Permen Milkita

290 8 0
                                    

Jarum jam sudah menunjukan pukul 12 pas, tapi hujan belum saja reda. Sepertinya awan-awan hitam masih betah tinggal di siang hari ini hingga matahari bersembunyi di baliknya.

Matahari sudah berada di tengah kepala, jika saja hujan tidak turun mungkin cuaca panas sudah menyengat sampai ubun-ubun. Meski begitu tiupan angin masih selalu terasa, membuat kota Bandung tetap terasa sejuk di siang hari.

Aku menatap jendela kamarku, berharap hujan berhenti turun. Ada rasa malas melanda saat turun hujan, bukan tentang kenangan yang selalu identik dengan hujan, tapi genangan yang selalu hadir di beberapa jalanan kota Bandung yang gotnya rusak tidak mampu menampung air. Alas kakiku tak akan selamat jika hujan semakin deras, mungkin benar kata mbok Koyah pedagang sendal swalow laris besar di bulan ini.

Mobil kecilku berhenti di sebuah parkiran.ku ambil payung plastikku dan berjalan menelusuri anak tangga.
'Ohh sialan, tempat yg dia pesan jauh sekali' gumanku dalam hati ketika seorang pelayan menanyakan namaku dan mengantarkanku ke tempat yang telah dipesan oleh seseorang yang telah lama ku rindukan.

Sudah hampir sampai, tapi tumit kakiku tiba-tiba saja terasa perih. Sengaja ku berhenti sejenak untuk mengeceknya. Rupanya benar tumit kakiku lecet karena memakai sepatu berhak tinggi yang belum pernah ku pakai. Demi seseorang yang ku rindukan aku tega memaksakan diri dan menyiksa kaki kecilku agar terlihat indah di pandang. Sungguh berlebihannya diri ini.

Pelayan itu ikut berhenti lalu melihat ke arahku yang sibuk dengan tumit kaki.
"teh, masih kuat jalan?"
Tanya nya, memastikan keadaanku.
Segera ku benarkan anggota badanku lalu berjalan ke arahnya.
"kuatt, ayo bang jalan lagi." seruku sambil menahan rasa perih akibat memaksakan diri.

Sesampainya di tempat, pelayan mempersilahkanku untuk duduk menunggu dan memberikan sebuah buku menu. Bukannya memperhatikan ucapannya, aku malah terkagum dengan tempat yang ada di depan mataku.

Tidak salah pilih, dia memilih tempat yang sangat bagus dengan perpaduan pemandangan kota yang terlihat jelas dari atas bukit dan tempat yang tidak terlalu ramai oleh pelanggan yang lain, tempatnya pun lesehan sehingga bisa duduk santai sambil bersandaran pada bantal. 'Sepertinya dia sering ke tempat ini, atau mungkin dia dapat rekomended dari teman dekatnya' aku tersenyum.

Mataku tak bisa lepas dari pandandangan didepan mata. Bagaimana tidak, dari tempat dudukku aku bisa belihat indahnya lampu-lampu yang bernyala menghiasi luasnya kota Bandung di sore hari. Masyaallahh sungguh indahnya ciptaan Allah.

Sebari menunggunya, aku memesan minum. Bajigur cocholate adalah menu minuman favorit ketika musim hujan tiba, dengan hawa dinginnya Lembang bisa membuat tenggorokan dan perut menjadi hangat.

Sudah hampir satu jam aku menunggu, minumku sudah hampir habis. Dia belum saja datang. Sesekali aku menengok jam tangan, melihat arah jarum jam pada setiap putarannya, lalu melihat sekeliling,tapi batang hidungnya belum saja terlihat. Aku masih bersabar, karena ini merupakan hari pertama aku bertemu dengannya setelah 15 tahun berpisah.

Aku semakin gelisah, tinggal lima menit lagi yang tersisa untuk mengganjilkan waktu aku menunggunya 3 jam pas. Beberapa kali ku cek handphone tapi masih belum mendapat tanda-tanda pesan darinya. Aku masih betah menunggu.

Tak lama kemudian. Terlihat seseorang dari kejauhan, berjalan ke arahku, lalu dia melambaikan tangan. Raut wajahnya memancarkan aura kegembiraaan dengan lekukan senyuman di bibirnya.

Seorang laki-laki bertubuh tinggi memakai pakaian dinas praja berwarna coklat gelap dengan topi dan lengkap dengan atribut lainnya. Aku hanya terdiam memandangnya, bak melihat dewa turun setelah hujan reda.

Langkahnya semakin dekat. Kini wajahnya semakin terlihat jelas, oleh cahaya lampu. hidungnya yang mancung, bibir yang kecil melebar menebarkan senyuman kebahagiaan yang tidak bisa di sembunyikan dengan wajah yang tegas dan seragam yang pas di badan membuat badannya yang sixpack terlihat sangat cocok dengan seragamnya. Seperti oppa korea yang baru saja pulang wamil.

Abdi PrajakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang