~Bab 7. Luka~

13 2 0
                                    

Setelah selesai melamunkan apa yang akan ia perbuat ke depannya, Disty melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Ia harus bisa bersikap senetral mungkin jika berada di dekat Zhara. Meskipun ia yakin kalau sahabatnya itu tidak akan tertipu oleh aktingnya. Tanpa basa-basi, ia berjalan menuju dapur sambil membawa belanjaannya.

"Disty! Kamu lama banget, sih!"

Disty terkejut saat Zhara yang sudah berada di belakangnya saat dia menyimpan belanjaannya di dekat kulkas. "Jangan berteriak seperti itu, Zhara."

Zhara hanya terkikik pelan melihat ekspresi Disty yang menurutnya lucu. Hatinya terasa berbunga-bunga saat melihat kantung plastik yang Disty bawa berisi beberapa cemilan untuk mereka berdua. Tapi ada hal yang lebih menarik perhatiannya sekarang. Ia langsung menarik tangan sahabatnya dan mengamati wajah Disty secara intens.

"Disty, muka kamu kenapa?!" Tanya Zhara dengan panik.

Disty melepaskan tangan Zhara dari wajahnya, "Jangan berlebihan, Zhara. Ini cuman luka kecil kok."

Zhara berjalan keluar dapur sambil menarik tangan sahabatnya. Disty sendiri hanya diam membiarkan tangannya ditarik. Ia tidak akan bisa menenangkan Zhara jika gadis itu sudah terlanjur marah. Apalagi jika dia adalah penyebab amarah sahabatnya. Disty duduk di sofa ruang tamu saat Zhara menyuruhnya. Ia hanya diam menunggu sahabatnya yang sepertinya mencari kotak P3K.

'Ah, aku selalu aja buat orang lain cemas.' Batin Disty meringis.

Matanya menatap salah satu foto yang dipajang di ruang tamu. Ia berdiri dari duduknya lalu mengusap foto tersebut. Itu adalah foto pertama ia dengan Rizal, hari dimana Rizal datang ke rumahnya karena ia yang tiba-tiba pulang dari sekolah tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

   

"Disty! Kenapa tadi pulang duluan?!"

Disty hanya bisa menutup telinga karena suara Rizal yang terdengar cukup keras baginya. Ia sengaja pulang cepat hari ini karena ibunya yang meminta. Tapi, ia terlalu malas untuk memberitahu Rizal tentang permintaan ibunya itu. Ia hanya menggeleng pelan sambil membuka pintu rumahnya lebih lebar. Ia secara tidak langsung menyuruh Rizal untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Err... Emangnya nggak masalah?" tanya Rizal dengan suara yang kurang yakin dengan kelakuan sahabatnya.

Sang gadis hanya menghela napas sambil menarik tangan bocah lelaki di depannya, "Buat apa aku ngajak masuk kalau bakalan jadi masalah buat Rizal."

Rizal mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Matanya menatap sekelilingnya. Ia bisa melihat berbagai macam foto disana. Ia berdiri dan menatap semua foto. Keningnya terlihat berkerut saat menyadari sesuatu. Ia berbalik dan menatap Disty yang sedang sibuk membaca buku.

"Disty.." panggilnya pelan yang dibalas dehaman sahabatnya, "Foto kita berdua mana?"

Disty menutup bukunya dan menatap Rizal dengan bingung, "Kita belum pernah foto bareng."

"Hah?! Itu bencana besar!" teriak Rizal panik, "Pokoknya kita harus foto bareng!"


Disty terkekeh pelan mengingat betapa menggemaskan kelakuan Rizal saat itu. Ia masih meragukan kalau orang yang datang ke kelasnya hari ini adalah sahabatnya dulu. Ia kembali duduk di sofa saat mendengar langkah kaki Zhara. Ia bisa melihat sahabatnya yang terlihat kelelahan, mungkin karena sibuk mencari kotak P3K yang sebenarnya ada di dekat meja makan.

Zhara menatap wajah sahabatnya dengan serius, "Cuman lebam, mungkin dikompres aja cukup."

"Makanya jangan panik duluan." Ejek Disty sambil tertawa pelan. "Sekarang, balikin ke tempatnya. Aku nggak mau mama marah karena kamu nyimpan barang dimana aja."

My Time With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang