sebenarnya kenapa? Ada apa? Apa yang kau sembunyikan?"

River Flows In U √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang